II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio L.) menurut Effendy (1993) dalam

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008):

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

I. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Sejarahnya, ikan mas berasal dari daratan Cina dan Rusia.

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) Menurut Kottelat (1999) ikan tawes dapat diklasifikasikan yaitu:

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

BAB II KAJIAN PUSTAKA

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IMUNOGENISITAS HEAT KILLED VAKSIN INAKTIF Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aeromonas salmonicida (sinonim Bacillus salmonicida, Bacterium trutta)

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

SISTEM PEREDARAN DARAH

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) 1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio L.) menurut Effendy (1993) dalam Laili (2007) sebagai berikut: Filum Kelas Ordo Subordo Famili Subfamili Genus : Chordata : Osteichthyes : Ostariophysi : Cyprinoidae : Cyprinidae : Cyprininae : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio L. Ikan mas mempunyai bentuk badan agak memanjang dan memipih tegak (compressed) (Kordi, 2009). Mulutnya berada di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil) (Khairuman et al., 2008 dalam Pratama, 2010). Ujung dalam mulut terdapat kerongkongan yang tersusun dari tiga baris gigi geraham (Ariaty, 1991 6

dalam Fitriyani, 2010). Sisik ikan mas tergolong sisik besar bertipe cycloid (Santoso, 1993 dalam Laili, 2007). Rumus dari sirip punggung ikan mas adalah D.IV.16-18, sirip perut V.II.8, sirip dada P.I.13-16, sirip anal A.III.5, dan sisik pada gurat sisi berjumlah 33-37. (Kordi, 2009). Mata Sirip dada Sirip perut Sirip punggung Sirip ekor Mulut Sirip anal Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) 2. Habitat dan Kondisi Perairan Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau (Kordi, 2009). Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 sampai 600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30 C (Khairuman, 2002 dalam Laili, 2007). Ikan mas dapat hidup optimal pada ph 6,5-8 (Giri, 2008) dan DO > 3 mg/l (Cholik et al., 2005). 7

3. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan mas tergolong jenis omnivora (Cholik et al., 2005), yaitu ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik, misalnya invertebrata air, udang-udangan renik, larva, serangga air, kerang-kerangan dan tanaman air (Djariah, 2001 dalam Laili, 2007). B. Aeromonas hydrophila Klasifikasi Aeromonas hydrophila (Kabata, 1985 dalam Sipahutar, 2000) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Protista : Bacteria : Schizomycetes : Pseudomonadales : Vibrionaceae : Aeromonas : A. hydrophila Gambar 2. A. hydrophilla (Hayes, 2000 dalam Rahman, 2008) 8

A. hydrophila biasanya berukuran panjang 0,7-1,8 µm dan lebar 1,0-1,5 µm, bergerak menggunakan sebuah polar flagel, berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif anaerob dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20-30ºC (Kabata, 1985 dalam Rahman, 2008). A. hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri tersebut menyerang berbagai jenis ikan air tawar dengan tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu 1-2 minggu (Kordi, 1995 dalam Yuliawati, 2010). Serangan A. hydrophila baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat kandungan oksigen rendah, suhu tinggi, akumulasi bahan organik atau sisa-sisa metabolisme ikan dan kepadatan tinggi (Sujtiati, 1990 dalam Laili, 2007). Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila akan memperlihatkan gejala-gejala seperti warna tubuh gelap, mata rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, sulit bernafas, kulit menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung dan bila dibedah akan terlihat pendarahan pada hati, ginjal dan limfa (Kordi, 2005 dalam Yuliawati, 2010). C. Probiotik Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya (Fuller, 1987 dalam Feliatra, 2004). Probiotik yang sering digunakan yaitu bakteri asam laktat (Nousiainen dan Setala, 1993 dalam Balasundaram et al., 2005), contohnya bakteri Lactobacillus yang 9

dapat menghambat dan melawan bakteri A. hydrophila (Lewus et al., 1991; Santos et al., 1996 dalam Balasundaram et al., 2005). Verschuere et al. (2000) dalam Djide et al. (2008) mendefinisikan probiotik merupakan suplemen mikroba hidup yang dapat mencegah perkembangbiakan bakteri patogen dalam saluran pencernaan, meningkatkan kualitas air dan merangsang sistem imun. Probiotik dapat menstimulasi respon imun (Fuller dan Ferdigon, 2000 dalam Balasundaram et al., 2005). Probiotik menghasilkan bahan spesifik seperti bakteriosin dan bakteriostatik peptida untuk menghambat pertumbuhan patogen termasuk A. hydrophila (Klaenhammer, 1988; Lewus et al., 1991 dalam Balasundaram et al., 2005). Shortt (1999) dalam Aslamyah (2006) menjelaskan bahwa agen biologis disebut probiotik yang baik apabila memenuhi karakter yaitu: 1) spesies bakteri probiotik sebaiknya merupakan mikroflora normal usus sehingga lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus, 2) tidak bersifat patogen, 3) toleran terhadap asam lambung dan garam empedu, 4) memiliki kemampuan untuk menempel dan mengkolonisasi sel usus, 5) memiliki kemampuan bertahan selama proses pengolahan dan waktu penyimpanan, dan 6) dapat disiapkan sebagai produk sel hidup dalam skala besar (industri). Jenis dan mekanisme kerja probiotik pada organisme akuatik menurut Irianto (2003) dalam Khasani (2007) yaitu sebagai berikut: 1) menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum, 2) merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan aktifitas enzim pengurai (selulase, 10

protease, amilase, dan lain-lain), dan 3) menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi organisme akuatik atau aktivitas makrofag. D. Imunitas Nonspesifik Kamiso dan Triyanto (1990) dalam Setyawan (2006) menyebutkan bahwa secara umum ikan memiliki dua imunitas yaitu imunitas spesifik dan nonspesifik. Imunitas spesifik (adaptive immunity) adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen (Angka et al, 1990 dalam Raharjo, 2010). Imunitas spesifik dibagi menjadi dua yaitu pertahanan berperantara sel (cell-mediated) dan pertahanan humoral (antibodi) yang memiliki memori terhadap mikrorganisme tertentu yang masuk ke dalam tubuh, sehingga dapat berguna untuk mengefektifkan penghancuran atau eliminasi mikrorganisme sejenis apabila masuk kembali (Almendras, 2001 dalam Setyawan, 2006). Mekanisme pertahanan nonspesifik merupakan pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen sehingga bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu (Angka et al, 1990 dalam Raharjo, 2010). Imunitas nonspesifik menurut Almendras (2001) dalam Setyawan (2006) meliputi: a. Pertahanan fisik, meliputi kulit termasuk sisik bagi ikan bersisik dan lendir. Lendir dan cairan pencernaan dapat menghasilkan bahan kimia yang bersifat bakterisidal. Lendir yang dihasilkan oleh sel goblet, mengandung imunoglobulin (IgM), precipitin, eglutinin alamiah, lysin, lysozime, C- protein reaktif, dan komplemen. 11

b. Pertahanan terlarut, merupakan cairan tubuh ikan yang mengandung jenis bahan atau molekul yang dapat berfungsi untuk melarutkan seperti enzim lysin, lisozim, dan protease; dan berfungsi menutupi atau menghambat pertumbuhan patogen yang masuk ke dalam tubuh seperti transferin, laktoferin, ceruloplasmin, metallothionin, ceropins, dan marganins. c. Pertahanan seluler yaitu fagositosis pada ikan, yaitu penghancuran patogen dengan proses kemotaksis, perlekatan, penelanan, dan pencernaan. E. Parameter Hematologi Perubahan fisik dan kimia darah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat menentukan kondisi ikan atau status kesehatannya. Sel dan plasma darah memiliki peran fisiologis yang sangat penting. Penyimpangan fisilogis ikan akan menyebabkan komponen-komponen darah mengalami perubahan sehingga pemeriksaan darah penting untuk memantapkan diagnosa suatu penyakit (Wedemeyer et al, 1990 dalam Zainun, 2007). Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit terbentuk di sumsum tulang dan jaringan limfa kemudian diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Leukosit lebih banyak ditransfer secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius sehingga pertahanan cepat dan kuat terhadap infeksi (Guyton dan Hall, 1997 dalam Yuliawati, 2010). 12

Leukosit merupakan salah satu komponen sel darah yang berfungsi sebagai pertahanan nonspesifik yang akan melokalisasi dan mengeliminasi patogen melalui fagositosis (Anderson, 1992 dalam Zainun, 2007). Peningkatan aktivitas fagositosis menunjukkan adanya peningkatan kekebalan tubuh, sebagaimana diungkapkan Brown (2000) dalam Zainun (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan kekebalan tubuh dapat diketahui dari peningkatan aktivitas sel fagosit dari hemosit. Sel fagosit berfungsi untuk melakukan fagositosis terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh inang. Fagositosis adalah proses memakan bahan partikel terutama bakteri ke dalam sitoplasma sel darah. Pola peningkatan persentase aktivitas fagositosis merupakan fungsi dari peningkatan total leukosit maupun persentase jenis leukosit masing-masing pada limfosit, monosit dan neutrofil (Amrullah, 2004 dalam Zainun 2007). Penghancuran patogen oleh fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat yaitu kemotaksis dimana sel-sel fagositosis mendekati mikroorganisme, menangkap, memakan (fagositosis), membunuh dan mencerna (Bratawijaja, 1991 dalam Mudjiutami et al., 2007). 13

14