BAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

Y. Kurniawan. Guru SMP Negeri Kabupaten Pandeglang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran di

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 2. GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 2.5

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

GAYA DAN PERCEPATAN. Gb. anak sedang main ayunan. Apakah dorongan atau tarikan yang kamu lakukan itu? untuk mengetahuinya lakukanlah kegiatan berikut!

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan


SILABUS. Indikator Pencapaian Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 6.2

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERHADAP PERUBAHAN KONSEP TENTANG HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PALU

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat

DINAMIKA. Staf Pengajar Fisika TPB Departemen Fisika FMIPA IPB

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

Di unduh dari : Bukupaket.com

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1

Kata Kunci: startegi, konflik kognitif, dan perubahan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

Kata Kunci: Konsepsi, Perubahan Konsepsi, Gaya dan Gerak

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLATIHAN SOAL BAB 6

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DINAMIKA GERAK FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

GAYA DAN HUKUM NEWTON

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Rizal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melvie Talakua, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

Hukum Newton dan Penerapannya 1

MAKALAH HUKUM NEWTON I, II, III. Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Fisika

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA MELALUI PENGEMBANGAN EKSPERIMEN GLB PADA PEMBELAJARAN GERAK DI SMP

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Fisika Dasar I (FI-321)

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa akan mengganggu efektivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENGAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk mencari pengetahuan secara sistematis, dengan kata lain, IPA merupakan suatu proses dalam menguasai konsep-konsep secara mendalam sehingga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses mencari pengetahuan tersebut, siswa akan mengalami pengalaman langsung sehingga mampu mengidentifikasi pemecahan masalah. Pada jenjang SMP/ MTs, pembelajaran IPA dirancang secara terpadu agar penerapan konsep IPA dilakukan melalui kerja ilmiah yang benar dan bijaksana. Tujuan dibentuknya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang SMP/ MTs memiliki tujuan antara lain: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagaimacam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. (Permen No.22, 2006). Berdasarkan paparan Permen. No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa melalui IPA, siswa diharapkan mampu menerapkan konsep yang dimilikinya untuk diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk menerapkan konsep dalam kehidupannya, siswa harus mampu memahami konsep dengan baik dan benar sesuai dengan konsep ilmiah. Kemampuan pemahaman konsep harus mencakup semua kajian materi termasuk kajian materi yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan kesulitan siswa dalam memahami suatu materi yang abstrak sebagai pemicu terjadinya miskonsepsi (Wulandari dkk., 2013). Dengan pemahaman

2 konsep yang baik, khususnya bidang fisika, diharapkan siswa mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan baik permasalahan yang terkait kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika sederhana (Setyawan, 2012). Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang berhubungan dengan percobaan-percobaan. Fenomena alam akan diamati kemudian dicari pola dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan fenomena alam tersebut. Percobaan dirancang untuk menjelaskan pertanyaan yang muncul akibat pola-pola yang berhubungan dengan fenomena tersebut (Young, 2012). Banyak fenomena sehari-hari yang dapat dijelaskan secara fisika. Misalnya, saat duduk di bus yang sedang berjalan, lalu tiba-tiba bus di rem mendadak, maka tubuh akan terdorong ke depan. Sebaliknya, saat bus dipercepat tiba-tiba, maka tubuh akan tertarik ke belakang. Peristiwa lainnya ialah saat mendorong meja secara berkelompok akan membuat meja lebih mudah digerakkan dibandingkan mendorongnya seorang diri karena percepatan yang dialami oleh meja lebih besar (Karim, dkk., 2008). Namun, kenyataan di lapangan tidaklah demikian. Dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah, tidak semua siswa memahami materi pelajaran dengan baik. Hal itu disebabkan karena siswa mengalami kesulitan yang beragam sehingga perlu diberikan program perbaikan berupa pengajaran maupun bimbingan. Program ini bukan sekedar dengan memberikan soal-soal saja namun juga lebih kepada penanganan siswa terkait faktor penyebabnya sekaligus alternatif penyembuhannya (Ischak dkk, 1987). Salah satu faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam pembelajaran diantaranya karena pemahaman konsep yang rendah dan adanya miskonsepsi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMP negeri Pandeglang, ditemukan bahwa skor rata-rata pemahaman konsep di sekolah tersebut hanya sekitar 7, 83 (dari skala 0-29) dan ditemukan pula beberapa miskonsepsi antara lain, gaya maju yang diberikan oleh mesin kendaraan lebih besar dari gaya gesekan permukaan jalan sehingga mobil dapat berjalan konstan, pada benda yang diam di meja terdapat gaya gesekan permukaan meja yang arahnya vertikal ke atas, jika ada dua buah benda dengan <, maka

3 percepatan benda menjadi < sesuai dengan besar massanya, gaya aksi reaksi terjadi pada sebuah benda karena arahnya berlawanan, dan benda yang massanya lebih besar akan lebih dulu sampai ke lantai dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Masih ada beberapa temuan lainnya yang mengungkap miskonsepsi. Salah satu bentuk miskonsepsi yang ditemukan tersebut ialah setiap benda mempunyai sebuah gaya di dalamnya (internal force), sebuah gaya menjadi bagian dari benda ketika benda dilempar atau dipukul (Abell dkk., 2011). Banyak siswa yang percaya bahwa apabila tidak ada resultan gaya yang dialami oleh benda, maka benda hanya dalam keadaan diam (Azman, dkk., 2013). Miskonsepsi lain tentang Hukum Newton yang juga ditemukan dalam suatu penelitian ialah apabila ada suatu objek sedang dalam kondisi diam maka tak ada gaya yang bekerja pada benda itu. Masih berkenaan dengan penelitian yang sama, ditemukan juga bahwa suatu benda yang bergerak dengan kecepatan konstan jika ada gaya konstan sehingga gaya sebanding dengan kecepatan (F = m.v) (Lark, 2007). Menurut Brown (Suparno, 2005) terdapat miskonsepsi dalam gerak jatuh bebas. Benda yang berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan karena benda yang berat memiliki gaya yang lebih besar dibandingkan benda yang ringan. Hal semacam ini terjadi karena siswa percaya bahwa gaya merupakan sifat suatu benda dan melekat di dalam benda itu. Dengan demikian, siswa akan berpikir bahwa jika tidak ada gerak sama sekali maka gaya juga tidak ada. Di Indonesia, penelitian yang terkait dengan miskonsepsi Hukum Newton menemukan hasil yang tidak jauh berbeda. Miskonsepsi itu antara lain: gaya merupakan suatu gerak benda, gerakan benda dapat berhenti jika ada gaya yang bekerja, benda mengalami kelembaman karena ada gaya tarik ke belakang, dan konsep gaya aksi-reaksi pada saat mendorong meja disebabkan oleh energi yang dikeluarkan besar (Wiradana, 2012). Miskonsepsi lain yang juga resisten dan paling banyak dimiliki oleh siswa ialah apabila suatu resultan gaya eksternal yang bekerja pada benda sama dengan nol maka benda selalu diam, terdapat suatu gaya tarik ke atas saat benda bergerak vertikal ke atas (Isliyanti, dkk., 2011).

4 Dalam upaya mengatasi miskonsepsi, terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan antara lain: mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dimiliki siswa, mencoba menemukan penyebab miskonsepsi, dan mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2005). Pada penelitian ini, peneliti memilih langkah yang ketiga yaitu mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi. Perlakuan yang digunakan dalam rangka perubahan konseptual dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan model pembelajaran atau gabungan keduanya (Çepni, et.all: 2010). Dalam upaya mewujudkan terjadinya perubahan konseptual pada siswa, pembelajaran harus mampu membuat siswa aktif belajar mengkonstruksi teks, dialog, dan pengalaman fisis. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau konsep yang akan dipelajari dengan konsepsi yang sudah dimiliki sehingga pengertian siswa menjadi lebih luas (Suparno, 2012). Pembelajaran yang konstruktivis mampu menggabungkan antara paradigma pendidikan yang hanya menekankan materi pengajaran dan di sisi yang lain hanya menekankan pola belajar siswa dalam bekerja sama meningkatkan pengetahuan dan membangun kemampuannya sendiri (Joyce et.all., 2009). Pembelajaran yang konstruktivis dapat menginformasikan siswa untuk membangun keyakinan tentang dunia nyata melalui interaksi pribadi dengan fenomena alam dan melalui interaksi sosial dengan orang lain (İyibil, 2011). Ada beberapa teknik pembelajaran yang baik dalam memfasilitasi perubahan konseptual, diantaranya konflik kognitif (Kang, et.all., 2010; Lee et.all., 2011) dan Interactive Lecture Demonstrations (ILD) (Sokoloff, 2010., Zimrot, et.all., 2007., Mazzolini, et.all., 2012). Pada penelitian ini, teknik pembelajaran yang dipakai ialah pembelajaran ILD berorientasi conceptual change (CC). Pembelajaran ILD dipilih karena pembelajaran ILD dapat melibatkan siswa dalam jumlah yang besar namun tetap efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam berbagai topik misalnya mekanika, optik, kalor, dan rangkaian listrik (Mazzolini, et.all., 2010). Selain tidak memerlukan peralatan yang banyak, pembelajaran dengan demontrasi membiasakan siswa berlatih berpikir ilmiah terkait transfer pengetahuan faktual

5 dari lingkungan luar ke dalam kelas melalui prediksi yang akan diujikan. Jika demonstrasi didasarkan atas fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka konsep fisika yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami siswa karena akan ada ketertarikan siswa terhadap konsep yang diajarkan (Deslauriers, et.all., 2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa demonstrasi memungkinkan siswa lebih termotivasi karena fenomena yang disajikan berkaitan dengan dirinya sendiri sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam memecahkan permasalahannya secara bersama-sama (Checkley, 2010). Pembelajaran yang dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi berbeda dengan teknik pembelajaran biasa. Pembelajaran untuk meremediasi miskonsepsi harus mampu menimbulkan disequilibrium (ketidakseimbangan) sehingga terjadi dissatisfaction (ketidakpuasan) dalam benak siswa. Dengan kata lain, gagasan konseptual siswa maupun konsepsi alternatif yang dimilikinya tidak mampu menjelaskan suatu fenomena yang ditemukan (Bawaneh, et.all, 2010). Dalam proses pengamatan terhadap demonstrasi, siswa akan disajikan sebuah kegiatan atau yang berbeda dengan prediksinya. Jika hasil demonstrasi berbeda maka keterbatasan konsepsinya akan terganggu sehingga muncul konflik kognitif (Zimrot, et.all., 2007). Oleh karena itu, perubahan konseptual memerlukan suatu proses pembelajaran yang terfokus pada penyajian sebuah fenomena yang berbeda dengan pemikiran siswa agar siswa mampu mengkonstruksi konsepnya sesegera mungkin (Kang, et.all., 2010). Pembelajaran ILD berorientasi CC berbeda dengan demonstrasi biasa karena ILD berorientasi CC dibuat berdasarkan miskonsepsi yang dialami oleh siswa berdasarkan penelitian terdahulu. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sengaja dirancang untuk mengatasi miskonsepsi. Sedangkan demonstrasi biasa adalah demonstrasi berorientasi common sense yang dibuat sebagai upaya menggambarkan konsep ilmiah yang diajarkan di kelas secara visual dan untuk meyakinkan siswa bahwa konsep yang dipelajari dapat dibuktikan (Ashkenazi et.all., 2007). ILD berorientasi common sense (CS) dapat membantu siswa dalam memahami konsep (Checkley, 2010). Dengan kata lain, visualisasi berperan serta dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep fisika baik melalui aktivitas eksperimen maupun berbantuan simulasi.

6 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti telah melakukan sebuah riset mengenai pembelajaran ILD berorientasi CC, peningkatan pemahaman konsep siswa, dan penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dengan judul : Pengaruh Penerapan Interactive Lecture Demonstrations (ILD) Berorientasi Conceptual Change Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep dan Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi Pada Materi Hukum Newton 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Rumusan Masalah umum: Bagaimana pengaruh penerapan ILD berorientasi CC terhadap peningkatan pemahaman konsep dan penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi pada materi Hukum Newton dibandingkan dengan penerapan ILD berorientasi CS? Dari rumusan di atas, peneliti merinci kembali beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1) Bagaimana perbandingan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran ILD berorientasi CC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ILD berorientasi CS? 2) Bagaimana perbandingan penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi sebelum dan sesudah pembelajaran antara siswa yang mendapatkan pembelajaran ILD berorientasi CC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ILD berorientasi CS? 3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran ILD berorientasi CC? 1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, masalah hanya akan dibatasi pada aspekaspek yang menjadi fokus penelitian ini yaitu: 1) Peningkatan pemahaman konsep siswa yang dimaksud adalah rerata peningkatan pemahaman konsep siswa (rerata gain score normalized),

7 yaitu rerata peningkatan pemahaman konsep siswa yang telah mempelajari materi Hukum Newton yang dinormalisasi, antara pemahaman konsep siswa sebelum dan setelah siswa diberikan treatment. 2) Penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi adalah pengurangan jumlah siswa yang telah mempelajari materi Hukum Newton dan mengalami miskonsepsi pada suatu konsep tertentu antara sebelum dan sesudah treatment. 3) Tanggapan siswa yang dimaksud adalah tanggapan siswa yang telah mempelajari materi Hukum Newton terhadap pembelajaran ILD berorientasi CC yang dilihat dari rerata frekuensi skala sikap yang terdiri dari dua respon yaitu setuju dan tidak setuju terhadap tiap pernyataan. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh ILD berorientasi CC dibandingkan dengan ILD berorientasi CS terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi Hukum Newton antara sebelum dan sesudah treatment. 2. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh ILD berorientasi CC dibandingkan dengan ILD berorientasi CS terhadap penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi pada materi Hukum Newton antara sebelum dan sesudah treatment. 3. Untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran ILD berorientasi CC dalam pembelajaran fisika. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai bukti empiris terkait metode pembelajaran ILD khususnya yang berorientasi CC untuk meningkatkan pemahaman konsep dan menurunkan kuantitas siswa yang miskonsepsi, sebagai bahan bacaan yang memperkaya hasilhasil penelitian yang terkait metode pembelajaran ILD serta dapat digunakan oleh berbagai pihak yang memerlukan antara lain peneliti, mahasiswa di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan guru sekolah menengah.

8 1.6. Variabel Penelitian Variabel bebas pada penelitian ini ialah pembelajaran ILD berorientasi CC dan pembelajaran ILD berorientasi CS Variabel terikat pada penelitian ini ialah peningkatan pemahaman konsep dan penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi. 1.1 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri atas lima bab, yaitu: 1. Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, variabel penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 2. Bab II Kajian Pustaka terdiri atas hakekat IPA, Pembelajaran ILD, ILD berorientasi CC, ILD berorientasi CS, pemahaman konsep, miskonsepsi, perubahan konseptual, Three-tier Test, kerangka berpikir, materi ajar, hubungan ILD dengan pemahaman konsep dan perubahan konseptual, hipotesis. 3. Bab III Metode Penelitian, yang terdiri dari metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis instrumen, hasil uji coba instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil penelitian, analisis, dan pembahasan hasil penelitian. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran.