BAB IV PENUTUP. 1. Eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dibagi menjadi 2 (dua) periode. Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.09-HT TAHUN 1998 TENTANG PEDOMAN BESARNYA IMBALAN JASA BAGI KURATOR DAN PENGURUS

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Akuntansi forensik berperan dalam beberapa proses dalam perkara kepailitan. Hal ini

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya, suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan

Rencana Aksi Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha. Mahkamah Agung Republik Indonesia [SK KMA NO.43/KMA/SK/II/2017]

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT UNTUK KEPENTINGAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB V PENUTUP. 1. Didalam pasal 222 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang. kepailitan dan PKPU, dikatakan Debitur yang tidak dapat atau

KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. Oleh : Linda Firdawaty * Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Pada awal

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

NOMOR 3 TAHUN 1950 TENTANG PERMOHONAN GRASI

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.726, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Kurator. Pengurus. Syarat. Tata Cara.

Penundaan kewajiban pembayaran utang

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang dialami Kurator hanya bertujuan untuk menghambat

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

BAB II PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

Heri Hartanto - FH UNS

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA


BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

PENGADILAN NEGERI JAKARTA BARAT SOP PENYELESAIAN BERKAS PERKARA GUGATAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan (Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia)

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT TERHADAP PIHAK KETIGA 1 Oleh : Ardy Billy Lumowa 2

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ekonomi tersebut. Modal yang dimiliki oleh para pengusaha

Oleh : A.A. Nandhi Larasati Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Per June 2009 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 071/PUU-II/2004

Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Penyelesaian Kepailitan (Resolving Insolvency) Februari 2017

DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

Dra. Hj. Ernida Basry, M.H NIP PANITERA Judul SOP Pencabutan Perkara Tingkat Pertama

BAB V KESIMPULAN, KETERBATAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah penulis

ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN WISHNU KURNIAWAN SEPTEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

PUTUSAN Nomor 18 PK/N/1999 =================================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

KEDUDUKAN NASABAH KOPERASI SIMPAN PINJAM DALAM PAILITNYA KOPERASI SIMPAN PINJAM.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR. Sebelum keluarnya UUK dan PKPU, peraturan perundang-undangan yang

BAB V PENUTUP. 1. Beberapa Kendala yang dihadapi Bank BRI yaitu: a. Kendala Terkait dengan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Hak Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari;

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kemakmuran masyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik

KETERANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

PUTUSAN Nomor 22/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara. sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaaan.

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis, dapat diambil kesimpulan, sebagi berikut : 1. Eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dibagi menjadi 2 (dua) periode yaitu sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan pada saat berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. a. Eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di dominasi oleh ketidakpuasan pelaku usaha terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Kepailitan yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetepan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang dikarenakan rendahnya tingkat asset recovery. Selain

131 itu muncul sarana/lembaga lain disamping Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yaitu The Jakarta Initiative. The Jakarta Initiative adalah lembaga yang bernaung di bawah Komite Kebijakan Sektor Keuangan yang menawarkan model mediasi diluar pengadilan (out of court settlement). The Jakarta Initiative menawarkan berbagai insentif bagi debitur yang beritikad baik untuk merestrukturisasi utangnya. Pada periode sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang masih terdapat beberapa perkara yang digugurkan karena pemohon pernyataan pailit tidak hadir pada sidang pertama padahal telah dipanggil secara resmi (official) dan patut (properly), sehingga menyebabkan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengugurkan beberapa perkara yang diajukan. b. Eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada saat berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang masih di dominasi oleh ketidakpuasan terhadap rendahnya asset recovery. Selain itu, faktor krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat imbasnya juga menerpa Indonesia serta keluarnya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus juga berpengaruh terhadap eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam

132 menyelesaikan perkara kepailitan. Bahkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus yang diterbitkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada awal tahun 2013 menyebabkan lebih banyaknya permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang dibandingkan dengan permohonan pernyataan kepailitan. 2. Kendala yang dihadapi oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat antara lain: a. Jumlah hakim yang tidak memadai di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat; b. Kualitas hakim niaga satu dengan hakim niaga yang lain berbeda; c. Tidak adanya hakim niaga tetap di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat; d. Jumlah pengadilan niaga di Indonesia terlalu sedikit menyebabkan daerah hukum pengadilan niaga yang sudah ada menjadi terlalu luas; e. Tidak jelasnya kedudukan para kreditur; f. Terbatasnya kompetensi relatif suatu pengadilan niaga; g. Terlalu cepatnya waktu yang disediakan untuk menyelesaikan perkara kepailitan; h. Tidak adanya satu ruangan khusus untuk menyelesaikan perkara kepailitan; i. Kurangnya jumlah staf niaga di Kepaniteraan Niaga Pengadilan Niaga pada Pengadian Negeri Jakarta Pusat.

133 B. Saran Setelah dilakukan penelitian mengenai eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam menyelesaikan perkara kepailitan, maka berdasarkan datadata yang diperoleh penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai bahan evaluasi, yaitu: 1. Mengenai eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam menyelesaikan perkara kepailitan: a. Terhadap Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia hendaknya mempertimbangkan untuk melakukan revisi terhadap Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus terutama mengenai persoalan mengenai siapa yang dibebankan atas fee kurator jika putusan permohonan pernyataan pailit dibatalkan di tingkat kasasi ataupun dengan peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung karena di dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus apabila putusan permohonan pernyataan pailit dibatalkan di tingkat kasasi ataupun dengan peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung, maka pemohon pailit lah yang dibebankan untuk membayar fee kurator, sehingga hal

134 ini menyebabkan pemohon pailit lebih memilih untuk mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang dibandingkan langsung mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Agar pemohon pailit lebih memilih untuk langsung mengajukan permohonan pernyataan pailit di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat daripada mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang terlebih dahulu, haruslah dilakukan revisi terhadap Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus. b. Terhadap Dewan Perwakilan Rakyat: Dewan Perwakilan Rakyat hendaknya mempertimbangkan untuk melakukan revisi terhadap peraturan kepailitan yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terutama mengenai persoalan asset recovery dan jangka waktu pemberesan harta pailit. Di dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak dijelaskan mengenai asset recovery dan jangka waktu pemberesan harta pailit. Hal ini menyebabkan menurunnya permohonan pernyataan kepailitan yang masuk ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Agar permohonan pernyataan kepailitan yang masuk ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

135 tidak terus menurun dan cenderung konsisten, haruslah dilakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 2. Mengenai kendala Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam menyelesaikan perkara kepailitan: a. Terhadap Pengadilan Niaga Jakarta Pusat: a) Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai salah satu dari 5 (lima) pengadilan yang ada di Indonesia hendaknya melakukan pembenahan dengan menambah jumlah staf niaga di Kepaniteraan Niaga Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan melakukan peningkatan terhadap sarana dan prasarana untuk mendukung terlaksananya proses peradilan yang efisien; b) Hakim yang ada di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat hendaknya mau meningkatkan pengetahuannya terhadap hukum kepailitan sehingga tidak ada lagi hakim niaga yang kurang begitu paham masalah hukum kepailitan. b. Terhadap Mahkamah Agung: a) Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi hendaknya mempertimbangkan untuk menambah jumlah pengadilan niaga minimal ada di setiap ibukota propinsi agar terciptanya proses peradilan yang efektif;

136 b) Mahkamah Agung hendaknya mempertimbangkan untuk menambah jumlah hakim yang memiliki keahlian di bidang niaga di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat agar proses persidangan niaga di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dapat berjalan dengan efektif. c) Mahkamah Agung hendaknya mempertimbangkan untuk mutasi terhadap hakim niaga hanya di antara lingkungan pengadilan niaga satu dengan pengadilan niaga lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi hakim yang berasal dari daerah yang tidak ada pengadilan niaga nya dan minim pengetahuan soal kepailitan yang otomatis membutuhkan waktu untuk mempelajari soal kepailitan duduk sebagai hakim pengadilan niaga. Namun begitu hakim tersebut telah menguasai ilmu kepailitan, hakim itu sudah saatnya dipindahkan ke daerah lain yang tidak ada pengadilan niaga nya. d) Mahkamah Agung hendaknya mempertimbangkan untuk mempermudah jalur koordinasi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat kepada pengadilan-pengadilan negeri lain di Indonesia, agar terhadap pemberesan harta pailit dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Mempermudah disini maksudnya adalah jalur koordinasi sebaiknya dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat ataupun pengadilan niaga-pengadilan niaga lain di Indonesia langsung kepada Mahkamah Agung. Untuk selanjutnya dibuatkan surat keputusan.

137 Tanpa perlu melalui ketua pengadilan negeri tempat harta pailit berada. c. Terhadap Dewan Perwakilan Rakyat: Dewan Perwakilan Rakyat hendaknya juga mempertimbangkan untuk melakukan revisi terhadap peraturan kepailitan yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terutama mengenai persoalan jangka waktu penyelesaian perkara kepailitan mulai dari awal sampai dengan penjatuhan putusan permohonan pernyataan pailit. Selain itu, mengenai kedudukan para kreditur. Agar lebih diperjelas di dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan yang baru nantinya mengenai kedudukan para kreditor dan kreditor mana yang lebih berhak atas harta pailit. Agar terciptanya peraturan kepailitan yang lebih baik dan lebih sempurna daripada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.