BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) DENGAN KOKAMIDOPROPIL BETAIN SEBAGAI SURFAKTAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) DENGAN KOKAMIDOPROPIL BETAIN SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang


Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN TUGAS AKHIR. Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai Ekonomis Tinggi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

KECENDERUNGAN PENGEMBANGAN SURFAKTAN. Penggunaan bahan dasar karbohidrat

Proses Pembuatan Madu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

dalam mulut, mencegah pembentukan plak dan karies gigi. Berbagai penyakit dalam mulut, seperti karies gigi, gingivitis, dan periodontitis, sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit memiliki flora normal dengan berbagai macam bakteri dan jamur yang secara permanen tinggal di kulit (Senol et al., 1996). Mikroba yang ditemukan pada kulit biasanya bersifat patogen, potensial patogen, atau simbiosis yang tidak membahayakan. Flora normal kulit biasa ditemukan Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit, apabila disertai dengan luka, dapat menyebabkan arthritis, pneumonia, meningitis, dan endokarditis. Tetapi lebih banyak dapat menyebabkan dermatitis atopik karena adanya sekresi enzim dari S. aureus (Cogen et al., 2008). Bakteri mensekresi eksotoksin yang disebut superantigen yang merangsang sel T selain itu dapat menyebabkan reaksi alergi (Senol et al., 1996). Cara alami untuk mengurangi infeksi antibakteri dapat digunakan minyak atsiri kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix DC.) yang mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus dengan KHM 2,25 mg/ml yang berasal dari daerah Songkhla, Thailand (Chanthaphon et al., 2008), dan KHM sebesar 2 mg/ml yang berasal dari daerah Thai, Thailand (Luangnarumitchai et al., 2007), serta memiliki aktivitas antioksidan (Krishnaiah et al., 2007). Berdasarkan kemampuan aktivitas minyak atsiri jeruk purut maka dibuat sediaan sabun mandi cair yang dimaksudkan membantu proses penghilangan bakteri pada kulit. Sabun mandi digunakan untuk membersihkan minyak, debu dan sisa kulit mati, salah satu komponennya menggunakan surfaktan karena sifatnya yang mudah membersihkan (Ananthapadmanabhan et al., 2009). Secara umum surfaktan memiliki banyak jenis tapi tidak sedikit yang dapat menyebabkan iritasi seperti anionic alkyl sulfate, dengan penggantian surfaktan 1

2 seperti kokamidopropil betain dapat mengurangi resiko iritasi kulit dan mukosa membran (Herrwerth, et al., 2008). Kokamidopropil betain (CAPB) dari sintesis minyak kelapa menghasilkan asam lemak, sering digunakan dalam shampo, sabun mandi dan produk perawatan lainnya. CAPB salah satu surfaktan favorit yang memiliki sensasi lembut di kulit. Surfaktan ini juga memiliki keunggulan dapat menghasilkan efek yang sinergis bila diformulasikan dengan surfaktan lain (Hunter et al.,1998), merupakan surfaktan amfoterik yang tergantung pada ph (Ananthapadmanabhan et al., 2009). Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan sediaan minyak atsiri kulit buah jeruk purut ke dalam sediaan sabun mandi cair dan mengetahui aktivitas antibakteri dengan peningkatan konsentrasi minyak atsiri jeruk purut, serta pengaruh penambahan CAPB sebagai surfakatan amfoterik untuk mempertinggi kestabilan busa dari formula. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah formulasi sabun mandi cair minyak atsiri jeruk purut Memiliki daya hambat terhadap Staphylococcus aureus? 2. Bagaimana pengaruh penambahan kokamidopropil betain sebagai surfaktan dalam sediaan sabun mandi cair minyak atsiri terhadap stabilitas busa? C.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui daya hambat antibakteri dari formulasi sabun mandi cair minyak atsiri buah jeruk purut Terhadap Staphylococcus aureus. 2. Mengetahui stabilitas busa sabun mandi cair minyak atsiri jeruk purut setelah diberi kokamidopropil betain sebagai surfaktan.

3 1. Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC.) a. Klasifikasi Tanaman Jeruk Purut D. Tinjauan Pustaka Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Rutales : Rutaceae (suku jeruk-jerukan) : Citrus : Citrus hystrix DC. (Van Steenis, 1997) Gambar 1. Tanaman jeruk purut b. Kandungan Minyak Atsiri Buah jeruk purut segar mengandung 1,8% minyak atsiri dengan komponen penyusunnya yang dilihat dari GC (gas chromatography) adalah α-pinena, ß- pinena, mirsena, oktanal, ß-terpinena, limonena, osimena, linannon, sitronellal, sabinen, dan 1-sikloheksil-2-buten-1-ol (Agusta, 2000, Wungsintaweekul et al., 2010).

4 c. Sifat Fisika Minyak Atisri Jeruk Purut Minyak atsiri jeruk purut hasil destilasi kulit jeruk purut memiliki bobot jenis 0,875-0,880 g/cm3, indeks bias 0,875-0,880, angka asam 0,8275, dan kadar minyak 2,13% (Agustina, 2010). d. Potensi Kandungan dalam minyak atsiri buah jeruk purut memiliki aktivitas biologik sebagai antibakteri ialah α-pinen dan sabinen (Murgananthan et al., 2012), ß- pinena, limonen dan sitronellal (Wungsintaweekul et al., 2010), sitronella yang dapat merusak membran sel bakteri (Chanthaphon et al., 2008), kandungan ß- pinen dan limonen dalam minyak kulit jeruk purut juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. enteritidis (Nanasombat et al., 2005) 2. Bakteri Staphylococcus aureus a. Klasifikasi Divisio : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus (Salle, 1961) b. Ciri Khas Organisme Staphylococcus merupakan sel Gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus tumbuh dengan cepat pada beberapa tipe media dan dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacammacam pigmen dari warna putih hingga kuning gelap.

5 c. Patofisiologi Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia. Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi dari keracunan makanan yang berat hingga infeksi kulit yang kecil ( Jawetz et al., 2008). S. aureus mensekresi eksotoksin yang disebut superantigen yang dapat menstimulasi pelepasan mediator inflamasi seperti leukotrien dan histamin (Senol et al., 1996). 3. Uji Aktivitas Antibakteri Pada uji ini diukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap gen antimikroba. Ada beberapa macam uji, yaitu ; a. Metode difusi 1). Tes Kirby & Bauer, untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar. 2). E-test, untuk mengestimasi MIC atau KHM, biasa digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar rendah hingga tinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. 3). Sumuran, dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur diberi agen antimikroba yang akan diuji. 4. Sabun Mandi Cair a. Definisi Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau detergen dengan penambahan bahan lain yang dijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1996). b. Zat Adiktif dalam Sabun 1) Asam lemak bebas Kelebihan asam lemak bebas meningkatkan profil busa dari sabun, menghilangkan alkali bebas dan dapat memberikan beberapa perbaikan yaitu pada kelembutan kulit, seperti inti sawit atau asam stearat.

6 2) Pengawet Sabun dasar dengan proporsi tinggi asam lemak tak jenuh, adanya zat aditif sabun tertentu, dan wangi, cenderung rentan terhadap perubahan atmosfir oksidatif yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, pengawet (chelating agent dan antioksidan) yang diperlukan untuk mencegah oksidasi yang terjadi, seperti Na- EDTA. 3) Pelembab Membersihkan kulit tetapi juga memberikan kelembutan kulit dan manfaat moisturizer, dua zat aditif yang paling umum digunakan yaitu asam lemak bebas dan gliserin. 4) Surfaktan Surfactant ( surface-active-agent) atau agen aktif permukaan adalah suatu molekul yang mempunyai dua gugus yang memiliki sifat berbeda, yaitu gugus hidrofilik/lipofobik/suka air dan hidrofobik/lipofilik/suka minyak, yang kemudian dapat mencampurkan air dan minyak. Pada bagian polar atau suka air dapat bermuatan positif, negatif, atau netral. Secara struktur pada bagian yang suka air/hidrofilik mengandung gugus hidroksil sedangkan bagian suka minyak/hidrofobik mengandung rantai alkil yang panjang. Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan, setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi tertentu maka surfaktan mengagregasi membentuk misel, konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis (Genaro, 2012). Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:

7 a) Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang. b) Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil trimetil ammonium, garam dialkil-dimetil ammonium dan garam alkil dimetil benzil ammonium. c) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. d) Surfaktan amfoterik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain (Genaro., 2012). Pengunaan surfaktan amfoterik (CAPB) digunakan untuk mengurangi kerusakan protein dan potensi iritasi yang disebabkan oleh surfaktan anionik (Ananthapadmanabhan et al., 2009). 1. Kokamidopropil Betain (CAPB) Gambar 2. Struktur Kokamidopropil Betain CAPB merupakan surfaktan yang biasa digunakan dalam sediaan shampo, detergen, kondisioner dan produk perawatan lainnya, bersifat amfoterik dan memiliki tingkat iritasi lebih rendah daripada surfaktan golongan pertama seperti alkil sulfat. Bentuk sediaan cair dengan bahan aktif 47% dan sisanya air (Herrwerth et al., 2008). CAPB salah satu favorit surfaktan yang lembut di kulit. Surfaktan ini juga memiliki keunggulan dapat menghasilkan efek yang sinergis bila diformulasikan dengan surfaktan lain (Hunter et al., 1998). Surfaktan jenis ini dalam pustaka sering disebut

8 zwiterionik yang memiliki dua fungsi, bisa menjadi kation atau anion. Sebagian besar ditentukan oleh ph, apabila ph asam maka surfaktan ini akan bersifat kation sebaliknya bila dalam suasana basa maka bersifat anion, yang mendekati titik isoelektrik (Salager, 2002). Penelitian Herrwerth et al, (2008) menunjukan konsentrasi tinggi CAPB (9%) dalam suatu bentuk sediaan menghasilkan busa yang lembut, padat dan stabil. Tetapi sifat alirnya lebih baik pada konsentrasi rendah (3%), dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi CAPB maka tingkat stabilitas busa dan kelembutan juga semakin baik. c. Syarat Mutu Sediaan Syarat menurut SNI suatu sediaan dapat diterima adalah ; Bentuk cairan yang homogen, bau khas, warna khas, ph pada suhu 25 C adalah 8-11, alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH maksimal 0,1%, bahan aktif minimal 15%, berat jenis pada suhu 25 C 1,01-1,10 cemaran mikroba maksimal 1x10 5 (BSN, 1996). d. Uji Fisik Sediaan Sabun Cair 1) Berat Jenis Berat jenis digunakan untuk membandingkan berat larutan sabun dengan berat air pada volume yang sama dan dalam suhu yang sama (Depkes, 1979). 2) Uji Kestabilan dan Tinggi Busa Mengevaluasi pengaruh kokamidopropil betain pada sediaan dengan melihat tinggi busa dan kestabilan pada rentan waktu tertentu. 3) ph Pengukuran ph digunakan untuk membandingkan dan menyesuaikan ph sediaan dengan ph yang telah ditetapkan SNI sebagai salah satu syarat sediaan dapat diterima. ph yang terlalu rendah dapat menyebabkan iritasi kulit. 4) Uji Organoleptis Mengunakan panelis dengan menilai dari warna, aroma, kesan kesat, kelembapan, dan kesegaran kulit.

9 e. Uji Alkali Bebas Uji dilakukan untuk menilai kadar alkali bebas dari sediaan, dan menyesuaikan dengan standar SNI. f. Uji Angka Lempeng Total Uji angka lempeng total dilakukan untuk menghitung bakteri mesofil aerob pada sediaan. Cara pengenceran sediaan pada media pepton dan ditanam pada media PCA. g. Uji Mikrobiologi Mengetahui besarnya pelepasan zat aktif untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengukur diameter hambatan pertumbuhan bakteri pada media. E. Landasan Teori Minyak atsiri kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) memiliki daya antibakteri dan mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus (Chanthaphon et al., 2008) komponen penyusun utama yaitu sitronellal, geraniol dan d-limonen dengan zona hambat sebesar 16,55 mm (Chowdhury et al., 2009), pada pustaka lain disebutkan KHM sebesar 2 mg/ml yang berasal dari daerah Thai, Thailand (Luangnarumitchai et al., 2007). Studi tentang formulasi minyak atsiri dalam campuran sediaan emulsi yang mangandung surfaktan dan memiliki sifat antibakteri dianggap menarik (Dorren et al., 2011), salah satu surfaktan yang sering digunakan adalah kokamidopropil betain. Kokamidopropil betain merupakan surfaktan amfoterik yang dapat digunakan untuk penstabil busa dan menghasilkan busa yang lembut untuk kulit (Hunter et al.,1998). Kokamidopropil betain dapat mengurangi resiko iritasi kulit dan mukosa membran. Semakin tinggi konsentrasi CAPB maka tingkat stabilitas busa, kelembutan juga semakin baik (Herrwerth et al., 2008). Minyak atsiri dan kokamidopropil betain diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun mandi cair yang memiliki kestabilan busa dan memiliki aktivitas antibakteri.

10 F. Hipotesis 1. Formulasi sediaan sabun cair minyak atsiri jeruk purut memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. 2. Peningkatan konsentrasi kokamidopropil betain sebagai surfaktan dapat meningkatkan stabilitas busa sediaan sabun cair.