BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

CORAK RAGAM HIAS KERAMIK TEMPEL DI KERATON KASEPUHAN DAN KANOMAN DI CIREBON

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR LAMPIRAN...xii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Cirebon Sebagai Kota Tujuan Wisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

SENI HIAS TEMPEL KERAMIK KESULTANAN CIREBON: TOLERANSI DALAM KEBINEKAAN. Ornamental Art of Ceramic Tiles in Cirebon Sultanate: Tolerance in Diversity

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, )

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

87 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. oleh situasi politik di wilayah kerajaan-kerajaan yang didatangi (I G.N. Anom,

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Cirebon dan banyak diminati wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB 2 DATA ANALISA. 2.1 Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para pedagang Islam (Tjandrasasmita, 2009). Pantai utara Jawa adalah jalur perdagangan yang banyak dikunjungi para pedagang sejak abad ke-15, sehingga di wilayah ini banyak ditemukan situs-situs dari masa Islam (Tjandrasasmita, 1976). Jalur perdagangan internasional melalui jalur laut menempatkan Nusantara pada posisi yang sangat strategis. Para pedagang dari berbagai wilayah singgah sementara untuk menunggu angin yang tepat untuk melanjutkan pelayaran ke daerah tujuan masing-masing. Selama singgah di Nusantara, mereka melakukan kegiatan jual beli dengan pedagang pribumi. Salah satu pusat persinggahan para pedagang adalah Pulau Jawa. Persinggahan kapal-kapal pedagang asing ini mengakibatkan munculnya kota-kota pelabuhan yang ada di pesisir Pulau Jawa. Sebagai daerah interaksi pertama dengan pedagang asing, daerah ini mendapatkan beberapa keuntungan, baik dalam hal ekonomi, sosial, maupun budaya. Pada saat itu pedagang yang singgah di Nusantara berlatar belakang dari berbagai kebudayaan, tiga diantara kebudayaan memiliki peran utama dalam pembentukan akulturasi budaya dengan budaya lokal yaitu budaya India, 1

Cina, dan Arab. Pada perkembangan selanjutnya budaya Eropa juga ikut berakulturasi dengan budaya lokal (Poesponegoro, 1975). Salah satu kota pelabuhan yang terkenal di Jawa pada masa dahulu adalah kota Cirebon. Selain terkenal sebagai kota pelabuhan, kota ini juga dikenal karena merupakan salah satu Kerajaan Islam tertua di Jawa. Perkembangan Islam di kota ini tidak terlepas dari peran salah satu Walisongo yaitu Sunan Gunung Jati. Hingga saat ini masih banyak situs-situs arkeologi yang dapat dihubungkan dengan Kerajaan Cirebon tersebut. Hal menarik yang dapat ditemukan di situs-situs tersebut adalah banyaknya tinggalan arkeologis Kerajaan Cirebon yang berasosiasi dengan keramik-keramik asing, misalnya di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Masjid Agung Kasepuhan, Masjid Panjunan, dan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Kota Cirebon beserta pelabuhannya memiliki peranan yang semakin penting karena letak geografis berdekatan dengan Batavia. Perdagangan pelayaran antara Batavia dan Cirebon semakin ramai, bahkan bandar Cirebon semakin berkembang terutama hubungan transportasi laut antar Persi, Mesir, Arab, Cina dan Campa (Harkantiningsih, 2006). Letak Cirebon yang merupakan bandar niaga perdagangan internasional, jelas terlihat bahwa keberadaan keramik di wilayah ini adalah hasil dari proses niaga. Selain proses perniagaan kemungkinan lain adanya perkawinan antara Sunan Gunung Jati dengan putri dari Cina. Makam Sunan Gunung Jati merupakan salah satu peninggalan dari Kasultanan Cirebon yang memperlihatkan bukti hubungan Cirebon dengan dunia luar. Sampai saat ini sedikitnya terdapat tiga peninggalan masa lalu Cirebon yang bisa dihubungkan dengan masa kini, yaitu bangunan keraton, Taman Gua 2

Sunyaragi dan masjid. Salah satu masjid tertua yang terdapat di Cirebon adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak di Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada juga Masjid Panjunan yang terletak di Desa Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk. Keberadaan keramik asing di situs-situs Islam di sepanjang pantai utara Jawa erat kaitannya dengan perdagangan maritim pada masa itu. Perlu diperhatikan juga bahwa keramik merupakan barang impor lintas wilayah yang memiliki makna tidak hanya sebagai barang yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari aliran barang (flow of goods) dari tempat produksinya sampai ke konsumennya (Harkantiningsih, 2006). Keramik yang dimaksud adalah semua barang/bahan yang dibuat dari bahan-bahan tanah/batuan silikat dan yang proses pembuatannya melalui pembakaran dengan suhu tinggi (Astuti, 1996). Keramik di Indonesia lebih dikenal dengan tiga macam yaitu earthenware (gerabah), stoneware dan porcelain. Pada penelitian ini keramik yang akan dibahas adalah jenis porcelain. Keramik-keramik yang terdapat di salah satu kota terbesar di Jawa Barat ini lebih banyak berupa peralatan rumah tangga antara lain, piring, tutup cepuk, cawan dan pot bunga serta perlengkapan bangunan seperti tegel. Penggunaan keramik tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya, tetapi digunakan untuk penghias tembok bangunan profan ataupun sakral dan sebagai pajangan untuk memperindah ruangan (Harkantiningsih, 2004). Sebenarnya fenomena ini juga dapat dijumpai pada situs-situs Islam lainnya, misal di Demak dan Kudus. Namun berdasarkan pengamatan maupun penelitian oleh beberapa ahli, kuantitas keramik yang berasosiasi dengan beberapa situs arkeologi di Cirebon merupakan yang terbanyak daripada situs di 3

Demak dan Kudus. Bentuk asosiasi dari keramik yang dimaksud adalah penggunaan keramik sebagai salah satu hiasan di situs-situs arkeologi, antara lain ditemukan di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Masjid Agung Kasepuhan, Masjid Panjunan, dan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati, bahkan hasil penggalian di Sunyaragi juga menunjukkan hal yang sama (Hermawati, 1992). Keberadaan keramik-keramik tersebut sebagai penghias ruangan pada bangunan profan maupun bangunan sakral menunjukkan bahwa pada masa dahulu Cirebon merupakan daerah yang cukup memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Keberadaan keramik Belanda di Cirebon tidak lepas dari peranan Panembahan Pakungwati II yang pada abad ke-17 menjalin persahabatan dengan kompeni Belanda (Harkantiningsih, 2004). Bukti persahabatan yang tampak adalah banyaknya keramik Belanda yang hingga saat ini masih dipakai sebagai hiasan pada tembok keraton, masjid dan makam. Sejak hubungan antara Cirebon dan Belanda semakin erat, perniagaan di Cirebon semakin berkembang pesat, para pedagang asing mulai berdatangan melalui Pelabuhan Tanjung Mas. Pelabuhan Tanjung Mas merupakan pelabuhan niaga yang terletak di Muara Jati (Reid, 1999). Masjid Panjunan atau Masjid Al-Athyah (yang dikasihi) berdasarkan keterangan yang dituliskan pada papan nama di depan masjid, tempat ini dibangun pada tahun 1480 M. Masjid ini dibangun oleh Syarif Abdurrahman, yaitu anak dari Sultan Baghdad. Selain menyiarkan agama Islam di Cirebon Syarif Abdurrahman dan pengikut-pengikutnya juga membuat barang-barang keramik dari tanah liat atau yang dikenal dengan anjun. Karena anjun inilah 4

kemudian daerah ini disebut Panjunan, dan masjid yang didirikan oleh Syarif Abdurrahman dinamakan Masjid Merah Panjunan. Keramik pada Masjid Panjunan memiliki bentuk dan motif hias yang terlihat berbeda dengan keramik-keramik yang ditemukan pada tempat lain di Cirebon pada umumnya. Keramik keramik ini menurut takmir Masjid Panjunan merupakan keramik yang diberikan oleh Putri Ong Tien, yaitu istri Sunan Gunung Jati, untuk ditempelkan di masjid ini. Hal lain yang menarik dari keramik di Masjid Panjunan ini adalah keramik-keramik tersebut masih asli dari sejak dipasang hingga saat ini, juga tidak ada penggantian keramik yang sudah rusak ataupun hilang (Nasir, 2013). Hal ini mempermudah upaya untuk mengetahui keramikkeramik apa saja yang ada di Cirebon dan motif apa yang paling banyak ditemukan. Hal tersebut menjadi alasan mengapa keramik di Masjid Panjunan diangkat menjadi topik pada skripsi ini. B. PERMASALAHAN Keberadaan dan keanekaragaman keramik asing yang terdapat di wilayah Cirebon tersebut menjadi salah satu objek kajian utama yang akan dibahas oleh penulis. Pada kesempatan ini penulis akan melakukan penelitian ragam hias keramik di Masjid Panjunan. Permasalahan yang diambil dari ragam hias keramik di Masjid Panjunan ini adalah: Bagaimanakah ragam hias keramik yang ada di Masjid Panjunan dan bagaimana pola penempatannya? 5

C. TUJUAN Penelitian ini dibuat untuk mengetahui ragam hias keramik yang ada pada Masjid Panjunan yang diharapkan dapat mengetahui pola penempatan hiasan keramik pada Masjid Panjunan yang nantinya diharapkan bermanfaat untuk mengetahui perdagangan keramik di wilayah Cirebon pada abad 17-19. D. RUANG LINGKUP PENELITIAN Untuk lebih memfokuskan objek kajian maka dalam penelitian ini diperlukan batasan-batasan, antara lain: Wilayah yang akan diambil adalah Masjid Panjunan. Masjid ini dipilih karena latarbelakang wilayah yang mempunyai tinggalan keramik asing yang beragam. Selain itu pada masjid tersebut banyak terdapat keramik yang dapat menceritakan hubungan perdagangan antara Cirebon dengan pedagang asing. Pada Masjid Panjunan ruangan yang diambil untuk area penelitian adalah ruang serambi (dinding utara, dinding barat, dan dinding selatan) dan ruangan utama. E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian terhadap keramik-keramik asing di wilayah Cirebon telah banyak dilakukan, salah satunya adalah Ati Mulyawati dalam skripsinya yang berjudul Keramik Di Situs Astana Gunung Jati dalam skripsi tersebut dibahas tentang penggunaan keramik sebagai hiasan pada bangunan-bangunan kuno di 6

daerah Cirebon, dan mengetahui populasi, persebaran, serta fungsi dari keramikkeramik yang terdapat di situs Astana Gunung Jati dan kaitannya dengan peranan kesultanan Cirebon pada masa lalu. Penelitian di Masjid Panjunan pada tahun 2008 telah dilakukan oleh Laely Wijaya dalam skripsi yang berjudul Masjid Merah Panjunan Cirebon (kajian Histori-Arkeologis). Dalam skripsi tersebut penulis membahas tentang akulturasi yang ada pada arsitektur Masjid Panjunan. Naniek Harkantiningsih juga pernah menulis tentang Cirebon yaitu dalam bukunya berjudul Seni Hias Tempel Keramik Di Cirebon membahas tentang sejarah kota Cirebon, lalu lintas niaga, serta penggunaan dan makna keramik yang terdapat di situs-situs di daerah Cirebon. Dalam buku yang diterbitkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2004 ini dijelaskan sekilas tentang keberadaan seni hias keramik yang pada bangunan-bangunan bersejarah di Kota Cirebon, namun belum membahas tentang latar belakang peletakan keramik di Masjid Panjunan. Menurut Naniek Harkantiningsih penggunaan keramik sebagai hiasan pada bangunan profan maupun sakral menunjukkan salah satu hasil budaya ciri khas di wilayah Cirebon, yang pada masa lalu berpengaruh pada bidang politik, ekonomi, dan keagamaan. Beda penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Naniek Harkantiningsih adalah penelitian ini membahas lebih detail tentang keramik-keramik yang ada di Masjid Panjunan serta periodisasinya dan membahas pula pola penempatan keramik di Masjid Panjunan. Penelitian tentang Masjid Panjunan belum banyak dilakukan, khususnya penelitian tentang ornamen keramik asing di masjid Panjunan dilihat dari pola keletakannya yang belum pernah dilakukan sebelumnya. 7

F. METODE DAN ALUR PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penalaran induktif. Penalaran tersebut menjelaskan suatu permasalahan dengan fakta-fakta yang ada dan merangkainya menjadi suatu pemecahan atau generalisasi yang bersifat umum. Penelitian menggunakan metode induktif diawali dengan pengumpulan data dan tidak mengemukakan hipotesis. Data yang terkumpul dianalisis dan disintesiskan, kemudian akhirnya ditarik kesimpulan. (Mundarjito 1986:1-13). Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fakta atau gejala tertentu yang diperoleh dalam objek penelitian. Aplikasi dari metode di atas yang melalui tahapan penelitian, dapat dilihat sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah data tinggalan arkeologis yang berupa keramik asing yang masih insitu pada objek situs Masjid Panjunan. Dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi lapangan. Pada tahap ini penulis secara langsung mengamati objek yang akan diteliti. Pengamatan tersebut bertujuan untuk medeskripsikan keramik berdasarkan keletakan keramik dan variasi keramik tersebut. Setelah dilakukan pengamatan, juga didokumentasikan untuk mempermudah pada tahapan deskripsi. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dengan cara studi pustaka. Studi pustaka ini didapatkan dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu buku, makalah, laporan penelitian, dan berbagai sumber tertulis lainnya. 8

2. Deskripsi dan Analisis Data Proses pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, gambar foto, dan sebagainya. Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk ilmiah. Tahap pertama analisis dimulai dengan melihat bentuk keramik asing yang digunakan sebagai hiasan pada dinding masjid dan lokasi keletakan keramik asing tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulis dalam menyusun deskripsi. Kemudian, setelah diperoleh data keramik asing tersebut, maka analisis akan dilakukan lagi untuk mengelompokkan jenis data yang diperoleh tersebut berdasarkan hiasan keramik, bentuk, dan keletakanya. Analisis dilakukan dengan melihat apakah ada pengelompokan warna, motif hias dan periodisasi yang terdapat pada keramikkeramik di Masjid Panjunan, apakah didominasi oleh motif geometris ataukah naturalis dan teknik yang digunakan untuk membuat motif hias pada keramikkeramik tersebut. Deskripsi meliputi bentuk dan gaya keramik, yang dilakukan untuk mengidentifikasi periodisasi. Analisis hasil deskripsi dilakukan untuk memperoleh apakah deskripsi tersebut berhubungan dengan hal lain. 3. Kesimpulan Tahap akhir pada penelitian ini adalah penyimpulan data. Penyimpulan data diperoleh melalui beberapa tahapan penelitian sebelumnya. Hasil analisis dan interpretasi kemudian dipadukan sehingga mencapai hasil yang ingin diperoleh dalam penelitian ini yaitu dapat diketahui variasi keramik asing yang terdapat pada Masjid Panjunan. Alur Penelitian 9

PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER DATA SEKUNDER Observasi Dan Dokumentasi Studi Pustaka Bentuk Keramik Keletakan Motif Sejarah Kemunculan Kerajaan Islam Cirebon. Sejarah Cirebon sebagai pelabuhan internasional Acuan mengenai pola hias keramik asing. Analisis hiasan, bentuk, keletakan dan periodisasi keramik asing di Masjid Panjunan Variasi Ragam Hias Keramik Masjid Panjunan 10