dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

Sisri Yanti, Ethika, Resti Yulistia Muslim Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PAD, DBH, DAU, DAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL KABUPATEN NGAWI TAHUN

DESY NURJANAH B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP REALISASI BELANJA MODAL

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

Mia Rachmawati. Abstract. Keyword : General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), Regional Own Revenue (PAD), Capital Expenditure.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

DETERMINAN TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA PEGAWAI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

Daftar Pustaka. Diah Sulistyowati.2011.Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Diponegoro ( Dipublikasikan ).

*

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. deskriptif yaitu : N merupakan jumlah data yang akan diolah dalam penelitian

NASKAH PUBLIKASI. Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Utara yang merupakan pemekaran dari Provinsi Maluku.

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini adalah 35 kabupaten/kota dijawa tengah tahun 2011-

: Niken Kurniawati NPM :

BAB V PENUTUP. Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK).

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

DAFTAR PUSTAKA. %02014.pdf

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independennya adalah pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum dan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BELANJA MODAL TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL

Pipit Budiarti Pembimbing : Helmy Adam, SE., MSA., Ak., CPMA

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGALOKASIAN BELANJA MODAL

Oleh. Muhammad Syahroni Batubara, Popi Fauziati, Ethika Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM,DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

FLYPAPER EFFECT PADA PAD DAN DAU TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA GERBANG KERTOSUSILO

Abdullah 1) Dri Asmawanti S 2) Febriansyah 3) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu ABSTRACT

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA LANGSUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA MODAL PADA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA JAWA TIMUR

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

Sri Mulyani Hardiyanto Wibowo Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT

EFFECT OF REGIONAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION OF FUND AND SPECIAL ALLOCATION OF FUND FOR CAPITAL EXPENDITURE BUDGET ALLOCATION.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi

JUMAIDI SUSANTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

YUYUN ISTIQOMAH NIM Diajukan Oleh:

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak

Disusun Oleh : Endah Sri Purwanti B

FLYPAPER EFFECT PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NGANJUK PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

I N F O A R T I K E L. Diah Ekaningtias 1. ¹STIE Perbanas Surabaya, Jalan Nginden Semolo Surabaya Indonesia.

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

PENGARUH PAD, DAU, DAK DAN DBH TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL. Firnandi Heliyanto Nur Handayani

Transkripsi:

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TERHADAP BELANJA MODAL DI SUMATERA SELATAN TAHUN 2010-2013 Faisal Ahmad 1, Ethika 1, Meihendri 2 1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email: Faisalahmad160@gmail.com ABSTRACT This study aims to examine variabel local own revenues (PAD), general allocation fund (DAU), specific allocation fund (DAK) and budget surplus (SiLPA) of effect on capital expenditure. The sampel used in this study were all made in a sampel population 17 districs/cities in province of south sumatera, which is composed of 13 regencies and 4 cities. Sampling using census method. Census method is a method by taking a sampel of whole district/city in sumatera south. Data analysis was wearing the classic assumption test and multiple linear regression analysis to test and prove the research hypothesis. The analysis showed that the regional income has effect on capital expenditures, general allocation fund has effect on capital expenditures, a special allocation effect on capital expenditures and budget surplus effect on capital expenditures. Keywords: Local Own Revenue (PAD), General Allocation Fund (DAU), Spesific Allocation Fund (DAK), Budget Surplus (SiLPA), Capital Expenditure. Pendahuluan Latar Belakang Otonomi daerah sebagai amanat UU No. 22 Tahun 1999 kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Tujuan otonomi daerah adalah untuk mengatur pemerintahan sendiri tanpa campur tangan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah (Bastian, 2006). Halim (2007) Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Fenomena yang terjadi dari tahun 2010 hingga 2013 tentang Belanja Modal. Menunjukkan kecenderungan terus meningkat dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 7.050.251.000.000, walaupun meningkat tiap tahunnya tetapi belum terealisasi di daerah kabupaten atau kota provinsi sumatera selatan dan disisi lain terdapat ketidak konsistenan pemerintah daerah dalam mengatur belanja modal provinsi sumatera selatan yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Rata-rata belanja

modal terendah terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 2.444.617.000.000; Rendahnya belanja modal pada tahun 2010 ini adanya permasalahan kasus-kasus seperti: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan atau penghasilan dari usaha yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan kas daerah dan untuk memperkecil ketergantungan daerah mendapatkan dana dari pemerintah. Halim (2014) Dana Alokasi Umum adalah Transfer dana yang bersifat back grant sehingga pemerintah daerah mempunyai keleluasaan di dalam penggunaan DAU sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masing-masing daerah. Pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk menentukan arah penggunaan pendapatan asli daerah (PAD), dana bagi hasil (DBH), dan dana alokasi umum (DAU), namun demikian, terdapat pengeluaran yang tidak dapat dihindari yang perlu diprioritaskan oleh daerah antara lain pengeluaran untuk gaji pegawai negeri, termasuk pegawai negeri sipil pusat yang telah ditransfer ke pemerintah daerah dan pengeluaran rutin lain yang merupakan prioritas utama pengeluaran rutin yang merupakan prioritas utama pengeluaran APBD. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, paling kurang dua puluh enam persen (26%) dari penerimaan bersih dalam negeri pemerintah dialokasikan untuk DAU. Penerimaan bersih dalam negeri di sini adalah penerimaan dalam negeri setelah dikurangi dengan dana bagi hasil. Halim (2014) Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. khususnya untuk membiayai sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Peraturan Peraturan Mentri Dalam Negeri (Pemendagri) Nomor 13 tahun 2006, Sisa lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah sisa dana yang diperoleh dari aktualisasi penerimaan serta pengeluaran anggaran daerah selama satu periode anggaran. SiLPA tahun angggaran sebelumnya mencakup pelampauan penerima PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah pelampauan penerimaan yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban pada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum

terselesaikan, dansisa dana kegiatan lanjutan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap Belanja Modal di Sumatera Selatan Tahun 2010-2013. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan (kontrak) diantara dua pihak, yaitu prinsipal dan agen. Dalam teori ini prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan atas nama prinsipal (Jansen dan Mecklin, 1976). Kaitan agency theory dalam penelitian ini merupakan hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam penyaluran dana perimbangan dan antara masyarakat (DPRD) dengan pemerintah daerah. Pemerintah pusat melakukan pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur secara mandiri segala aktivitas pemerintahan di daerahnya. Konsep Keuangan Daerah Menurut Abdullah (2005) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut. Keuangan daerah memegang peranan yang sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Maka pengelolaannya harus efektif dan efisien agar tepat guna dan berhasil. Sehingga berbagai cara untuk memperoleh sumber keuangan dan untuk apa saja sumber keuangan tersebut digunakan menjadi perhatian utama bagi pemerintah daerah. Menurut Mahmudi (2010) Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah agar pengelolaan keuangan tersebut memenuhi prinsip ekonomi, efisien, efektivitas, transparansi, dan akuntanbilitas. METODOLOGI Populasi, Sampel dan Sumber Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Selatan. Penentuan sampel ditetapkan dengan teknik total sampling atau sensus yakni seluruh populasi dijadikan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berasal dari dokumen realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan (www.djpk.depkeu.go.id) dan tabel Produk

Domestik Regional Bruto Sumatera Selatan (www.bps.go.id) selama periode 2010 sampai 2013 yang berjumlah tujuh belas, terdiri dari tiga belas Kabupaten dan empat Kota. Belanja Modal Menurut Syaiful (2006) Belanja modal dapat dikategorikan kedalam 5 (lima) kategori yaitu: Belanja modal tanah, Belanja modal peralatan dan mesin, Belanja modal gedung dan bangunan, Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, dan Belanja modal fisik lainnya.belanja Modal Dapat di ukur dengan rumus: Belanja Modal = Belanja tanah + Belanja peralatan dan mesin + Belanja gedung dan bangunan + Belanja jalan + Irigasi + Belanja aset tetap lainnya Pendapatan Asli Daerah Menurut Halim (2007) Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dapat di ukur dengan rumus berikut: PAD = Pajak daerah + Restribusi daerah + Hasil pengolahan daerah yang dipisahkan + lain-lain PAD yang sah Dana Alokasi Umum Menurut Halim (2014) Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dapat diukur dengan rumus berikut: DAU = Celah fiskal + Alokasi dasar Dana Alokasi Khusus PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwa perhitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahap yaitu : 1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK 2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Penentuan daerah tertentu tersebut harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Sedangkan besaran alokasi masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Menurut Mahmudi (2010) Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah sisa lebih antara pendapatan LRA dan belanja, serta peneriamaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN /APBD selama

satu periode pelaporan. SiLPA dapat diukur dengan rumus: Tingkat Pembiayaan SiLPA = Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Sebelumnya di Bagi Dengan Total Belanja Metode Analisis Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda, model analisisnya sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + ε Keterangan : Y : Belanja Modal a : Konstanta X 1 : PAD X 2 : DAU X 3 : DAK X 4 : SiLPA b 1 -b 4 : Koefesien Regresi ε: merupakan error term ANALISIS DAN PEMBAHASAN Stastistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah proses penyajian pengolahan data yang dijelaskan dengan ringkas dalam bentuk tabel. Seperti tabel 1: Tabel 1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian N Min Maks Mean Std.Dev BM 58 27242 1045782 304318,5939 199915,851 PAD 58 10018 558705 70129,72903 103631,905 DAU 58 80256 1125008 451186,677 205064,654 DAK 58 8177 147190 48361,96 25676,654 SiLPA 58 377 439401 83123,10791 94876,720 Sumber: Pengolahan Data Sekunder Hasil Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Pengujian normalitas digunakan untuk melihat apakah data tersebut terdistibusi dengan normal atau tidak. Dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test, dimana variabel tersebut dikatakan normal jika nilai Asymp Sig (2-Tailed) diatas 0,05 dapat dikatakan normal seperti tabel berikut. Tabel 2 Hasil Pengujian Normalitas dengan One Sample Kolmogorov Smirnov Test Asymp Sig Ket (2-Tailed) Alpha Kesimpulan BM 0,141 0,05 Normal LnPAD 0,578 0,05 Normal DAU 0,429 0,05 Normal DAK 0,461 0,05 Normal LnSILPA 0,373 0,05 Normal Sumber : pengolahan data sekunder Uji Multikolonieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen) jika angka tolerance > 0,1 dan VIF < 10 dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Dan jika angka tolerance besar dari 0,1 dan VIF besar dari 10 dikatakan terdapat gejala multikolinearitas. Tabel 3 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Independen Variabel Tolerance VIF Keterangan LnPAD 0,337 2,964 Tidak terjadi Multikolinearitas DAU 0,279 3,588 Tidak terjadi Multikolinearitas DAK 0,571 1,751 Tidak terjadi Multikolinearitas LnSILPA 0,772 1,295 Tidak terjadi Multikolinearitas Sumber: Pengolahan Data Sekunder Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai VIF dan tolerance. Nilai VIF untuk pendapatan asli daerah (LnPAD) sebesar 2,964 dengan tolerance sebesar 0,337, variabel dana alokasi umum (DAU) mempunyai nilai VIF sebesar 3,588 dengan tolerance sebesar 0,279, variabel dana alokasi khusus (DAK) mempunyai nilai VIF sebesar 1,751 dengan tolerance sebesar 0,571 dan variabel sisa lebih pembiayaan anggaran (LnSiLPA) mempunyai nilai VIF sebesar 1,295 dengan tolerance sebesar 0,772. Masing- masing varibel bebas tersebut memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara variabel bebas dan model ini layak digunakan dalam analisis regresi berganda. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin -Watson Model Durbin-Watson 1 1,769 Sumber: Pengolahan Data Sekunder Berdasarkan hasil uji autokolerasi pada tabel 4 dapat diketahui nilai DW sebesar 1,769. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5% (persen), Dalam uji ini menggunakan formula du < dw < 4-du, jumlah sampel 58, dan variabel bebas/independen (k) = 4, du = 1,727. maka dapat disimpulkan bahwa dw =1,769 lebih besar dari du = 1,727 dan kecil dari 4-du = 2,273 sehingga tidak terdapat autokolerasi. Uji Heteroskedastisitas Dalam SPSS metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya Uji heterokedastisitas untuk melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted Value (Ghozali, 2011). Dari hasil uji

heterokdastisitas yang dilakukan terhadap penelitian ini diperoleh sebagai berikut: Gambar 1 Sumber: Pengolahan Data Sekunder Dari gambar 1, terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas, sehingga dapat dikatakan bebas dari gejala heterokedastisitas. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian Koefesien Determinasi Tabel 5 Hasil Uji Koefesien Determinasi Keterangan Koefesien t hit Sig kesimpul an Konstanta -1,696E6-5,557 Pendapatan Asli Daerah 0,137373 3,900 0,000 Diterima Dana Alokasi Umum -0,338-2,122 0,039 Diterima Dana Alokasi Khusus 3,467 3,902 0,000 Diterima Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 0,48818 3,832 0,000 Diterima R = 0,778 R Square = 0,606 F hit = 20,360 F sig = 0,000 α = 0,05 Sumber: pengolahan data sekunder Dari tabel 5 dapat disusun persamaan regersi berganda sebagai berikut: Y= -1,696E6 + 0,137373 X 1 + -0,338 X 2 + 3,467 X 3 + 0,48818 X 4 + ɛ Dari persamaan diatas, hasil yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta sebesar -1,696E6 artinya jika Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dianggap konstanta maka Belanja Modal adalah sebesar - 1,696E6 2. Nilai koefesien regresi Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,137373, artinya jika Pendapatan Asli Daerah ditingkatkan sebesar satu satuan, maka Belanja Modal meningkat sebesar 0,137373 satuan. 3. Nilai koefesien regresi Dana Alokasi Umum sebesar -0,338 artinya jika Dana Alokasi Umum ditingkatkan sebesar satu satuan, maka Belanja Modal menurun sebesar -0,338 satuan. 4. Nilai koefesien regresi Dana Alokasi Khusus sebesar 3,467 artinya jika Dana Alokasi Khusus ditingkatkan sebesar satuan, maka Belanja Modal meningkat sebesar 3,467 satuan. 5. Nilai koefesien regresi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran sebesar 0,48818 artinya jika Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran ditingkatkan sebesar satu satuan, maka Belanja Modal meningkat sebesar 0,48818 satuan.

Pembahasan Hipotesis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Berdasarkan hasil dari pengujian signifikan uji t disajikan data pada tabel 5 hasil hipotesis pertama analisis menunjukkan bahwa nilai sig.t hitung sebesar 0,000<0,05, maka H 0 ditolak H a diterima. Artinya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah sangat berperan penting dalam pembangunan daerah tersebut. Oleh karena itu daerah hendaknya lebih meningkatkan lagi dalam memanfaatkan sumber daya daerah untuk dapat digunakan dalam rangka kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan. Hasil hipotesis ini mendukung penelitian Jaya dan Dwirandra (2014), Siswantoro (2012), berbeda dengan penelitian Wandira (2013) dan Pradita (2013) yang menyatakan Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa nilai sig. t hitung sebesar 0,039<0,05, maka H 0 ditolak H a diterima. Karena tanda koefesien negatif Artinya dana alokasi umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Semakin tinggi Dana Alokasi Umum yang diterima maka akan semakin rendah pula Belanja Modalnya. Hal ini terjadi karena DAU digunakan untuk membiayai belanja yang lain seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja lainnya. Hasil hipotesis ini mendukung penelitian, Pradita (2013) dan Putro (2010), berbeda dengan penelitian Kusnandar & Siswantoro (2012) yang menyatakan Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Hasil analisis hipotesis ketiga menunjukkan bahwa nilai sig. t hitung sebesar 0,000<0,05, maka H 0 ditolak H a diterima. Artinya dana alokasi khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Semakin tinggi dana alokasi khusus yang diterima daerah maka akan semakin tinggi pula Belanja Modalnya. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang mendapatkan DAK yang besar akan cenderung memiliki belanja modal yang besar pula. Karena adanya indikasi yang kuat bahwa perilaku belanja modal akan sangat dipengaruhi dari sumber penerimaan DAK. Pendapatan daerah yang berupa Dana Perimbangan (transfer daerah) dari pusat menuntut daerah membangun dan mensejahterahkan rakyatnya melalui pengelolaan kekayaan daerah yang proposional dan professional serta membangun infrastruktur yang berkelanjutan, salah satunya pengalokasian anggaran ke sektor belanja modal. Hasil

hipotesis ini mendukung penelitian Tausikal (2008) dan Miharbi (2013) yang menyatakan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Modal. Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Belanja Modal Hasil analisis hipotesis keempat menunjukkan bahwa nilai 0,000<0,05, maka H 0 ditolak H a diterima. Artinya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Dimana apabila terjadi kenaikan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran maka Belanja Modal juga akan meningkat. Hasil hipotesis ini mendukung penelitian Kusnandar & Siswantoro (2012). KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Keterbatasan dan saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah jangka waktu penelitian dan menambahkan selain variabel independen dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Rajawali. Jakarta. Badan pusat statistik. www.bps.go.id Direktorat jenderal perimbangan keuangan. www.djpk.depkeu.go.id Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, EdisiKelima, Cetakan Kelima, BPUD: Semarang. Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta.. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik, Problematika Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah. Salemba empat. Jakarta. Jaya, Putu Ngurah Panji Kartika dan Dwirandra, A.A.N.B. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi, Ejurnal, Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Udaya, Bali. Kusnandar & Dodik Siswantoro. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal. Mahmudi. 2010. Manajemen Keungan Daerah, Erlangga, Jakarta. Miharbi, Liyoni Arista. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja

Modal, Jurnal Akuntansi, Universitas Gorontalo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Pradita, Rizanda Ratna. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal, Jurnal Akuntansi, Universitas Surabaya. Putro, Nugroho Suratno. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (studi kasus pada kabupaten/kota Di Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Syaiful. 2006. Pengertian dan Perlakuan Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan. Tausikal, Askam. 2008. Pengaruh DAU, DAK, PAD dan PDRB terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia, Jurnal Akuntansi Universitas Patimura, Ambon. Undang-Undang Republik Indonesia No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. www.bapenas.go.id Undang-Undang Republik Indonesia No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. www.bapenas.go.id Wandira, Arbie gugus. 2013. Pengaruh PAD, DAK, dan DBH Terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Accounting Analysis Journal. No. 1 Vol (3) (Diakses, Januari 2016).