PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan

dokumen-dokumen yang mirip
PASCA PANEN BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

KONSEP SOP PENANGANAN PASCAPANEN Bawang Merah

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

TEKNIK PENGERINGAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU BAWANG MERAH (Allium cepa L) DI PROVINSI ACEH. Eka Fitria

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

Penanganan Hasil Pertanian

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

HASIL DAN PEMBAHASAN

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

BAB III SARANA PRASARANA

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN

Kawasan Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara terkenal tidak hanya karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PENANGANAN PASCAPANEN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

TEKNOLOGI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DI KAWASAN DANAU TOBA

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

PENGOLAHAN BUAH LADA

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

Dairi merupakan salah satu daerah

SANITASI DAN KEAMANAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Bahan ajar ini berisikan materi Panen dan Pasca Panen Bawang Merah. Materi Panen membahas tentang penentuan waktu panen dan penanganan panen. Materi Pasca Panen membahas tentang kegiatan segera setelah panen, pengeringan, pembersihan, sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan dan distribusi bawang merah B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar Setelah berlatih, peserta diharapkan dapat memahami dan menjelaskan panen dan pasca panen bawang merah dengan baik dan benar. 2. Indikator Keberhasilan Setelah berlatih : a. Peserta mampu menjelaskan penentuan saat panen tanaman dengan baik dan benar. b. Peserta mampu melakukan panen tanaman dengan baik dan benar. c. Peserta mampu melakukan kegiatan segera setelah panen dengan benar d. Peserta mampu menjelaskan kegiatan pengeringan ddengan benar e. Peserta mampu menjelaskan kegiatan pembersihan dengan benar f. Peserta mampu menjelaskan kegiatan sortasi dan grading dengan benar g. Peserta mampu menjelaskan kegiatan penyimpanan dengan benar h. Peserta mampu menjelaskan kegiatan pengemasan dengan 1

benar i. Peserta mampu menjelaskan kegiatan distribusi dengan benar C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Panen a. Penentuan Waktu Panen b. Penanganan Panen 2. Pasca Panen a. Perlakuan segera setelah Panen b. Pengeringan c. Pembersihan d. Sortasi dan Grading e. Penyimpanan f. Pengemasan g. Distribusi 2

PANEN BAWANG MERAH A. Penentuan saat Panen Bawang Merah Menetuntukan saat panen adalah menetapkan saat panen yang tepat sehingga tidak terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada saat panen atau pasca panen. Kegiatan ini perlu dilakukanan dengan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan faktor-faktor lain seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja dan pengangkutan hasil produksi. Kegiatan ini penting dilakukan bagi petani, baik untuk tanaman semusim (tanaman pangan dan hortikultura) maupun tanaman tahunan (tanaman buah-buahan dan tanaman industri). Jika petani tidak menentukan saat panen dari usaha pertaniannya maka kemungkinan petani akan menghasilkan produksi yang tidak maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya. Akibatnya keuntungan petanipun akan menjadi tidak maksimal. Kegiatan penentuan saat panen ini umumnya petani tidak melakukan, namun sesungguhnya dengan tanpa disadari bahwa beberapa petani telah melakukan kegiatan ini. Pertimbangan menentukan saat panen ; Adanya kriteria yang diberlakukan bagi tanaman untuk siap dipanen sesuai dengan kebutuhan produksinya. Apakah hasil panen akan dijual sesuai kriteria permintaan pasar atau sesuai kriteria pemanfaatan hasil produksi, misalkan untuk benih. Pertimbangan waktu yang berkaitan dengan keadaan cuaca/iklim pada saat panen, baik untuk kemudahan pada saat pelaksanaan panen ataupun karena pengaruh ciaca/iklim terhadap sifat hasil produksi yang akan dipanen. 3

Pertimbangan umur tanaman atau umur buah, dimana untuk beberapa jenis tanaman sudah mempunyai ketentuan pada umur tertentu sudah harus dipanen. Kriteria Penentuan Saat Panen Sebagaimana diuraikan diatas bahwa ada beberapa kriteria yang sebaiknya diikuti untuk menentukan saat panen. Hal ini tergantung dari apakan hasil produksi akan langsung dijual atau akan dijadikan benih. Namun secara umum kriteria yang biasa digunakan bagi para petani adalah sebagai berikut: 1). Berdasarkan kenampakan (visual) Beberapa jenis komoditas dapat ditentukan saat panennya berdasarkan kenampakan baik kenampakan dari buah, batang ataupun daunnya. Misalnya; warna, keadaan kulit, ukuran, bentuk dsb. Berdasarkan kriteria ini adalah sangat mudah untuk dilakukan karena dapat dilihat secara langsung. 2). Berdasarkan fisik (morphologisnya) Beberapa jenis komoditas tanamam dapat dilihat dari segi fisik atau morphologisnya, Misal; tingkat kekenyalan, berat persatuan buah/biji, keriput atau bernas, dan lain-lain. Contoh buah kelapa, kalau tua akan mengecil Penentuan panen dengan metode ini sangat subyektif dan juga dipengaruhi faktor lingkungan. 3). Berdasarkan analisis kimia Sebagian produksi diambil sebagai sampel untuk dilakukan analisis kimia di laboratorium. Dari hasil analisis tersebut akan dapat menentukan sifat kimiawi dari hasil produksi yang sedang diuji dan barulah dapat ditentukan apakah tanaman sudah bisa dipanen atau menunggu beberapa hari lagi sesuai dengan persyaratan kualitas produksi yang dikehendaki. 4

4). Berdasarkan kadar air Kriteria ini biasa diterapkan untuk tujuan tertentu; misalnya untuk penghasil produksi benih. Penentuan panen dengan metode ini dapat lebih obyektif karena panen baru dilakukan jika biji telah mencapai kadar alr tertentu. Meskipun demikian kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan karena biji selalu dalam keadaan equilibrium dengan llingkungan sekitarnya. 5). Berdasarkan fisiologi Sebagaimana penentuan kadar air yang juga dilakukan dilaboratorium, sifat-sifat kimia yang biasa ingin diketahui adalah kadar gula dan tingkat keasamannya. Misalnya pada tanaman tebu dan karet merupakan tanaman sepesifik yang memerlukan analisis ini untuk menentukan saat panen. 6). Berdasarkan umur tanaman Pada umumnya adalah tanaman semusim atau tanaman yang hanya satu kali periode produksi langsung mati. Kelemahan penentuan saat panen berdasarkan umur adalah bahwa umur tanaman (mulai sebar benih sampai panen) sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga sangat bervariasi. Pada umur tertentu ternyata tanaman belum siap panen, padahal seharusnya sudah harus dipanen. Kriteria Panen Bawang merah Visual : Untuk tujuan konsumsi ditandai dengan kondisi daun mulai menguning dan rebah (60 70%) dan untuk benih (80 90%), umbinya tampak menonjol dari permukaan tanah, warna umbi terlihat kemerahan. Fisik : dengan perabaan leher umbi lunak 5

Komputasi : penentuan umur tanaman sejak tanam (tergantung varietas, cuaca/musim, pemeliharaan tanaman) B. CARA PANEN 1. Panen adalah proses pengambilan umbi bawang merah yang sudah menunjukkan cirri ( sifat khusus ) untuk dicabut ( masak panen optimal ) 2. Umur tanaman Bawang merah siap panen bervariasi antara 50-90 hari, tergantung varietasnya dan lokasi tanam. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari setelah tidak ada embun dan tidak saat turun atau menjelang hujan. Keadaan tanah pada saat panen diusahakan kering untuk mencegah terjadinya pembusukan umbi. Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, umbi terbawa berikut akar dan diusahakan daun jangan patah. Jika tanah terlalu keras, pencabutan sebaiknya dibantu dengan menggunakan cukil agar umbi bawang merah tidak rusak. Panen dilakukan serentak seluruh petak untuk umur tanaman yang sama. Dilakukan pencatatan kegiatan panen. 6

PASCA PANEN BAWANG MERAH A. Perlakuan Segera Setelah Panen Perlakuan segera setelah panen adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada komoditas segera setelah panen. Pada bawang merah tindakan ini berupa pengikatan, pengumpulan, penjemuran awal (pelayuan/pemulihan/curing) sampai leher umbi menyempit. Standar perlakuan segera setelah panen : 1. Pengikatan, semua umbi yang di panen segera diikat sebaiknya menggunakan tali yang terbuat dari bambu. 2. Bagian yang diikat adalah bagian pucuk (3-5 cm dari ujung daun) atau 1/3 bagian atas, besarnya ikatan segenggam tangan (sekitar 1 kg) 3. Bagian umbi yang tertinggal (tidak tercabut) dikumpulkan untuk dilakukan pelayuan terpisah 4. Tempat untuk penjemuran di lahan bekas penanaman, dialasi dengan terpal atau daun jati, anyaman bambu. Umbi yang sudah diikat ditata dialas tersebut secara teratur, tidak bertumpuk, dengan daun menghadap ke atas supaya daun cepat layu dan mengering. 5. Pembalikkan ikatan dilakukan supaya bagian dalam terkena sinar matahari dan posisi umbi tetap tertutup 6. Pengikatan ulang dilakukan dengan menggabungkan dua ikatan menjadi satu ikatan 7. Pada waktu malam hari/hujan ditutup dengan plastik transparan yang dibuat lorong dengan penyangga terbuat dari lengkungan bambu dengan ketinggian 40 cm dan panjang sesuai lahan penjemuran. Pada saat siang hari bila ada cahaya matahari plastik transparan dibuka ke samping lahan 7

8. Selama penjemuran bila terlihat bawang yang cacat/rusak/lepas dari ikatan, lakukan penanganan yang terpisah digabung dengan umbi protolan 9. Lakukan pencatatan B. Pengeringan Kegiatan ini berupa penjemuran lanjutan bawang merah untuk menurunkan kadar air umbi, sehingga umur simpannya menjadi lebih panjang. Hal ini mencegah kerusakan umbi akibat busuk atau serangan penyakit. Cara yang dapat ditempuh untuk mengeringkan bawang merah yaitu dengan menjemur dan menggunakan teknologi system pengeringan dan penyimpanan (instore drying) Pengeringan bawang merah yang sering dilakukan oleh petani adalah dengan menjemurnya dibawah sinar matahari. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan dengan posisi umbi bawang dibawah daun diatas, dalam keadan demikian daun akan mendapat panas, matahari langsung dan akan mengalami pengeringan lebih dulu. Pengeringan dengan penjemuran ini ada kelemahannya.. untuk menjemur bawang merah diperlukan tempat terbuka yang cukup luas. Disamping itu jika panen dilakukan musim hujan sehingga penjemurannya tidak dapat dilakukan dengan sempurna maka dapat menyebabkan infeksi bateri pembusuk sehingga bawang yang dihasilkan mutunya rendah dan tidak dapat disimpan lama.. Dengan demikian, umbi tidak akan banyak kehilangan bobotnya dan tidak akan mengkerut serta sedikit sekali kemungkinannya akan terserang penyakit busuk umbi selama penyimpanan hingga dapat disimpan cukup lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a. Pengeringan Tradisional Pengeringan tradisional dilakukan dengan menjemur umbi bawang merah yang telah diikat dan diletakkan di bawah sinar matahari pada alas anyaman bambu, biasanya penjermuran ini dilakukan 8

antara 1-2 minggu, tergantung keadaan cuaca. Penjemuran dilakukan dengan posisi umbinya di bawah dan daunnya di atas, kemudian setelah hampir kering dibalik aagar warnanya menjadi baik. Setelah umbi mencapai kadar air 80-85% baru disimpan di gudang. Apabila kondisi sering hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan cara di angin-anginkan di tempat teduh sehingga pengeringan ini memakan waktu lama. Oleh karena itu perlu dilakukan dengan pengeringan buatan. Penjemuran dilakukan langsung setelah pelayuan, untuk konsumsi selama sekitar 7-8 hari, penjemuran untuk benih 12-15 hari, pada malam hari ditutup memakai plastik. Penggedengan 4 ikatan dijadikan 1 ikatan. Penjemuran untuk konsumsi dianggap cukup bila kulit paling luar umbi sudah mengelupas dan bunyinya menggeresek (susut sekitar 15-20 %) dan untuk benih warna umbi merah cerah dan melekat pada umbinya (penyusutan 17-22 %). Dilakukan pembalikan setiap hari bila hari panas agar keringnya merata. b. Pengeringan buatan Pengeringan buatan dapat dilakukan dengan panas dari kompor atau energy surya. Waktu dan suhu yang dianjurkan untuk pengeringan umbi bawang merah secara buatan berkisar 6 jam, dengan suhu 46 C atau 14 17 hari pada suhu 16 17 C dengan kelembaban udara relative 70-80. Teknologi Sistem Pengeringan dan Penyimpanan Agar proses pengeringan dapat berjalan terus tanpa kendala cuaca dan tidak memerlukan tempat yang terlalu luas, menggunakan suatu teknologi system pengeringan penyimpanan (instore drying), dimana dalam system ini kondisi ruang dapat diatur sesuai dengan kondisi, dinding bangunan dari fibre glass, rak pengering penyimpanan 9

berupa rak gantung yang terbuat dari bambu. Berdasaran hasil penelitian diketahui bahwa pengerigan bawang merah dengn instore drying lebih cepat dibandigkan dengan cara pengeringan yang dialkukan petani (panas matahari). Selain itu pengeringan dengan instore drying juga tidak menyebabkan kerusakan yang berarti yaitu hanya berkisar antara 0.24 0.72%, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan penjemuran, dimana kerusakannya bisa mencapai 1.68%. C. Pembersihan Pembersihan bawang merah merupakan kegiatan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah dan akar serta memperoleh umbi yang berkualitas baik. Standar pembersihan adalah memotong daun kering diatas leher umbi, memotong akar dan membersihkan umbi bawang merah dari kulit kering dan kotoran yang menempel pada umbi. Dilakukan penimbangan umbi yang sudah dibersihkan. Umbi bawang merah diletakkan pada terpal/keranjang yang telah dipersiapkan untuk dikering anginkan. Setelah selesai kegiatan dilakukan pencatatan. D. Sortasi dan Grading Kegiatan sortasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan mutu yang baik dengan cara memilah milah antara produk yang baik dengan yang rusak. Produk yang baik adalah produk yang bebas dari cacat atau kerusakan fisik akibat kegiatan panen maupun serangan hama penyakit. Grading adalah pengkelasan / penggolongan bawang merah berdasarkan kualitas seperti keseragaman bentuk, kebersihan, kepadatan, bebas penyakit dan kerusakan serta ukuran berat, panjang, diameter. Grading berdasarkan ukuran suing, untuk kelas mutu I diameter umbi 3 4 cm.kelas mutu II diameter umbi 2 3 cm dan kelas mutu III 10

diameter kecil sama 2 cm. Siung memiliki tekstur kuat, normal, permukaan cukup rata, permukaan cukup rata, tidak cacat dan tidak terinfeksi hama penyakit.. Siung yang rusak dan terluka dipisahkan karena mudah terkena infeksi mikrobia pembusuk E. Penyimpanan Pada umumnya petani bawang menyimpan bawang merah dengan menggantung ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur, namun bawang merah yang dapat disimpan dengan cara ini terbatas, tergantung seberapa luas dan seberapa besar tempat tersebut. Untuk dibutuhkan dengan ruang penyimpanan yang lebih luas dengan kondisi bersih, kering, dan tidak lembab dengan ventilasi yang cukup sehingga dapat memberikan pergantian udara dalam ruangan dengan baik. Suhu yang baik untuk penyimpanan bawang merah adalah 25-30 derajat celcius dan kelembaban 70-75%. Penyimpanan bawang merah untuk konsumsi maksimal 2 bulan, sedangkan untuk benih 2-3 bulan. Cara pengeringan sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis dalam penyimpanan di gudang. Umbi yang dikeringkan secara tradisional setelah disimpan 3 bulan dalam gudang akan kehilangan bobot 15 %. Sedangkan yang dikeringkan secara buatan, bobotnya hanya berkurang/turun 13 %. Kehilangan bobot semakin tinggi dan cepat apabila umbi dipungut/dipanen masih muda. Umbi yang luka dapat menyebabkan cepatnya penguapan sehingga cepat kehilangan bobot dan mudah terjangkit penyakit busuk umbi dalam gudang. Oleh karena itu supaya umbi tahan lama yang disimpan dalam gudang harus memenuhi beberapa syarat antara lain : a. Umbi dipungut/dipanen cukup tua b. Umbi tidak boleh terluka 11

c. Umbi cukup kering, kadar air 80 % d. Suhu ruang penyimpanan antara 25 30 C dengan kelembabn udara 70-75 %. e. Sirkulasi udara dalam gudang cukup baik Penyimpanan mempunyai peranan penting bagi berbagai pihak. Bagi petani produsen penyimpanan berperan sebagai usaha penyelamatan dan pengamanan hasil panen dan sarana untuk mendapatkan keuntungan harga yang tinggi mengingat harga yang umumnya rendah pada saat musim panen. Umbi bawang merah mempunyai sifat mudah mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang sering terjadi selama penyimpanan yaitu berupa pelunakan umbi, keriput, keropos, busuk, pertunasan, pertumbuhan akar dan tumbuhnya massa yang berwarna gelap akibat jamur. Kerusakan tersebut bisa diperkecil dengan memperhatikan faktor-faktor berikut : (a) bawang merah yang disimpan memiliki mutu yang baik dengan tingkat ketuaan yang optimum, (b) proses dehidrasi berlangsung dengan baik, (c) dilakukan pengaturan kondisi ruang penyimpanan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah perawatan umbi bawang merah setelah pengeringan dan selama penyimpanan antara lain : (1) penurunan suhu bawang merah menjelang penyimpanan dengan cara menyimpan di atas lantai ruang terbuka selama 1-2 hari dengan tujuan untuk menurunkan panas lapang dari penjemuran, (b) pemilihan umbi bawang merah dengan cara membuang umbi yang rusak akibat fisiologis, mekanis ataupun mikroorganisme pada waktu sebelum dan selama penyimpanan. Kondisi ruang penyimpanan harus disesuaikan dengan karakteristik bawang merah yakni suhu 20-33 C. kelembaban nisbi 65-75%, ventilasi yang memadai dan terpeliharanya kebersihan ruangan. F. Pengemasan Pengemasan adalah proses perlindungan komoditas bawang merah dengan cara mengepak dari gangguan factor luar yang 12

dapat mempengaruhi masa simpannya dengan memakai media untuk dikirim sebelum dipasarkan. Hanya komoditas yang baik yang dikemas. 1. Fungsi Pengemasan Fungsi Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk yang memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke masyarakat pembeli. Fungsi pengemasan yang lainnya adalah : a..melindungi bahan terhadap kontaminasi dari luar, baik dari mikroorganisme maupun kotoran-kotoran serta gigitan serangga dan binatang pengerat. b. Menghindarkan terjadinya penurunan atau peningkatan kadar air bahan yang dikemas. Jadi bahan yang dikemas tersebut tidak boleh berkurang kadar airnya karena merembes ke luar atau bertambah kadar airnya karena menyerap uap air dari atmosfer. c. Menghindarkan terjadinya penurunan kadar lemak bahan yang dikemasnya seperti pada pengemasan mentega digunakan pengemas yang tidak bisa ditembus lemak. d. Mencegah masuknya bau dan gas-gas yang tidak diinginkan dan mencegah keluarnya bau dan gas-gas yang diinginkan. e. Melindungi bahan yang dikemas terhadap pengaruh sinar. Hal ini terutama ditujukan untuk bahan pangan yang tidak tahan terhadap sinar seperti minyak dikemas dalam pengemas yang tidak tembus sinar. f. Melindungi bahan dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik seperti : gesekan, benturan dan getaran. g. Membantu konsumen untuk dapat melihat produk yang diinginkan. Misalnya dengan digunakan pengemas yang 13

transparan (tembus pandang). 2. Jenis-Jenis Kemasan Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan kemasan produk non pangan. Kemasan produk pangan umumnya menuntut jaminan keamanan lebih daripada kemasan produk non pangan. Beberapa jenis kemasan yang sering digunakan sebagai pembungkus produk pangan (Azriani, Y. 2006) adalah sebagai berikut: a. Kemasan plastik, biasanya digunakan sebagai kemasan primer, sekunder dan perkembanganya relatif stabil, b. Kemasan kertas, karton, biasa digunakan sebagai kemasan primer dan sekunder, perkembangan dari kemasan keton juga relatif stabil, c. Kemasan karung dan kayu, digunakan sebagai kemasan primer dan sekunder, perkembangan kemasannya relatif stabil 3. Pengemasan Bawang Merah Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yang tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et al., 1987). Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan. Kerusakan ini antara lain absorbsi uap air dan gas, interaksi dengan oksigen dan kehilangan serta penambahan citarasa yang tidak diinginkan. Kerusakan yang bersifat alamiah dari produk tidak dapat dicegah dengan pengemasan, kerusakan ini antara lain adalah kerusakan secara kimiawi (Jenie dan Fardiaz, 1989). Menurut Muchtadi (2000), kerusakan kimiawi antara lain disebabkan karena perubahan yang berkaitan dengan reaksi enzim, rekasi hidrolisis dan reaksi pencoklatan non enzimatis yang menyebabkan perubahan penampakan. Pengemasan adalah suatu cara atau suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan 14

atau produk agar bahan dan produk tersebut baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dengan selamat. Di dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan antara seni, ilmu dan teknologi penyiapan bahan, untuk pengangkutan dan penjualan, karena pengemasan harus mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan yang dilindungi. Pengemasanan merupakan usaha yang efektif dalam melindungi umbi bawang merah dari penyebab kerusakan fisik, kimia, biologis maupun mekanis sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan sesuai dengan keinginannya. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pemilihan kemasan antara lain : a. Mudah diangkut, b. Mudah disusun dalam pengangkutan, c. Dapat melindungi mutu dan kehilangan hasil, d. Memudahkan sistem penjualan dan e. Harganya memadai. Jenis kemasan yang digunakan tergantung kepada tujuan pemasaran. Pengemasan bawang merah untuk pasar local, biasanya menggunakan karung plastik yang berlubang-lubang atau keranjang bambu/plastik dengan kapasitas 25-30 kg. Pengemasan bawang merah untuk pemasaran luar daerah biasanya menggunakan kardus yang sudah dilubangi untuk ventilasi udara. Pengemasan untuk pasar swalayan digunakan tray dan ditutup plastic wrapping atau kemasan dengan plastik trasnparan yang dilubangi dengan berat 0,25-0,50 kg. Pasokan restoran / rumah makan biasanya bawang merah dikemas dengan kantong plastik yang dilubangi ukuran 5 kg. 15

Untuk ekspor dikemas dengan kardus khusus dari eksportir, lengkap dengan nama dagang dan tanggal panen. Kardus diberi lubang kecil dengan ukuran kardus untuk kapasitas 15-20 kg. G. Distribusi Distribusi adalah proses memindahkan umbi bawang merah dari produsen ke konsumen. Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam distribusi bawang merah. Kerugian yang besar dalam distribusi umumnya disebabkan oleh kerusakan komoditas akibat penanganan yang kasar, kelambatan-kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Pemuatan dan pembongkaran yang kurang hati-hati serta penggunaan kemasan dan kondisi pengangkutan yang tidak memadai. Pada umumnya bawang merah diangkut dengan truk (untuk pasar lokal), truk dan kapal laut (untuk pengangkutan antar pulau) dan kontainer (untuk ekspor). Hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan bawang merah adalah : Pengecekan tanggal, lokasi dan jumlah yang hendak dikirim. Penyampaian ke tempat tujuan harus tepat dan cepat. Pemuatan dan pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, terutama pada waktu mengangkat menyimpan dan menyusun dalam alat angkut. Penyusunan kemasan dalam alat angkut hendaknya mempertimbangkan kekuatan kemasan dan ventilasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kemasan yang tidak terlalu tinggi atau dengan membuat rak penyangga yang dipasang pada alat angkut. Perlu ada usaha perlindungan bawang merah dari pengaruh lingkungan selama pengangkutan (panas, hujan dan lain-lain), antara lain dengan cara menutup dengan kain terpal, penggunaan alat angkut yang tertutup tetapi berventilasi atau penggunaan container yang dilengkapi dengan Fan. 16

DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2003. Pengembangan Usaha Agribisnis Bawang merah Terpadu. Direktorat Tanaman sayuran dan Aneka Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian. Anonimous, 2004. Petunjuk Sekolah Lapang (SL) GAP Bawang Merah. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Syuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura. Kementerian Pertanian. Anonimous. 2015. Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Bawang Merah. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Jakarta. Baswarsiati, S. Purnomo, M. Soegijarto, D. Rahmawati dan Abu. 2009. Sistem Produksi Benih Bawangmerah Bersertifikat Secara Massal. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Jawa Timur. Rahmat Rukman. 1994. Bawang merah, budidaya dan pengolahan pasca panen. Penerbit Kanisius Yogyakarta Wibowo Singgih. 2009. Budidaya Bawang merah, bawang putih, bawang Bombay. Penerbit Penebar Swadaya 17