Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

dokumen-dokumen yang mirip
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dry Socket. 1. Pendahuluan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pendekatan transalveolar (pembedahan). Sebelum dilakukan pengangkatan

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3

Pendahuluan. Bab Pengertian

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

PERAWATAN PERIODONTAL

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu gigi utuh atau akar gigi dari alveolus dengan alat-alat ekstraksi (forceps),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

BAB I PENDAHULUAN. dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. dengan tang, elevator, atau pendekatan trans-alveolar. Ekstraksi bersifat. irreversible dan terkadang menimbulkan komplikasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

ENDODONTIC-EMERGENCIES

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Saluna Deynilisa

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN MELAKSANAKAN INSTRUKSI SETELAH PENCABUTAN GIGI DI RSGM FK UNSRAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

Transkripsi:

DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan gigi terbentuk bekuan darah di tempat pencabutan, di mana bekuan ini terbentuk oleh jaringan granulasi, dan akhirnya terjadi pembentukan tulang secara perlahan-lahan. Bila bekuan darah ini rusak maka pemulihan akan terhambat dan menyebabkan sindroma klinis yg disebut alveolar osteitis (dry socket). Dry socket terjadi sekitar 3% setelah dilakukan tindakan pencabutan gigi. Komplikasi ini sering terjadi setelah pencabutan gigi posterior dan lebih sering terjadi pada rahang bawah daripada di rahang atas. Regio molar bawah adalah daerah yang sering terkena, khususnya alveolus molar ketiga. Dry socket lebih sering terjadi setelah pencabutan gigi yang menggunakan anastesi lokal daripada pencabutan gigi yang menggunakan anastesi umum. Etiologi Ada beberapa penyebab dari timbulnya dry socket. Dry socket bisa terjadi karena trauma selama pencabutan gigi, penurunan perdarahan yang diakibatkan karena penggunaan injeksi epinephrine atau vasokonstriktor lainnya. Selain itu penyebab lain dry socket adalah karena adanya infeksi pada soket gigi setelah pencabutan gigi, tulang yang tebal, hilangnya blood clot. Kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan darah. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket. Orang Periode 20 Februari 2012 16 Maret 2012 Page 1

dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket paska pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis (radang gusi), periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan perikoronitis (peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang impaksi).adanya trauma dan infeksi menyebabkan timbulnya reaksi inflamasi pada sum-sum tulang dan akan terjadi pelepasan tissue activator. Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya perubahan plasminogen di dalam clot menjadi plasmin. Agen fibrinolitik ini akan menghacurkan blood clot dan pada saat yang bersamaan, terjadi pelepasan kinin dari kinogen, yang juga di dalam clot, sehingga akan menimbulkan terjadinya rasa sakit. Sedangkan menurut Kruger (1974), penyebab dari munculnya dry socket tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan insiden terjadinya dry socket yaitu truma, infeksi suplai darah dari tulang sekitar, dan kondisi sistemik. Penyebab dari komplikasi ini juga dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat menghalangi terbentuknya blood clot di dalam alveolus. Pasien dengan dense osteosclerotic bone, atau gigi dengan osteosclerotic alveolar wall yang disebabkan karena iinfeksi kronik, merupakan faktor predisposisi munculnya dry socket. Periode 20 Februari 2012 16 Maret 2012 Page 2

Gejala Klinis Dry socket biasanya akan muncul pada hari ke 3-5 sesudah tindakan bedah atau pencabutan gigi. Keluhan utamanya adalah timbulnya rasa sakit yang hebat. Pada pemeriksaan terlihat alveolus terekspos dan sensitive, terselimuti kotoran dan disertai dengan munculnya peradangan gingiva. Menurut Pedlar dan kawan-kawan (2001), akan terlihat adanya sisa clot yang berwarna abu-abu, mukosa sekitar dan alveolus akan berwarna merah dan bengkak. Inflamasi akan menyebar secara mesiodistal melalui alveolus, menyebabkan timbulnya rasa empuk pada gigi disebelahnya jika dilakukan penekanan. Biasanya jika hal ini terjadi pasien akan merasa bahwa telah terjadi salah pencabutan gigi karena akan muncul rasa sakit pada gigi sebelahnya. Selain itu juga akan timbul bau mulut dan terdapat local lymphadenitis. Periode 20 Februari 2012 16 Maret 2012 Page 3

Diagnosa Diagnosis dry socket ditetapkan dengan memeriksa gusi apakah tulang alveolar terekspos. Soket juga dapat diuji apakah sensitive terhadap sentuhan. X-ray dapat dilakukan untuk menentukan apakah terdapat fragmen gigi atau tulang dalam soket. Pengobatan Apabila tidak dilakukan perawatan, maka komplikasi ini akan hilang secara spontan dengan sendirinya. Biasanya dibutuhkan waktu selama 4 minggu dan selama itu rasa sakit akan tetap timbul. Apabila tidak dilakukan perawatan dengan benar, maka dry socket akan berkembang menjadi osteomyelitis. Menurut Pederson (1996), perawatan yang dilakukan harus dilakukan dengan hati-hati. Bagian yang mengalami alveolitis dirigasi dengan menggunakan larutan saline yang hangat dan diperiksa. Lakukan palpasi yang hati-hati dengan menggunakan aplikator kapas untuk membantu dalam menentukan sensitivitas. Apabila pasien tidak tahan, maka dilakukan anastesi lokal atau topikal sebelum melakukan packing. Packing ini dilakukan dengan memasukkan pembalut obatobatan ke dalam alveolus. Pembalut diganti sesudah 24-48 jam kemudian dirigasi dan diperiksa kembali. Kebanyakan dry socket akan sembuh sesudah 4-5 hari, apabila sampai 5-7 hari maka harus dilakukan rontgen, dan diperkirakan terjadi osteomyelitis. Menurut Pedlar dan kawan-kawan (2001), perawatan yang dilakukan yaitu irigasi soket dengan menggunakan larutan saline hangat untuk menghilangkan debris. Lalu lakukan pemberian antiseptic dressing untuk menutupi tulang yang terekspos. Antiseptic dressing yang digunakan adalah pasta eugenol yang diletakaan di bagian korona dari soket gigi untuk menutup tulang. Biasanya dressing ini tidak perlu diganti karena akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Ada juga dressing alternatif yang dapat digunakan yaitu Whitehead s varnish pada ribbon gauze, Bismuth iodoform dan parafin paste dalam gauze. Dressing alternatif ini harus diganti setelah satu minggu. Sedangkan menurut Laskin (1985), perawatan yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat dari soket. Perawatan yang dilakukan Periode 20 Februari 2012 16 Maret 2012 Page 4

dengan dua cara, yaitu pertama dengan terapi lokal berupa irigasi soket gigi dengan sterile isotonic saline solution atau dilute solution dari hidrogen peroksida untuk menghilangkan material nekrotik dan debris. Lalu diikuti dengan pemberian dressing dengan menggunakan eugenol atau guaiacol, anastesi topikal (butacaine) yang diletakkan pada gauze. Yang kedua sebagai tambahan dari terapi lokal adalah dengan pemberian analgesik seperti codeine sulfate (1/2 gram) atau meperidine (50 gram) setiap 3-4 jam sekali. Pasien harus selalu di evaluasi. Jika rasa sakitnya telah hilang, maka pemberian medikasi di dalam soket tidak harus diganti. Tetapi jika rasa sakitnya masih muncul, maka lakukan irigasi dan dressing di dalam soket harus di ganti. Pemberian analgesik dapat diberikan secara oral maupun parenteral. Tindakan kuretase tidak boleh dilakukan sebagai perawatan dry socket. Karena tindakan ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya penyebaran infeksi. Pencegahan Insiden terjadinya komplikasi ini dapat dicegah. Karena ada keterlibatan bakteri yang dapat menimbulkan dry scoket, maka sebelum tindakan pencabutan gigi dilakukan pemberian prophylactic administration berupa metronidazole, atau melakukan irigasi pada gingival crevice dengan menggunakan clorhexidine. Menurut Pedlar dan kawan-kawan (2001), pencegahan komplikasi ini dapat dilakukan dengan mengurangi trauma, pembersihan alveolus, dilakukan packing sebagai profilaksis dengan pembalut obat. Periode 20 Februari 2012 16 Maret 2012 Page 5

Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan atraumatic surgery, hindari terjadinya kontaminasi, dan menjaga kesehatan umum pasien dengan baik. Komplikasi Jika periodontitis tidak tertangani dapat terjadi komplikasi seperti osteomyelitis. Periode 20 Februari 2012 16 Maret 2012 Page 6