KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

dokumen-dokumen yang mirip
KATA BAIK: MOROFOTAKTIK, VALENSI SINTAKSIS, DAN MAKNA INTISARI

PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA INTISARI

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

Oleh: RIA SUSANTI A

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

EDUNDANSI DALAM BAHASA SASAK DESA JERINGO KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

Jurnal Sastra Indonesia

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

PENGGUNAAN VERBA PADA SURAT KABAR KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI

PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

Transkripsi:

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural analysis of bad words with synonyms is done to determine the form of morphotactic, syntactic behavior, and the meaning of bad words with synonyms. The method used in this research is identity method and the distributional method. Meanwhile the technique uses are the technique of change and expansion techniques. The results of this research indicate that there are seven synonyms for bad word that is ruthless, nasty, ugly, vicious, cruel, vile, and sadistic. Each word is described based on a morphological process of the form of affixation, reduplication, and composition. The syntactic behavior of bad, ruthless, nasty, ugly, vicious, cruel, vile, and sadistic words belonging to the category of adjectives serves as the predicate, complementary, and the description of sentence level. The component analysis of the meaning of the bad word with its synonyms has an equation of basic meaning, while the difference in the component of meaning whether there is physical or verbal action and difference to the entity or the use of the word. Keywords : Bad Word, Morphology, Syntax, Semantics. Intisari Penelitian mengenai analisis struktural kata jahat dengan sinonimnya dilakukan untuk mengetahui bentuk morfotaktik, perilaku sintaksis, dan makna kata jahat dengan sinonimnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan dan metode agih. Adapun tekniknya menggunakan teknik ganti dan teknik ekspansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh sinonim kata jahat yaitu bengis, buruk, jelek, ganas, kejam, keji, dan sadis. Masing-masing kata diuraikan berdasarkan proses morfologis yang berupa afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Perilaku sintaksis kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis yang termasuk dalam kategori adjektiva menduduki fungsi sebagai predikat (P), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) dalam tataran kalimat. Analisis komponen makna kata jahat dengan sinonimnya memiliki persamaan yang terletak pada makna dasarnya, sedangkan perbedaannya terletak pada komponen makna ada tidaknya tindakan secara fisik maupun verbal serta perbedaan terhadap entitas atau pemakaian kata tersebut. Kata kunci: Kata Jahat, Morfologi, Sintaksis, Semantik

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kata-kata yang bersinonim dengan kata jahat dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang hampir sama, tetapi dalam pemakaiannya mempunyai daya gabung yang berbeda dan mempunyai perbedaan makna sehingga kata-kata tersebut mempunyai ketepatan pemakaian yang berbeda-beda. Kesulitan dalam membedakan kata yang memiliki makna kurang lebih sama dengan makna kata lain menyebabkan kurangnya pemahaman sehingga mengakibatkan penggunaan kata yang kurang tepat. Makna sebuah kata dapat berubah dengan adanya proses morfologis, seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Dalam praktiknya, kata tidak akan pernah dapat dilepaskan dari kalimat. Kalimat bukan hanya deretan kata yang dirangkaikan sesuka hati pemakaiannya, melainkan merupakan rangkaian yang berstruktur. Oleh karena itu, dibutuhkan bidang morfologi, sintaksis, bersama-sama dengan semantik untuk mengetahui tataran ilmu bahasa (tata bahasa) yang gramatikal sehingga dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Morfologi memiliki peran penting dalam tata kata atau tata bentuk yang merupakan studi gramatikal struktur intern kata. Sedangkan sintaksis berperan khususnya tentang seluk-beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana secara gramatikal. Semantik memiliki peran penting bagi linguistik khususnya berkaitan dengan makna, baik makna yang terdapat dalam morfem, kata, kalimat, maupun wacana. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk morfotaktik kata jahat dengan sinonimnya? 2. Bagaimana perilaku sintaksis kata jahat dengan sinonimnya dalam tataran kalimat? 3. Bagaimana persamaan dan perbedaan kata jahat dengan sinonimnya?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dideskripsikan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk morfotaktik atau proses morfologis kata jahat dengan sinonimnya. 2. Mendeskripsikan perilaku sintaksis kata jahat dengan sinonimnya dalam tataran kalimat. 3. Menjelaskan persamaan dan perbedaan kata jahat dengan sinonimnya. 1.4 Metode Penelitian Pengumpulan data pada dasarnya harus dijalankan secara sistematis. Dalam penelitian ini ada dua tipe data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan, yaitu data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah metode simak dengan teknik catat. Pada tahap analisis data, peneliti menguraikan masalah yang terkandung dalam data. Metode yang digunakan untuk menganalisis kata jahat pada penelitian ini adalah metode padan dan metode agih dengan teknik ganti dan teknik ekspansi. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. 2. LANDASAN TEORI Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural Ferdinand De Saussure. Teori struktural berlandaskan pada pola pemikiran secara behavioristik. Paham behavioristik beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriah yang tampak, dengan demikian aliran struktural mengamati bahasa dan hakikatnya dalam wujud yang konkret sebagai bentuk ujaran.

Dalam teori struktural menyatakan bahwa bentuk yang gramatikal adalah bentuk dan struktur bahasa yang dipakai atau bentuk yang sudah umum. Bentukbentuk yang secara kaidah sebenarnya betul tetapi belum biasa digunakan atau belum dipakai di masyarakat maka bentuk tersebut terpaksa dinyatakan sebagai bentuk yang tidak gramatikal, dengan demikian, strandar yang dipakai untuk menetapkan kegramatikalan suatu bahasa adalah standar keumuman, bukan standar kaidah atau norma. Dalan teori struktural level-level gramatikal mulai ditegakkan. Level-level tersebut terdiri dari fonem sebagai level terendah kemudian morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat sebagai level yang tertinggi. Tararan di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini. Morfem dan kata merupakan cakupan bidang morfologi, sedangkan frasa, klausa, dan kalimat merupakan cakupan bidang sintaksis. Menurut aliran struktural analisis bahasa harus didasarkan atas kenyataan yang ada (Soeparno, 2002: 50-52). 3. PEMBAHASAN A. Analisis Bentuk Morfotaktik Kata Jahat dengan Sinonimnya dalam Bahasa Indonesia 1. Proses Pembubuhan Afiks (Afiksasi) Dalam proses afiksasi terdapat tiga hal yang harus diperhatikan, yakni: dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal yang dihasilkan. Penambahan afiks dapat dilakukan di depan yang disebut awalan atau prefiks. Afiks yang ditambahkan di tengah disebut sisipan atau infiks. Afiks yang ditambahkan di belakang disebut akhiran atau sufiks. Sedangkan afiks yang ditambahkan di depan dan di belakang disebut konfiks. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan bentuk afiksasi dari kata jahat dengan sinonimnya sebagai berikut. a. Prefiks 1) Prefiks ber- Penggabungan prefiks ber- dengan kata bengis, ganas, jelek, kejam, dan sadis tidak membentuk kata yang gramatikal. Pembentukan kata yang gramatikal diperoleh dari penggabungan prefiks ber- dengan kata jahat, buruk, dan keji

membentuk verba berjahat, berburuk, dan berkeji. Kata berjahat, berburuk, dan berkeji merupakan kata yang gramatikal, tetapi sudah jarang digunakan oleh pengguna bahasa Indonesia 2) Prefiks men- Penggabungan prefiks men- dengan kata jahat, jelek, kejam, keji, dan sadis tidak membentuk kata yang gramatikal. Pembentukan kata yang gramatikal diperoleh dari penggabungan prefiks men- dengan kata buruk, ganas, dan bengis. membentuk verba memburuk, mengganas, dan membengis merupakan kata yang gramatikal, tetapi sudah jarang digunakan oleh pengguna bahasa Indonesia. 3) Prefiks pen- Penggabungan prefiks pen- dengan kata bengis, buruk, jelek, kejam, keji, dan sadis tidak membentuk kata yang gramatikal. Pembentukan kata yang gramatikal diperoleh dari penggabungan prefiks pen- dengan kata jahat dan ganas sehingga membentuk nomina penjahat dan pengganas. 4) Prefiks ter- Penggabungan prefiks ter- dengan kata-kata yang bersinonim dengan kata jahat membentuk kata yang gramatikal. Prefiks ter- dapat bergabung dengan seluruh kata-kata yang termasuk dalam sinonim kata jahat yang berupa kata dasar. Penggabungan prefiks ter- dengan kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis membentuk kata adjektiva terjahat, terbengis, terburuk, terganas, terjelek, terkejam, terkeji, dan tersadis. b. Konfiks 1) Konfiks ke-an Konfiks ke-an dapat bergabung dengan seluruh kata-kata yang termasuk dalam sinonim kata jahat yang berupa kata dasar. Penggabungan konfiks ke-an dengan kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis membentuk nomina kata kejahatan, kebengisan, keburukan, keganasan, kejelekan, kekejaman, kekejian, dan kesadisan. 2) Konfiks men-kan Penggabungan konfiks men-kan pada kata ganas, kejam, dan sadis tidak membentuk kata yang gramatikal. Pembentukan kata yang gramatikal diperoleh

dari penggabungan konfiks men-kan dengan kata jahat, bengis, buruk, dan keji. sehingga terbentuk verba menjahatkan, membengiskan, memburukkan, dan mengejikan. 3) Konfiks men-i Penggabungan konfiks men-i pada kata buruk, jelek, keji, dan sadis tidak membentuk kata yang gramatikal. Pembentukan kata yang gramatikal diperoleh dari penggabungan konfiks men-i dengan kata jahat, bengis, ganas, dan kejam sehingga membentuk verba menjahati, membengisi, dan mengejami. 4) Konfiks di-i Penggabungan konfiks di-i pada kata buruk, jelek, dan keji tidak membentuk kata yang gramatikal. Pembentukan kata yang gramatikal diperoleh dari penggabungan konfiks di-i dengan kata jahat, bengis, kejam, dan sadis sehingga membentuk verba dijahati, dibengisi, dikejami, dan disadisi. Kata dijahati, dibengisi, diganasi, dikejami dan disadisi memiliki makna dilakukan oleh orang lain. 2. Proses Pengulangan (Reduplikasi) Reduplikasi pada sinonim kata jahat diklasifikasikan dalam dua tipe, yaitu reduplikasi yang terjadi pada kata dasar dan reduplikasi yang terjadi pada kata turunan. Berikut ini adalah paparan reduplikasi pada kata-kata yang bersinonim dengan kata jahat dalam bahasa Indonesia: a. Reduplikasi Kata Dasar pada Sinonim Kata Jahat dengan Sinonimnya Reduplikasi kata dasar pada sinonim kata jahat dengan sinonimnya mengandung makna banyak atau yang mempunyai sifat itu lebih dari satu. b. Reduplikasi Kata Turunan pada Sinonim Kata Jahat dengan Sinonimnya Reduplikasi kata turunan pada sinonim kata jahat dengan sinonimnya mengandung makna paling dan dapat digunakan untuk menyatakan perbandingan dengan pola reduplikasi kombinasi se-+r+-nya.

3. Proses Pemajemukan (Komposisi) Kata Jahat dalam Bahasa Indonesia Berikut proses pemajemukan kata jahat dalam bahasa Indonesia. Lemak jahat termasuk komposisi karena dalam tataran frasa tidak dapat disela dengan kata yang menjadi *lemak yang jahat, kemudian dalam tataran klausa lemak jahat tidak dapat diikuti dengan kata itu menjadi *lemak itu jahat. Unsur-unsur dari lemak jahat juga tidak dapat dipertukarkan, contoh *jahat lemak. Jadi dapat dikatakan bahwa makna kata majemuk dari kata lemak jahat adalah lemak yang dapat menyebabkan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Kata majemuk yang mengandung kata jahat didasarkan pada konstruksi kelas kata dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi kata benda+kata sifat (KB+KS). B. Analisis Perilaku Sintaksis Kata Jahat dengan Sinonimnya dalam Tataran Kalimat Penelitian ini fokus pada analisis penggunaan kata jahat dengan sinonimnya dalam tataran kalimat. Perilaku sintaksis kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis yang termasuk dalam kategori adjektiva menduduki fungsi sebagai predikat (P), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) dalam tataran kalimat. C. Analisis Komponen Makna Kata Jahat dengan Sinonimnya dalam Bahasa Indonesia Analisis komponen makna dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan makna dalam kata-kata yang bersinonim dengan kata jahat. Analisis perbedaan makna kata akan disajikan secara spesifik dan secara umum. Secara spesifik, makna kata akan dianalisis berdasarkan komponen maknanya dengan menggunakan tanda plus (+), yaitu untuk menunjukkan bahwa kata memiliki unsur komponen makna yang dimaksud, sedangkan tanda minus (-) disajikan apabila kata tersebut tidak memiliki unsur komponen yang dimaksud, dan tanda plus minus (±) untuk menunjukkan bahwa

kata bersifat netral. Berdasarkan deskripsi di atas, berikut akan dijelaskan persamaan dan perbedaan komponen makna kata jahat dengan sinonimnya: 1. Kata Jahat Kata jahat memiliki makna sangat jelek, buruk; sangat tidak baik (tentang kelakuan, tabiat, perbuatan) (KBBI, 2008: 556). Kata jahat memiliki satu nilai rasa yaitu nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata jahat disertai tindakan secara fisik dan verbal. 2. Kata Bengis Kata bengis memiliki makna bersifat keras tanpa belas kasihan kepada manusia atau binatang; suka berbuat aniaya; kejam (KBBI, 2008: 170). Kata bengis memiliki nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata bengis disertai tindakan secara fisik. 3. Kata Buruk Kata buruk memiliki makna (tentang kelakuan dan sebagainya) jahat; tidak menyenangkan (KBBI, 2008: 227). Kata buruk memiliki nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata buruk disertai tindakan secara fisik dan verbal. 4. Kata Ganas Kata ganas memiliki makna galak dan suka menyerang (melawan dan sebagainya (KBBI, 2008: 411). Kata ganas memiliki nilai rasa yang negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata ganas disertai tindakan secara fisik. 5. Kata Jelek Kata jelek memiliki makna tidak menyenangkan (tidak menenteramkan, tidak membahagiakan, dan sebagainya); jahat; tidak baik (tentang watak) (KBBI, 2008: 575). Kata jelek memiliki nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata jelek disertai tindakan secara fisik dan verbal.

6. Kata Kejam Kata kejam memiliki makna tidak menaruh belas kasihan; bengis; zalim (KBBI, 2008: 648). Kata kejam memiliki nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata kejam disertai tindakan secara fisik. 7. Kata Keji Kata keji memiliki makna sangat rendah (kotor, tidak sopan, dan sebagainya); hina (KBBI, 2008: 649). Kata keji memiliki nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata keji disertai tindakan secara fisik dan verbal. 8. Kata Sadis Kata sadis memiliki makna tidak mengenal belas kasihan; kejam; buas; ganas; kasar: (KBBI, 2008: 1199). Kata sadis memiliki nilai rasa negatif. Timbulnya nilai rasa negatif karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan. Kata sadis disertai tindakan secara fisik. Setelah diketahui komponen makna masing-masing kata, maka dapat diketahui perbedaan dan persamaan tiap antar kata sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan komponen makna ada tidaknya tindakan secara fisik maupun verbal dari kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis. 4. PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis kata jahat dengan sinonimnya, peneliti menemukan tujuh sinonim kata jahat, yaitu bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis yang termasuk dalam kategori adjektiva. Dalam proses morfologis, kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis dapat bergabung dengan afiks ber-, men-, pen-, ter-, ke-an, men-kan, men-i, dan di-i. Sedangkan reduplikasi pada kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis menyatakan makna banyak atau yang mempunyai sifat itu lebih dari satu dan

reduplikasi kata turunan pada sinonim kata jahat menyatakan makna paling yang dapat digunakan untuk menyatakan perbandingan. Perilaku sintaksis kata jahat, bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis yang termasuk dalam kategori adjektiva menduduki fungsi sebagai predikat (P), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) dalam tataran kalimat. Kata jahat bengis, buruk, ganas, jelek, kejam, keji, dan sadis memiliki persamaan komponen makna yaitu +Perbuatan, +Tidak Menyenangkan, +Adanya Tindakan Secara Verbal, +Adanya Tindakan Secara Fisik, +Adanya Nilai Rasa Positif, dan +Adanya Nilai Rasa Negatif. Dari analisis komponen makna kata jahat dengan sinonimnya dapat disimpulkan bahwa persamaan kata jahat dengan sinonimnya terletak pada makna dasarnya, sedangkan perbedaannya terletak pada ada tidaknya tindakan secara fisik maupun verbal serta perbedaan terhadap entitas atau pemakaian kata tersebut. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, 2003. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ba dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.. 1995. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik I: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Eresco. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Lingistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Soedjito. 1989. Sinonim. Malang: CV Sinar Baru Bandung. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.