BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan
|
|
- Surya Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan sebuah kota yang memiliki fasilitas publik untuk mendukung berjalannya proses pemerintahan dan aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan dengan banyaknya tinggalan fisik di Kota Solo mulai dari sekolah, rumah sakit, bangunan veteran, museum, masjid, alun-alun, istana, pemukiman penduduk, dan beberapa taman. Kota Surakarta sejak tahun 1870 sampai kedatangan Jepang 1942 berkembang dengan dihuni oleh berbagai etnik dan bergaya hidup Indis. Pada masa ini, Surakarta memiliki tiga pemerintahan yaitu Kasunanan, Mangkunegaran, dan pemerintahan Kolonial (Savitri, 2015: 148). Ketiga pemerintahan tersebut meninggalkan jejak fisik pembangunan bagi Kota Solo. Tinggalan fisik Kota Solo yang dibangun oleh ketiga pemerintahan tersebut terutama yakni Istana Mangkunegaran, Museum Keraton Surakarta, Taman Sriwedari, dan Masjid Agung. Di antara tinggalan tersebut yang paling menjadi perhatian masyarakat Solo adalah adanya Taman Sriwedari. Taman Sriwedari menjadi Kawasan Cagar Budaya yang terdiri atas Museum Radya Pustaka, Segaran, Gedung Wayang Orang, Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan, Stadion R. Maladi, dan Kebon Ageng. Tinggalan-tinggalan tersebut ada yang telah 1
2 2 menjadi Cagar Budaya dan ada yang menjadi bangunan baru. Salah satu bangunan yang menjadi Cagar Budaya dan baru saja direvitalisasi yakni Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan. Di Indonesia, bangunan rumah sakit merupakan salah satu bangunan fasilitas umum produk kebudayaan kolonial, karena dalam arsitektur tradisional Jawa bangunan rumah sakit tidak dikenal dan tidak pernah ada (Ronald, 1997: 12). Rumah sakit adalah suatu kompleks atau rumah atau ruangan yang dipergunakan untuk menampung dan merawat orang sakit (Sumekto, 1980: 33). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Men/Kes/Per/II/1988, bentuk pelayanan rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk semua jenis penyakit. Sementara rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu, misalnya: rumah sakit mata, rumah sakit paru-paru dan rumah sakit jiwa. Sejak zaman kolonial, rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa menjadi salah satu prasarana kesehatan yang dibutuhkan baik oleh pihak penjajah maupun kaum pribumi. Dasar pendirian Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah keputusan Kerajaan (Koninklijk Besluit) tanggal 30 Desember 1865 No Berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal tanggal 14 Mei 1867 dibangunlah Rumah Sakit Jiwa. Rumah sakit jiwa pertama di Indonesia yaitu Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang dibangun pada 1875 dan mulai dibuka pada tahun Rumah sakit jiwa kedua yaitu Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Malang
3 3 pada 1902 (Pramudita, 2016: 4). Menyusul Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo sebagai rumah sakit jiwa ketiga pada Rumah-rumah sakit jiwa lain yang dibangun pada zaman kolonial setelah tahun 1918 yaitu: Rumah Sakit Jiwa Magelang, Rumah Sakit Jiwa Jakarta, Rumah Sakit Jiwa Surabaya, Rumah Sakit Semarang, Rumah Sakit Jiwa Palembang, dan rumah-rumah sakit jiwa di beberapa kota lain di Indonesia. Terdapat dua alasan penting dibangunnya Rumah Sakit Jiwa pada masa penjajahan Belanda yaitu: 1. Pemerintah Kolonial Belanda mengadakan sensus penderita gangguan jiwa pada tahun 1862 di Pulau Jawa dan Madura hasilnya terdapat kurang lebih 200 penderita gangguan jiwa di Pulau Jawa dan Madura serta terdapat kurang lebih 200 penderita gangguan jiwa berada di tempat lain (Aprianto, 2015: 5). 2. Seorang direktur pertama Rumah Sakit Jiwa Pusat di Lawang, Malang yakni Lykles pada tahun 1906 melaporkan bahwa 1400 tempat tidur untuk para penderita gangguan jiwa di Hindia Belanda sudah mencukupi, karena dari jumlah kurang lebih 691 orang menderita gangguan jiwa 52% nya atau 359 telah mengalami kesembuhan (Maramis, W. F., 1994: 17). Rumah sakit jiwa dihuni oleh pasien yang sakit mental baik ringan, sedang, bahkan berat. Pasien dengan gangguan jiwa sebaiknya dirawat di rumah sakit jiwa karena nantinya pasien akan mengikuti rehabilitasi baik medik, sosial, pendidikan, sehingga harus menginap di bangsal atau rawat inap. Tata ruang yang baik bagi
4 4 rumah sakit jiwa adalah yang dapat menimbulkan rangsangan atau stimuli bagi pasien mental hingga akhirnya mau melakukan kegiatan yang bermanfaat (Saraswati, 2003: 111). Salah satu rumah sakit jiwa yang berperan pada masa penjajahan Belanda yaitu Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo. Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo yang merupakan rumah sakit jiwa ketiga di Indonesia berdiri pada tahun 1918 dan diresmikan terpakai pada tanggal 17 Juli 1919 dengan nama Doorganghuis Voor Krankzinnigen yang dipimpin oleh Dr. Engelhard beralamatkan di Jalan Bhayangkara 50, Sriwedari, Solo. Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan memiliki luas 0,69 Ha dengan kapasitas tampung sebanyak 216 tempat tidur (Suryandari, 2013: 67). Bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo terdiri atas tiga bangunan yaitu bangunan A, B, dan C. Bangunan A menjadi bangunan tertua masa pembangunannya dari pada bangunan B dan bangunan C. Sejak awal berdirinya hingga saat ini ada perubahan pada bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan salah satunya yaitu hilangnya dua buah bangunan yang terpotong oleh pagar Stadion Sriwedari atau R. Maladi. Bangunan Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan saat ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya lewat Surat Keputusan Walikota Solo pada tahun 2014 dan telah dilakukan revitalisasi bangunan pada tahun 2015 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Revitalisasi ini mengganti kusen dan atap bangunan yang sudah tidak layak. Pada tahun 1986 hingga tahun 2000 bangunan Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan
5 5 difungsikan sebagai Kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia, Kodya Surakarta, Kantor ORARI, Kantor PT Solo Raya, dan Kantor Tim PERSIS Solo. Bangunan ini masih sarat dengan arsitektur Indis nya. Arsitektur Indis merupakan akulturasi atau percampuran dari unsur-unsur budaya Barat terutama Belanda dengan budaya Indonesia khususnya dari Jawa. Bentuk atau gaya bangunannya memadukan kedua gaya, namun tetap memiliki ciri khas masingmasing. Kata Indis sendiri merujuk pada sebuah kebudayaan. Indis merupakan suatu gaya seni yang memiliki ciri khusus yang tidak ada duanya, yang lahir dalam penderitaan penjajahan kolonial. Kata Indis dapat dijadikan tonggak peringatan yang menandai suatu babakan zaman pengaruh budaya Eropa (Barat) di Indonesia yang hingga sekarang dengan deras melanda kebudayaan Indonesia (Soekiman, Djoko, 2000: 26-27). Arsitektur adalah seni merancang bangunan untuk kebutuhan hidup manusia (Anonim, 1988: 268). Sebagai suatu seni, arsitektur adalah hasil-hasil karya manusia yang utama untuk menciptakan bagi dirinya suatu tempat yang sesuai dengan sikap hidupnya, pada alam yang dikehendaki dan dapat memberi bentuk seperti yang diminta oleh suasana alam sekelilingnya (Soekiman, 1989: 4). Menurut UU No. 24 tahun 1992 Tentang Penataan Ruang, tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan atau tidak. Arsitektur (wujud bangunan) dalam pengertian yang sempit banyak ditentukan oleh pencipta atau perancangnya, sebagai faktor dari dalam diri manusia. Sang perancang adalah perekam sistem tata nilai masyarakat yang diwujudkannya dalam bentuk bangunan. Hasil karyanya akan turut serta dalam mengembangkan tata nilai
6 6 yang ada. Proses perekaman sistem tata nilai masyarakat dalam bentuk bangunan itu berlangsung terus-menerus sejalan dengan hasil tata nilai masyarakat yang semakin meningkat (Syafwandi, 1985: 49) Pengertian lain mengenai arsitektur yakni karya manusia untuk manusia, berarti sesungguhnya arsitektur tidak dapat dinilai hanya sebagai suatu seni bangunan saja, tetapi harus selalu dalam konteks manusianya. Suatu karya arsitektur baru dapat dinilai setelah karya tersebut berfungsi dan bukan pada saat karya tersebut secara fisik selesai (Boedojo, 1986: 2). Arsitektur sendiri memiliki peranan yang kuat dalam membentuk suatu bangunan. Dalam sebuah bangunan pastilah memiliki makna dan fungsi yang sengaja dibuat oleh sang arsitek. Dalam kajian arkeologi, arsitektur memiliki porsinya sendiri. Arkeologi arsitektur di antaranya mengkaji tentang arkeologi kolonial. Arkeologi kolonial diartikan sebagai studi arkeologi yang berhubungan dengan tinggalan-tinggalan masa kolonial, yang tidak hanya terfokus pada tinggalan bangunan-bangunan secara individual, namun juga meliputi pada suatu kajian kawasan yang lebih luas. Menurut Gunung Radjiman (1997) bangunan kolonial adalah bangunan bercorak arsitektur kolonial yang dimanfaatkan untuk kegiatan fungsional di jaman kolonial. Arsitektur kolonial adalah seni bangunan yang berkembang di negeri asal penjajah. Penjajah dalam hal ini adalah bangsa Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugis. Peninggalan kolonial di Indonesia dari segi kuantitas sangat banyak, namun belum semuanya melalui tahapan pengkajian hingga ke upaya pelestarian. Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Semangat
7 7 modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19) memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit serta fasilitas militer. Bangunan-bangunan inilah yang dikenal dengan bangunan kolonial. Bangunan Indis dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo secara umum tidak memiliki ciri arsitektural yang khas pada fasad bangunan terutama pada bagian ornamentasi maupun penyelesaian fasadnya. Hal ini tidak lepas dari fungsi utamanya sebagai rumah sakit jiwa yang diperuntukkan bagi kaum pribumi. Keberadaan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan kurang menonjol bila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa di Bogor, Malang, dan Magelang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penelitian yang ada mengenai ketiga rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih mendalam mengenai rumah sakit ini agar dapat diketahui oleh masyarakat dan masyarakat merasa memiliki bangunan Cagar Budaya tersebut. Sejak berdirinya pada tahun 1918 hingga 2016 belum diketahui secara pasti perkembangan arsitektur maupun tata ruangnya. Walaupun telah ada hasil laporan oleh tim ahli Cagar Budaya Kota Solo yang menjelaskan kajian mengenai Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan dan nilai penting bagi penetapannya sebagai Cagar Budaya.
8 8 I.2 Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas. Permasalahan yang akan dibahas adalah Apa sajakah unsur-unsur arsitektur yang terdapat di bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo? I.3 Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur arsitektur bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo sekaligus untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan gaya arsitektur bangunan. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang arkeologi arsitektur. Selain itu, mengingat bangunan Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya penelitian ini dapat menjadi bentuk usaha pelestarian tinggalan arkeologis berdasarkan hasil analisis arsitektur bangunan dan dokumentasi foto lama serta dokumentasi data baru, agar ke depannya pelestarian tetap pada kaidahnya dan mengacu pada arsitektur asli bangunan ini.
9 9 I.5 Tinjauan Pustaka Penelitian yang membahas tentang Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo belum ada. Terlebih bangunan ini baru saja ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan belum dilakukan penelitian lebih lanjut. Beberapa penelitian mengenai rumah sakit hasil kebudayaan kolonial mulai banyak dilakukan di antaranya: Daru Istiarin mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 2000 dalam skripsinya yang berjudul Perkembangan Tata Letak dan Fungsi Ruangan pada Rumah Sakit Panti Rapih ( ) menjelaskan bahwa pola tata ruang maupun letak bangunan Rumah Sakit Panti Rapih dilatarbelakangi oleh maksud-maksud tertentu dari pihak pengelola maupun pemerintah Kolonial Belanda. Skripsi lainnya yakni Anggoro Budi Prasetyo mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 2005 dengan judul Kompleks Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang, Jawa Tengah (Faktor pendukung keberadaan dan pola tata ruangnya) menjelaskan bahwa RSJD Dr. Soeroyo Magelang mempunyai pola tata ruang mengelompok secara teratur berdasarkan fungsi, terdiri dari ruang hunian, ruang perawatan, juga ruang kegiatan, dan rehabilitasi. Penataan ruang disesuaikan dengan tahapan terapi pasien gangguan jiwa pada waktu itu, yang proses penyembuhannya berjenjang diikuti dengan terapi aktivitasnya, misalnya bercocok tanam, peternakan, perbengkelan, dan sebagainya. Serta penelitian oleh Sri Ediningsih pada tahun 2015 yang berjudul Kajian Teknis Arkeologis Bangunan Eks RSJ Mangunjayan dijelaskan mengenai kajian pada saat revitalisasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya terhadap Bangunan Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan tahun 2014.
10 10 Skripsi yang berhubungan dengan arkeologi arsitektur yakni oleh Elly Susanti pada tahun 2002 dalam skripsinya Gedung-gedung Societeit di Yogyakarta (Studi Berdasarkan Perbandingan Arsitektur) menjelaskan bahwa ketiga Gedung Societeit di Yogyakarta menggunakan arsitektur tradisional dan terdapat unsurunsur arsitektur lain yaitu Arsitektur Barat (Kolonial). Serta Prasasti Wandanarti pada tahun 2014 dalam skripsinya yang berjudul Perpaduan Arsitektur Tradisional Jawa dan Belanda pada Kompleks Loji Gandrung diketahui letak perpaduan, bentuk serta fakor yang melatarbelakangi pendirian Loji Gandrung. I.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yakni dengan metode penalaran induktif yaitu penalaran yang bergerak dari fakta-fakta atau gejala-gejala khusus untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala umum, atau penelitian berdasarkan pengamatan sampai dengan penyimpulan, sehingga terbentuk generalisasi empirik (Simanjuntak, 1999: 20). Tipe penelitian yang digunakan adalah eksplikatif atau deskriptif yaitu memberikan gambaran data Arkeologi yang ditemukan, baik dalam kerangka waktu, bentuk, maupun keruangan serta mengungkapkan hubungan di antara berbagai variabel penelitian (Tanudirjo, 2008: 20). Variabel penelitian berupa ragam hias baik ragam hias arsitektural maupun dekoratif. Pendeskripsian akan difokuskan pada bentuk fisik bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo. Data yang diperlukan berupa observasi lapangan, studi pustaka, dan wawancara.
11 11 Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo. Tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: A. Observasi dan Survei lapangan Observasi dan survei lapangan adalah pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ada pada objek penelitian. Objek dari penelitian ini adalah bangunan Rumah Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo. Pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran unsurunsur arsitektur pada bangunan tersebut. Dalam bahasan ini terdapat dua fase perolehan data yang dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Data primer: observasi langsung ke obyek penelitian ke Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo. b. Data sekunder: data dari studi pustaka berupa literatur buku, arsip, artikel, jurnal, naskah, dan laporan penelitian. Data pendukung lainnya yakni berupa data piktoral seperti peta, foto, dan denah bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo. B. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perubahan fungsi bangunan dan unsur-unsur arsitektur. Wawancara
12 12 dilakukan dengan pihak Dinas Tata Ruang Kota Solo, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, pihak Rumah Sakit Mangunjayan, dan pihak lain yang terkait. Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada informan dan mencatat data yang telah diberikan. 2. Analisis dan Interpretasi Data Tahap ini merupakan tahap setelah data dikumpulkan. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan arsitektural, yaitu menganalisis terhadap bentuk bangunan. Pada tahap ini data yang telah terkumpul baik dari lapangan maupun pustaka kemudian dianalisis untuk memperoleh gambaran fungsi, serta kondisi bangunan. Analisis elemen arsitektural meliputi kajian gaya, bentuk, bahan, teknologi, dan penerapannya dalam kontruksi bangunan. Tahap interpretasi digunakan untuk memberikan penafsiran terhadap hasil data yang telah dikumpulkan. 3. Kesimpulan Penelitian ini ditutup dengan penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan tahapan terakhir yang dilakukan dengan menyimpulkan hal-hal yang telah dibahas pada tahap sebelumnya Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang rumusan masalah.
13 13 I.7 Bagan Alir Rumusan Masalah Pengumpulan data Data Observasi lapangan Data wawancara Penelusuran data tertulis (Studi pustaka) Penelusuran data piktoral (foto lama dan peta lama) Deskripsi bangunan Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo Analisis deskriptif data arsitektur bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo Interpretasi gaya arsitektur dan fungsi bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan Solo Kesimpulan
BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Alwi, Hasan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. Anonim. 1988. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 2. Jakarta: PT Cipta Adi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperincisesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Deskripsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tersedianya transportasi, jarak yang tadinya jauh dan membutuhkan waktu yang lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinci, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa peninggalan budaya masa lalu untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat pendukung kebudayaannya serta berusaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciWajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER
TUGAS AKHIR 111 PERIODE APRIL SEPTEMBER 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER OLEH : RAGIL RINAWATI NIM : L2B 006 067 DOSEN PEMBIMBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Purworejo di masa lalu merupakan pos pertahanan militer Belanda di wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa (1825-1830)
Lebih terperinciLebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Stasiun Kota Baru Malang, yang dilakukan selama proses perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara
Lebih terperinciKomunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:
Kepada Yth Wali Kota Semarang di tempat Perihal: Informasi mengenai kajian cagar budaya bangunan kuno Pasar Peterongan Semarang oleh BPCB Jateng Dengan hormat, Bersama surat ini kami menginformasikan bahwa
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ide Dasar Perancangan Pada perancangan Pusat Rehabilitasi Anak bermasalah hukum memiliki beberapa ide dan konsep awal yang muncul dari ide perancangan. Secara ide perancangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap
Lebih terperinciPASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH DI KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciGEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan ( sumber : sensus penduduk 2010 ). Semarang mempunyai Gelanggang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar ke 5 di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam budaya Indonesia, tidak ada keterlibatan latihan fisik seperti olahraga modern. Suku asli Indonesia umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuaan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009
BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia. Memperoleh pelayanan Kesehatan merupakan hak setiap Individu tanpa terkecuali. Tingkat kesehatan secara tidak langsung
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012
LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 Lampiran 2. Rencana Tapak Area Utama Istana Kepresidenan Bogor. 101 Lampiran 3. Denah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk memahami maksud dari judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran, maka perlu diuraikan sebagai
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciAkulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 JUDUL Rumah Sakit Jiwa Dengan Pendekatan Konsep Hijab di Karanganyar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 JUDUL Rumah Sakit Jiwa Dengan Pendekatan Konsep Hijab di Karanganyar. 1.2 PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : RUMAH SAKIT JIWA DENGAN PENDEKATAN KONSEP HIJAB di KARANGANYAR adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien atau
Lebih terperinciISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR
ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR S-1 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR Diajukan
Lebih terperinciSTUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR
STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : ADIB SURYAWAN ADHIATMA L2D 000 394 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinci'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sudah tidak banyak digunakan lagi pada bangunan-bangunan baru sangat. menunjang kelangkaan bangunan bersejarah tersebut.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bangunan bersejarah merupakan bangunan yang memiliki nilai dan makna yang penting bagi sejarah, namun juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan ada kalanya bersifat
Lebih terperinciGEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI BENTENG VASTENBURG SURABAYA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI BENTENG VASTENBURG SURABAYA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : Wiwit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jawa telah ada dan berkembang bahkan jauh sebelum penduduk Pulau Jawa mengenal agama seperti Hindu, Budha maupun Islam dan semakin berkembang seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan pariwisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi telah diketahui oleh insan pariwisata, sehingga harapan sektor pariwisata sebagai andalan untuk meningkatkan
Lebih terperinciDAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN
~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Kabupaten Malang memiliki dua Pabrik gula yang cukup besar yaitu PG Kebon Agung dan PG. Krebet. PG Kebon Agung berdiri pada 1905, PG Krebet
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian
Lebih terperinci163 Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arti kata Vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu verna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki berbagai macam etnis yang tersebar di pelosok Nusantara yang salah satunya etnis Minangkabau yang berpusatkan di Provinsi
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciGRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat
Lebih terperinciMUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG
TA 107 ( Periode April September 2009 ) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persoalan utama yang dihadapi kota-kota besar di Pulau Jawa akibat pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah transportasi, masalah transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia adalah Indonesia. Urutan tertinggi penderita kanker serviks ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Namun seiring berkembangnya
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,
BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo berdiri tahun 1745. Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Solo menjadi pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan sejumlah bangunan antara lain; Alun alun Utara, Pagelaran, Sitihinggil Utara, Cepuri, Keputren, Keputran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1,Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, sekitar 60 Kilometer dari kota Jakarta dengan luas sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
Lebih terperinciPERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D
PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR Oleh: NDARU RISDANTI L2D 005 384 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,
Lebih terperinciDari data di atas, dapat dilihat bahwa daerah perbatasan Jawa Tengah- Jawa Barat saat ini belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil dari salah satu atu lembaga survei dunia menyatakan, bahwa wa hampir 77% masyarakat di Indonesia sia terindikasi penyakit jiwa. Keadaan ini diperparah perparah
Lebih terperinciREVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling Diajukan untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor utama penentu keberhasilan pembangunan nasional. Kualitas dan kuantitas sarana kesehatan yang ada di suatu daerah
Lebih terperinci