PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.)

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong berwarna

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori

FORMULASI DAN UJI STABILITAS KRIM EKSTRAK ETANOLIK DAUN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus L.)

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengaruh radikal bebas terhadap organ tubuh sangatlah berbahaya terutama

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi


BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

FORMULASI KRIM SERBUK GETAH BUAH PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI ANTI JERAWAT

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal Menyimpan dalam kedaan off merupakan salah satu cara memperlakukan alat...

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

PEMBAHASAN. I. Definisi

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

Di sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

BAB III METODE PENELITIAN

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pandan. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) menurut Van

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Nama Sediaan Kosmetika Tujuan Pemakaian II. Karakteristik Sediaan

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

PENGARUH KOMPOSISI SPAN 80 DAN CERA ALBA TERHADAP STABILITAS FISIK SEDIAAN COLD CREAM EKSTRAK ETANOL 96% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.

PENGARUH JENIS BASIS CMC NA TERHADAP KUALITAS FISIK GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

FORMULASI LULUR KRIM YANG MENGANDUNG KOMBINASI YOGHURT DAN PATI BERAS HITAM (Oryza sativa L.)

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

Transkripsi:

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. II. DASAR TEORI Definisi sediaan krim : Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008). Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya. Kualitas dasar krim, yaitu: 1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar. 2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. 3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. 4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994). Penggolongan Krim Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak Contoh : cold cream Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. 2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air Contoh: vanishing cream Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit. Kelebihan dan kekurangan sediaan krim Kelebihan sediaan krim, yaitu: 1. Mudah menyebar rata 2. Praktis 3. Mudah dibersihkan atau dicuci 4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat 5. Tidak lengket terutama tipe m/a 6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m 7. Digunakan sebagai kosmetik 8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun. Kekurangan sediaan krim, yaitu: 1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas. 2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas. 3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan. Bahan-bahan Penyusun Krim Formula dasar krim, antara lain: 1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya. 2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2 CO 3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain: Zat berkhasiat Minyak Air Pengemulsi Bahan Pengemulsi Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan Pengawet Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan ph sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh. METODE PEMBUATAN KRIM Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersamasama di penangas air pada suhu 70-75 C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahanlahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991). PENGEMASAN Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube. STABILITAS SEDIAAN KRIM Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui

pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. EVALUASI MUTU SEDIAAN KRIM Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an spesifikasi yang telah ada. 1. Organoleptis Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik. 2. Evaluasi ph Evaluasi ph menggunakan alat ph meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan ph meter, catat hasil yang tertera pada alat ph meter. 3. Evaluasi daya sebar Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ). 4. Evaluasi penentuan ukuran droplet Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya. 5. Uji aseptabilitas sediaan. Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria, kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut

III. ALAT DAN BAHAN Alat 1. Timbangan 2. Mortar dan stamfer 3. Pinset 4. Peralatan gelas 5. Kertas saring 6. Perangkat alat uji daya lekat 7. Kaca penutup 8. Cawan porselin 9. Penangas air Bahan 1. Asam stearat 2. Cera alba 3. Vaselin album 4. Propilenglikol 5. Triethanolamina 6. Polisorbat 80 7. Nipagin 8. Aquadest IV. FORMULA NO Bahan Formula F1 F2 F3 F4 F5 F6 1 Resorsinol 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2 Asam salisilat 2% 2% 2% 2% 2% 2% 3 Asam stearat 15 15 15 15 4 Cera alba 2 2 2 2 5 Vaselin album 8 8 8 8 6 Propilenglikol 8 8 8 8 7 Triethanolamina 1,5 2 2 2 8 Polisorbat 80 - - 2 1 Basis Cleansin g Crim Basis Cold Crim 9 Nipagin 0,18% 0,18% 0,18% 0,18% 0,18% 0,18% 10 Aquadest 100 100 100 100 100 100

V. CARA KERJA Lebur asam stearat, cera alba, vaselin album diatas waterbath( jangan terlalu lama, akan menyebabkan diperoleh massa basis yang cair dan sukar membeku) Panaskan mortir dan stamfer dengan air panas larutkan triethanolamin, propilenglikol dan nipagin dalam air panas (tambahkan polisorbitan 80 untuk formula yang terdapat bahan ini) Tuang fase minyak(poin 1) kedalam fase air (poin 2) dalam kondisi mortir panas (kira-kira bersuhu 70 o C) dan diaduk hingga terbentuk massa krim. Keluarkan basis dari mortir, kemudian timbang basis sesuai dengan yang dibutuhkan Larutkan zat aktif pada wadah lain Tambahkan basis krim (poin 5) ke poin 6 sama banyak dan aduk sampai homogen Tambahkan sisa basis sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen PROSEDUR UJI / EVALUASI SEDIAAN SEMI PADAT 1. ORGANOLEPTIS meliputi. Uji tentang karakteristik fisik sediaan yang dilakukan dengan bantuan pancaindra, a) Bentuk : dengan indera mata diskripsikan bentuk fisik sediaan. b) Warna : dengan indra mata diskripsikan warna sediaan. c) Rasa : dengan indra perabadeskripsikan rasa sediaan.

d) Bau : dengan indra penciuman atau hidung deskripsikan aroma sediaan. 2. HOMOGENITAS Prosedur uji sediaan semi padat Timbang 0,5g sediaan dan oleskan pada kaca bening transparan Terawang di bawah lampu neon dan amati homogenitasnya Apabila diraba halus terasa halus, tidak ada partikael-partikel kasar 3. ph Prosedur uji Masukkan kertas ph kedalam druple plate Tetesi denagn sediaan yang diuji hingga seluruh kertas terbasahi Amati warna yang ditunjukkan kertas lakmus dan cocokkan dengan warna ph standar 4. DAYA SEBAR Prosedur uji Timbang 0,5g sediaan, letakkan di tengah kaca Timbang kaca penutup Letakkan kaca penutup diatas massa sediaan, dan biarkan selama 1 menit Tambahkan 50g beban tambahan, diamkan selama 1 menit kemudian ulangi langkah (3) Ukur diameter unguenta yang menyebar Lakukan percobaan senyak 2x lagi, dengan beban tambahan 50g pada tiap kali penambahan beban, diamkan 1 menit dan ukur diameternya serti langkah (3) Lakukan replikasai 3x

5. DAYA LEKAT Prosedur uji Letakkan 0,5 g sediaan diatas object glass yang telah ditentukan luasnya (oleskan pada bagian yang halus) pada alat uji Letakkan object glass yang lain (bagian permukaan yang halus) diatas sediaan tersebut kemudian tekan dengan beban 0,5 kg selama 5 menit Catat waktu yang di perlukan hingga kedua object glass terlepas Lepaskan beban seberat 80 g sehingga menarik object glass bagian bawah Lakukan replikasi 3x 6. DAYA PROTEKSI Prosedur uji Ambil sepotong kertas saring ( 10 x 10 cm ). Basahi dengan larutan phenolphthalein sebagai indicator hingga seluruh permukaannya terbasahi, kemudiaan keringkan Olesi kertas tersebut dengan 0,5 g sediaan pada satu sisi permukaan secara merata seperti lazimnya orang menggunakan unguenta Buat area 2,4 cm x 2,5 cm sebanyak 3 tempat pada kertas saring yang lain Tetesi area yang telah dibuat dikertas (3) denagn 1 tetes NaOH encer P (4%) atau NaOH LP Tempelkan kertas (3) diatas kertas (2), dimana permukaan kertas (2) yang menempel pada kertas (3) adalah permukaan yang diolesi denagn sediaan Oleskan paraffin padat yang di lelehkan pada bagian tepi ketiga urea yang telah dibuat Amati timbulnya noda kemerahan pada bagian kertas yang dibasahi dengan larutan phenolphthalein (kertas 2) Catat waktu yang diperlukan mulai kertas ditetesi NaOH encer P hingga muncul warna merah Lakukan replikasi 3x