BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Lemak dan minyak digolongkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. minyak goreng. Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit adalah jenis minyak goreng yang paling mendominasi

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan medium penggoreng bahan pangan yang banyak

I. PENDAHULUAN. menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung lemak merupakan hal yang harus dihindari. Di zaman ini

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bahan pengolah bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai

PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP PENINGKATAN PEROKSIDA MINYAK GORENG CURAH DAN FORTIFIKASI VITAMIN A

BAB I PENDAHULUAN. Makanan gorengan menjadi hal yang tidak terlepas dari konsumsi masyarakat

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP ANGKA ASAM DAN PEROKSIDA MINYAK JELANTAH DARI KREMES YANG DITAMBAHKAN TEPUNG KUNYIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP PENINGKATAN PEROKSIDA MINYAK GORENG CURAH DAN FORTIFIKASI VITAMIN A

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia memiliki konsep-konsep yang bersifat abstrak dan. mahasiswa melalui kegiatan praktikum (Dahar, 2006:52).

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. utility atau konsumsi. Dimana salah satu aktifitas konsumen tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipilih sebagai cara pengolahan makanan karena mampu meningkatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Debu Tanur Pembakaran Laterit Nikel (Raw Gas) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Mutu Minyak Kelapa Nohong *)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi hidupnya, baik berupa kebutuhan jasmani maupun rohani. 1

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN DI JL. A.W SJAHRANIE SAMARINDA

4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

GAMBARAN MINYAK GORENG YANG DIPAKAI PENJUAL PENYETAN DI TEMBALANG SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Pas Photo. 3x4 cm. Tempat / Tanggal Lahir : Johor, Malaysia / 3 July : No. 4, Jalan Dr Mansyur, Medan.

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta. dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak adalah satu bentuk umum senyawa kimia yang tidak bisa

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

4. PEMBAHASAN 4.1.Sifat Fisik Kimia Minyak Goreng

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

ANALISIS EKONOMI USAHA VIRGIN COCONUT OIL

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging

PENCEGAHAN PEMBENTUKAN ASAM LEMAK TRANS MINYAK KELAPA SAWIT

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.2 Prosedur Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

Herry Kurniawan 1), Suparmi 2), Sumarto 2) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

Makanan Gorengan Pembawa Kanker?

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi tubuh untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Lemak dan minyak digolongkan menjadi dua, yaitu lemak siap konsumsi seperti margarin dan mentega, serta lemak yang dimasak bersama dengan bahan pangan yaitu minyak goreng (Ketaren, 2008). Minyak goreng berfungsi sebagai media penghantar panas untuk mempercepat proses pematangan. Penggunaan minyak untuk pengolahan bahan pangan dapat memberikan tambahan kalori, memperbaiki tekstur pangan, memberikan tampilan fisik kecoklatan dan meningkatkan citarasa bahan pangan (Winarno, 2004; Aladedunye, 2009). Minyak goreng sangat sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Makanan gorengan cenderung lebih disukai dibandingkan makanan yang direbus karena terasa lebih gurih dan renyah. Hal ini mengakibatkan tingginya angka konsumsi minyak di masyarakat (Aminah, 2010; Chairunnisa, 2013). Konsumsi minyak goreng penduduk Indonesia pada tahun 2011 mencapai 8,24 liter/kapita/tahun (Ilmi, 2015). Di provinsi Sumatera Barat, 60% minyak yang digunakan masyarakat berasal dari minyak kelapa sawit dan produk kelapa (Sari, 2014). Minyak kelapa sawit merupakan produk yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia (Dany, 2016). Minyak goreng kelapa sawit di Indonesia terbagi menjadi minyak goreng kemasan bermerek dan minyak goreng kemasan tidak bermerek (curah). Minyak goreng kemasan bermerek merupakan minyak goreng yang dikemas dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

menggunakan kemasan khusus dan tercantum nama produsen serta label informasi. Minyak goreng ini mengalami penyaringan dua hingga tiga kali yang berguna untuk meminimalkan kontaminan pada minyak goreng (Dewi, 2012). Minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek atau curah merupakan minyak goreng yang dijual tanpa mencantumkan nama dan informasi produk, ditempatkan didalam jerigen atau drum besar dengan wadah terbuka yang selanjutnya dijual literan kepada masyarakat. Minyak tersebut dikategorikan sebagai minyak dengan mutu rendah karena hanya mengalami penyaringan sederhana sehingga warnanya tidak sejernih minyak goreng kemasan (Siswanto, 2015). Dalam praktik penggorengan sehari-hari, masyarakat cenderung memilih menggunakan minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) dibandingkan minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek karena harganya yang lebih murah. Selain itu, masyarakat memiliki kebiasaan untuk menggunakan minyak goreng secara berulang dengan alasan penghematan pengeluaran dan rasa sayang terhadap minyak goreng sekali pakai yang tampilan fisiknya masih terlihat baik (Abdullah, 2007). Selama proses penggorengan dengan suhu yang tinggi, terjadi reaksi oksidasi, hidrolisis, polimerisasi dan reaksi dengan logam yang selanjutnya akan menyebabkan minyak goreng menjadi rusak serta menghasilkan senyawa peroksida yang bersifat toksik. Bilangan peroksida merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas minyak goreng. Apabila bilangan peroksida melebihi 10 meq O 2 /kg, maka minyak goreng sudah tidak layak pakai. Semakin tinggi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

bilangan peroksida, semakin rendah kualitas minyak goreng (Putri, 2015; Suroso, 2013). Bilangan peroksida terbentuk karena pemakaian berulang pada minyak goreng dengan suhu relatif tinggi berkisar antara 160-180 o C (Aminah, 2010). Proses pengolahan dan pendistribusian minyak goreng juga berpengaruh terhadap pembentukan bilangan peroksida. Minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) diproduksi dengan tidak ditambahkan antioksidan dan didistribusikan dalam keadaan terbuka sehingga akan terpapar oksigen dan mempercepat proses oksidasi pada minyak (Marlina, 2015; Aminah, 2010). Bilangan peroksida yang terbentuk pada minyak goreng merupakan salah satu zat radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif yang berkaitan dengan terjadinya aterosklerosis (Xian, 2012). Konsumsi minyak goreng yang dipanaskan lebih dari satu kali dapat menyebabkan gangguan fungsi endotel dan semakin meningkat seiring dengan pertambahan bilangan peroksida (Leong, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah S et al tahun 2015, pemberian minyak goreng yang dipakai secara berulang pada tikus putih menimbulkan kerusakan hati. Kerusakan sel hati tikus putih meningkat bersamaan dengan frekuensi penggunaan minyak goreng. Minyak goreng yang digunakan berulang juga dapat menimbulkan iritasi pada saluran cerna dan diare (Ketaren, 2008). Rasa tengik akibat oksidasi yang terjadi pada minyak goreng juga berpengaruh pada bahan pangan yang digoreng dengan mengurangi citarasa, kerusakan gizi dan tekstur (Khomsan, 2010; Gunawan, 2003). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Minyak goreng kelapa sawit sebagai salah satu kebutuhan pokok pangan dapat diperoleh masyarakat di pusat perbelanjaan seperti pasar, warung retail maupun toko swalayan modern. Pasar Raya Padang merupakan pusat perdagangan berbagai macam komoditi dengan aktivitas jual beli yang tinggi di Kota Padang. Survey awal telah dilakukan dan terdapat 56 pedagang minyak goreng kemasan bermerek dan tidak bermerek. Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan pengujian bilangan peroksida terhadap minyak goreng kelapa sawit dengan penggorengan berulang pada kemasan bermerek dan tidak bermerek (curah). Kedua jenis minyak goreng ini memiliki perbedaan dalam hal proses hingga pendistribusian yang dapat mempengaruhi pembentukan bilangan peroksida, sehingga dapat diketahui minyak goreng mana yang lebih cepat mengalami peningkatan bilangan peroksida dan lebih baik untuk digunakan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran rerata bilangan peroksida pada minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek sebelum penggorengan (penggorengan ke- 0) dan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4? 2. Bagaimana gambaran rerata bilangan peroksida pada minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) sebelum penggorengan (penggorengan ke-0) dan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4? 3. Apakah terdapat perbedaan bilangan peroksida minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek pada sebelum penggorengan (penggorengan ke- 0) dengan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4? Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

4. Apakah terdapat perbedaan bilangan peroksida minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) pada sebelum penggorengan (penggorengan ke-0) dengan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4? 5. Apakah terdapat perbedaan jumlah bilangan peroksida antara minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek dan kemasan tidak bermerek (curah) pada kelompok penggorengan yang sama? 6. Berapa batas frekuensi pemakaian berulang minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek dan tidak bermerek? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bilangan peroksida pada minyak goreng kelapa sawit kemsan bermerek dan minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) dengan penggorengan berulang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran rerata bilangan peroksida pada minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek sebelum penggorengan (penggorengan ke-0) dan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4. 2. Mengetahui gambaran rerata bilangan peroksida pada minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) sebelum penggorengan (penggorengan ke-0) dan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4. 3. Mengetahui perbedaan bilangan peroksida minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek pada sebelum penggorengan (penggorengan ke-0) dan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

4. Mengetahui perbedaan bilangan peroksida minyak goreng kelapa sawit kemasan tidak bermerek (curah) pada sebelum penggorengan (penggorengan ke-0) dan setelah penggorengan ke-1, 2, 3 dan 4 5. Mengetahui perbedaan jumlah bilangan peroksida antara minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek dan kemasan tidak bermerek (curah) pada kelompok penggorengan yang sama. 6. Mengetahui batas frekuensi pemakaian berulang minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek dan tidak bermerek. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Andalas mengenai perbedaan bilangan peroksida minyak goreng kelapa sawit kemasan bermerek dan tidak bermerek. 1.4.2 Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya dalam menganalisa kualitas minyak goreng yang dapat membahayakan kesehatan. 1.4.3 Bagi Masyarakat Memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan minyak goreng secara berulang dan informasi mengenai jenis minyak goreng mana yang lebih baik untuk dipakai. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6