STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. A YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MEI FATMAWATI NIM: 12.2.05.01.0024 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015 1
2
3
STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. A YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MEI FATMAWATI NIM: 12.2.05.01.0024 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015 4
Abstrak STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. A YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI. MEI FATMAWATI (2015). Pembimbing 1 : Dhian Ika Prihananto, S. Km pembimbing 2 : Susi Ernawati, S.Kep.,Ns,M.Kes TBC (Tuberculosis) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tubercolusis yang tahan asam. Penularannya melalui udara, apabila orang yang menderita TBC batuk, bersin atau berbicara kuman/basil dilepaskan diudara. Kebanyakan orang yang tertular kuman TBC adalah orang yang sering berada didekat penderita, seperti anggota keluarga, teman atau rakan kerja. karena orang yang sering dekat dan paling sering kontak/komunikasi dengan penderita adalah anggota keluarganya, maka orang mengetahui dan menduga penyakit TBC adalah penyakit keturunan dan sulit untuk disembuhkan. Tujuan penulisan adalah Untuk mempelajari dan mempraktikkan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan diagnosa medis Tuberkolusis Paru dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan secara komprehensif, metode studi kasus yang berorientasi pada keluarga dengan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri. Berdasarkan studi kasus pada Tn.A ditemukan diagnosa keperawatan utama koping keluarga tidak efektif. Adapun implementasi yang dilakukan yaitu mendiskusikan kepada keluarga tentang dampak yang terjadi bila tidak sering kontrol. Koping keluarga tidak efektif pada keluarga Tn.A dikarenakan keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit, setelah berdiskusi keluarga memahami tentang cara merawat anggota keluarga yang yang sakit. Diharapkan keluarga mampu memecahkan dan menganbil keputusa dari masalah dan memenuhi kebutuhan dan peran hidup. Kata kunci : asuhan keperawatan, tuberculosis paru, koping keluarga tidak efektif 5
BAB I Artikel Skripsi PENDAHULUAN A. Latarbelakang TBC (Tuberkulosia) adalah penyakitinfeksi yang disebabkan oleh Basil Mycobacterium Tubercolusis yang tahanasam. Penularannya melalui udara, apabila orang yang menderita TBC batuk, bersin atau berbicara kuman/basil dilepaskan di udara kuman/basil dapat bertahan beberapa jam dalam suhu kamar atau lingkungan rumah, jika ada orang disekitar penderita maka kuman/basil akan mudah menular kesemua orang disekitarnya atau yang kontak dengan penderita. Kebanyakan orang yang tertular kuman TBC adalah orang yang sering berada didekat penderita, seperti anggota keluarga, teman atau rakan kerja, karena orang yang sering dekat dan paling sering kontak/komunikasi dengan penderita adalah anggota keluarganya, maka orang mengetahui dan menduga penyakit TBC adalah penyakit keturunan dan sulit untuk di sembuhkan. Sehingga perlu adanya pemahaman dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penderita dan keluarga untuk mencegah penularan/penyebaran penyakit (Ardan, 2012). Situasi TBC di dunia semakin memburuk, jumlah kasus TBC meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada Negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TBC terbesar. Menurut WHO tahun 2011, di dunia ada 8,8juta kasus baru TB dan 1,45 juta kematian akibat TB. Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 450.000 kasusbaru/tahun dan 64.000 kasus kematian/tahun akibat TB. Di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 tercatat 23.410 penderita TBC paru positif dan pada tahun 2011 tercatat 26.007 penderita TBC paru. (DepKes RI,2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kediri pada tahun 2012 tercatat 248 1 penderita TBC paru, pada tahun 2013 tercatat 216 penderita TBC paru dan pada tahun 2014 tercatat 239 penderita TBC paru. Dari 9 Puskesmas yang ada di Kota Kediri, Puskesmas Campurejo menduduki peringkat pertama dengan kasus TBC paru terbanyak, dengan 32 penderita TBC paru di tahun 2012, pada tahun 2013 terdapat 31 penderita TBC paru, dan pada tahun 2014 terdapat 38 penderita TBC paru (Data program P2 TB DinKes Kota Kediri). 6
Infeksi TBC diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tubercolusis, setelah bakteri masuk ketubuh melalui saluran pernafasan, bakteri dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah, system saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung kebagian tubuh lainya. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembangbiak dan terlihat tertumpuk, sehingga system kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Reaksi jaringan ini mengakibat bantera kumulasinya eksudat dalam alveoli dan penumpukan sputum di jalan nafas sehingga terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Gejala batuk yang terus menerus dapat mengakibatkan nafsu makan menurun sehingga kebutuhan nutrisi menjadi kurang. Banyaknya kasus TBC dikarenakan ketidakpatuhan penderita menjalani pengobatan dan kurang pengethuan penderita dan keluarga tentang penyakit serta cara penularannya. Dampak yang terjadi bila infeksi menyebar adalah komplikasi hingga kematian contoh:pleuritis, efusi pleura, empisema, laringitis TB usus, obstruksi jalan nafas, karsinoma paru. Dampak bagi keluarga dengan anggota keluargayang menderita TBC adalah keluarga harus memberikan makanan yang cukup bergizi ppada anggota keluarganya, bagi keluarga yang ekonominya rendah hal ini akan menjadi beban. Selain itu keluarga juga harus menyediakan rumah sehat yang membutuhkan biaya modifikasi yang tidak sedikit. (Akhmad, 2012) Penanganan terhadap masalah tersebut adalah dengan cara promotif yaitu penyuluhan, preventif dengan cara pemberian imunisasi BCG dan menghindari kontak langsung dengan penderita, serta kuratif yaitu pengobatan pada penderita TBC positif secara tuntas. Peran keluarga sangat penting dalam keberhasilan pengobatan sebagai pengawas dalam minum obat (PMO), menyediakan tempat dahak, dan memodifikasi rumah terutama tempat tidur agar tidak ada yang lembab. Peran perawat adalah melakukan penyuluhan, memberikan penkes dan member asuhan keprawatan langsung kepada keluarga, sebagai penghubung keluarga dengan tenaga kesehatan lain, dan sebagai pendidik agar keluarga mendapat pengetahuan tentang TBC (Irga, 2011). 7
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada Pada Keluarga Yang Mempunyai Anggota Keluarga DenganDiagnosa Medis Tuberkolusis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri. Kesimpulan 1. Dalam tahap pengkajian data yang diperoleh yaituny. S mengatakan Tn. A tidak mau memakai masker.tn.a mengatakan dalam masa pengobata sudah 2 bulan.tn.a mengatakan tes dahak/bta (+),Tn.A tidak mau memakai masker, membuang ludah sembarangan, tidak menutup mulut saat batuk.tn.a yang saat ini masih dalam masa pengobatan TBC Paru. 2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus yaitukoping keluarga tidak efektif berhubungan dengan merawat anggota keluarga yang sakit 3. Perencanaan pada diagnosa utama koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit yaitu Diskusikan dengan keluarga tentang dampak yang terjadi bila tidak sering kontrol ke sarana kesehatan, Diskusikan dengan keluarga tentang dampak yang terjadi bila terjadi putus obat, Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk menggunakan masker, Anjurkan pada pasien untuk membuang ludah pada tempat yang sudah disediakan. 4. Tahap pelaksanaan pada diagnosa pertama adalah mendiskusikan dengan keluarga tentang dampak yang terjadi bila tidak sering kontrol ke sarana kesehatan, mendiskusikan dengan keluarga tentang dampak yang terjadi bila terjadi putus obat, menganjurkan pada keluarga dan pasien untuk menggunakan masker, menganjurkan pada pasien untuk membuang ludah pada tempat yang sudah disediakan. 5. pada diagnosa utama keluarga mengerti tentang koping keluarga yang efektif, pasien sanggup untuk sering kontrol ke sarana kesehatan, pasien mau untuk rajin dan patuh 8
minum obat pasien sanggup untuk memakai masker pasien sanggup untuk membuang dahak pada tempat yang disediakan. 9
DAFTAR PUSTAKA Artikel Skripsi Anonim, (2011), Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011,diunduh tanggal 17 Desember 2012, jam 14.00 WIB. Ardan, (2012), TBC Paru, http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/04/12/tbc-paru-adalah/( diunduh pada tanggal 25 januari 2013 jam 11: 35 WIB). Ardiyansyah, Muhammad, (2012), Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, Jogjakarta : DIVA Press. Hariyanto,T; Imam; S. Wiyono,J;(2005); Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep Dan Proses; Malang : Buntara Media. Jhonson L &Lenny R (2010), Keperawatan Keluarga : plus contoh askep keluarga, Yogyakarta : NuhaMedika. Muhlisin, Abi, (2012), Keperawatan Keluarga, Yogyakarta :Gosyen Publishing. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: salemba medika. Potter & Perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, Volume 1, edisi 4, Jakarta : EGC. Somantri, Irman, (2008), Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan system Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika. Somantri, Irman, (2009), Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan system Pernapasan, Jakarta :Salemba Medika. Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 10