FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI
|
|
- Hendra Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : DINIAH APRIYANI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013
2 ii
3 FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN FORMULATION OF LIQUID SOAP FROM ESSENTIAL OIL LIME (Citrus aurantifolia) WITH COCAMIDE DEA AS SURFACTANT Diniah Apriyani*, TN. Saifullah S.**, dan Peni Indrayudha* *Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta **Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara Yogyakarta ABSTRAK Citrus aurantifolia mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus yang merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi kulit. Penambahan minyak atsiri jeruk nipis dalam sediaan sabun mandi cair sebagai agen antibakteri dapat meningkatkan efektivitas sabun dalam fungsinya sebagai pembersih kulit. Penambahan surfaktan cocamid DEA dapat memberikan stabilitas busa yang baik pada sabun mandi cair. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan konsentrasi cocamid DEA yang dapat memberikan stabilitas busa yang baik. Sabun mandi cair dibuat sebanyak 5 formula yaitu formula I tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA, formula II dengan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%, formula III dengan konsentrasi 2,4%, formula IV dengan konsentrasi 3,2%, formula V dengan konsentrasi 4%. Evaluasi sabun mandi meliputi organoleptik, berat jenis, ph, kadar alkali bebas, stabilitas busa, cemaran mikroba, dan uji daya hambat bakteri dengan metode difusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabun mandi cair memiliki aroma jeruk nipis, ph sesuai dengan ph kulit, tidak ada kadar alkali bebas, dan tidak ada cemaran mikroba. Aktivitas antibakteri terbesar dengan zona hambat 28±1,80 mm adalah formula V yaitu dengan penambahan minyak atsiri jeruk nipis sebesar 4%. Konsentrasi cocamid DEA sebesar 1,6% pada formula II memberikan busa paling stabil. Kata kunci: Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Staphylococcus aureus, Sabun Mandi Cair. ABSTRACT Citrus aurantifolia has antibacterial activity againts Staphylococcus aureus which is one of the bacteria that causes skin infections. The aim of this study is to add lemon essential oil in the preparation of liquid soap as an antibacterial agent to improve the effectiveness of the soap in its function as a 1
4 skin cleanser. This study aimed to determine if the liquid soap lemon essential oil to inhibit the growth of bacteria Staphylococcus aureus and concentration of cocamid DEA can provide good foam stability. Liquid soap is made in 5 formula with the concentration of lemon essential oil and cocamid DEA are 0, 1,6, 2,4, 3,2, and 4% for FI, FII, FIII, FIV, and FV respectively. The evaluation of the liquid soap include organoleptic, specific gravity, ph, levels of alkali free, foam stability, microbial contamination, and the inhibition of against Staphylococcus aureus by diffusion method. The result showed that the liquid soap has a scent of lime, ph according to the ph of skin, there is no free alkali content, and no microbial contamination. The greatest antibacterial activities with drag zone 28±1,80 mm was the by the formula with the addition of lemon essential oil of 4%. Cocamide DEA concentration of 1,6% in the formula II gives the most stable foam. Key words: Essential Oil of Lime (Citrus aurantifolia), Staphylococcus aureus, Liquid Soap Bath PENDAHULUAN Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Salah satu spesiesnya yaitu Citrus aurantifolia atau biasa dikenal dengan nama jeruk nipis. Minyak atsiri jeruk nipis pada kadar 2% v / v mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (Hammer et al., 1999) yang merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi kulit. Minyak atsiri kulit jeruk secara luas dimanfaatkan dalam kosmetik khususnya dalam sediaan sabun. Sabun merupakan bahan pembersih kulit yang sering digunakan untuk keperluan sehari-hari, namun pembersihan dengan surfaktan yang keras seperti surfaktan anionik dapat menyebabkan iritasi dan kulit kering. Surfaktan mengikat kuat protein kulit menyebabkan kerusakan kulit dan iritasi (Mukherjee et al., 2010). Oleh sebab itu, penggunaan cocamid DEA sebagai surfaktan nonionik dalam sediaan sabun mandi diharapkan dapat mengurangi iritasi yang ditimbulkan oleh surfaktan anionik (Noor & Nurdyastuti, 2009) dan berpengaruh pada stabilitas busa yang dihasilkan. Penelitian Hambali et al. (2002) menunjukkan bahwa stabilitas busa tertinggi yang dihasilkan oleh sabun mandi padat diperoleh pada konsentrasi cocamid DEA 3% sehingga pada penelitian ini dilakukan formulasi minyak atsiri jeruk nipis dalam sediaan sabun mandi cair dengan menggunakan cocamid DEA 2
5 sebagai surfaktan antiiritasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas busa yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri jeruk nipis terhadap Staphylococcus aureus setelah diformulasikan dalam sediaan sabun mandi cair dan pengaruh peningkatan konsentrasi cocamid DEA terhadap stabilitas busa yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan: minyak atsiri jeruk nipis (Lansida Herbal, Yogyakarta), asam miristat, asam stearat, texapon N70, cocamid DEA, akua DM, gliserin, propilen glikol (Brataco, Yogyakarta), KOH, Na 2 EDTA, asam sitrat 25%, media MH, media PCA (Laboratorium Fakultas Farmasi, UMS) Alat : Timbangan analitik Ohaus (Jerman), ph meter Lutron (Jerman), piknometer, disolution tester ERWEKA IKA (Jerman), laminar air flow, inkubator Memmert (Jerman), autoclave MY LIFE MA652 (Jerman), oven BINDER (Jerman) Jalannya Penelitian Identifikasi buah jeruk nipis Identifikasi buah jeruk nipis dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan cara mencocokkan ciri-ciri buah jeruk nipis pada buku pustaka Flora of Java. Destilasi minyak atsiri Destilasi minyak atsiri dilakukan oleh Lansida Herbal Teknologi Yogyakarta. Destilasi dilakukan dengan cara destilasi uap air. Pengujian sifat fisik minyak atsiri Pengujian sifat fisik minyak atsiri jeruk nipis dilakukan oleh LPPT I Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta meliputi uji indeks bias dan uji bobot jenis. 3
6 Pembuatan sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis Prosedur pembuatan sabun meliputi pencampuran komponen (Tabel 1) dengan tahapan sebagai berikut : ditimbang komponen 1 kemudian dimasukkan dalam wadah tahan panas. Komponen 1 dipanaskan kemudian dimasukkan 50% komponen 3, diaduk hingga larut. KOH dilarutkan pada aqua DM 4 ml, kemudian dimasukkan ke dalam no.2, diaduk hingga rata. Dimasukkan sisa komponen 3, diaduk hingga rata. Ditambahkan komponen 5. Dilakukan pengukuran ph, ditambahkan asam sitrat. Disimpan dalam wadah tertutup. Tabel 1. Formula sabun mandi cair dengan variasi konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA Bahan Satuan F I F II F III F IV F V Komponen 1 Asam miristat g Asam stearat g Texapon N70 g Cocamid DEA ml Komponen 2 KOH g 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 Aqua DM ml Komponen 3 Aqua DM ml Propilen glikol g Gliserin g EDTA Na g 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Komponen 4 Asam sitrat 25% ml Komponen 5 Minyak atsiri jeruk nipis ml Keterangan: FI : cocamid DEA (0%), minyak atsiri jeruk nipis (0%) FII : cocamid DEA (1,6 %), minyak atsiri jeruk nipis (1,6%) FIII : cocamid DEA (2,4 %), minyak atsiri jeruk nipis (2,4%) FIV : cocamid DEA (3,2 %), minyak atsiri jeruk nipis (3,2%) FV : cocamid DEA (4%), minyak atsiri jeruk nipis (4%) Evaluasi sediaan sabun mandi cair Sediaan sabun mandi cair diuji organoleptik, ph, alkali bebas, bobot jenis, cemaran mikroba (Angka lempeng total), uji aktivitas antibakteri, dan uji stabilitas tinggi busa. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan organoleptik Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptik sabun mandi cair Pengamatan F I F II F III F IV F V organoleptik Bentuk Cair Cair Cair Cair Cair Kejernihan Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Warna Putih Putih Putih Putih Putih Bau Khas sabun Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) 4
7 Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati secara visual sabun mandi cair meliputi bentuk, kejernihan, dan warna (Tabel 2). Sediaan sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri memiliki warna yang sama dengan sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis yang berwarna putih. Formula I yang tidak mengandung minyak atsiri jeruk nipis memiliki bau khas sabun, sedangkan formula II sampai IV yang mengandung minyak atsiri jeruk nipis memiliki bau khas jeruk nipis. Hasil pengamatan ph Persyaratan ph sabun mandi cair menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 1996) adalah berkisar antara 6-8. Formula I menunjukkan nilai ph paling tinggi yaitu 7,53 sedangkan pada formula II dan formula III mengalami penurunan ph dikarenakan penambahan minyak atsiri jeruk nipis (Gambar 1). Sabun mandi cair formula V menghasilkan nilai ph yang paling asam yaitu 6,7, penurunan ph ini disebabkan karena penambahan minyak atsiri jeruk nipis dengan konsentrasi tertinggi yaitu 4%. Selain itu penurunan ph juga dapat disebabkan bahan-bahan lain penyusun sabun yaitu gliserin dan asam sitrat yang bersifat asam (Rowe et al, 2009). Gambar 1. Grafik perbandingan ph kelima formula sabun mandi cair Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) Sabun cair formula IV terjadi peningkatan ph, hal ini mungkin disebabkan karena cocamid DEA bersifat basa sehingga dengan penambahan cocamid DEA 5
8 4% menyebabkan kenaikan ph pada sabun mandi cair yang dihasilkan (Hambali et al, 2002). Peningkatan konsentrasi minyak atsiri berpengaruh signifikan terhadap penurunan ph sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan hasil nilai signifikan 0,001 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa ph sabun dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 1,6% tidak berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 2,4%. Sabun yang dibuat dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 3,2% dan 4% memiliki nilai ph yang berbeda nyata. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata ph sabun dengan konsentrasi minyak atsiri 1,6% tidak berbeda nyata dengan sabun dengan konsentrasi minyak atsiri 2,4%, namun sangat berbeda nyata pada konsentrasi 3,2% dan 4%. Kadar alkali bebas Sabun mandi cair dari formula I sampai formula V tidak terdapat adanya alkali bebas (Tabel 3), sehingga sudah memenuhi SNI Hal ini dikarenakan bahan utama dalam pembuatan sabun mandi cair ini adalah surfaktan anionik yaitu Sodium Lauryl Sulfate, sehingga tidak diperlukan penambahan alkali dalam jumlah berlebih pada proses penyabunan. Menurut Hambali et al. (2004) kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada pembuatan sabun. Tabel 3. Kadar alkali bebas dan bobot jenis sabun mandi cair Formula sabun Kadar alkali bebas Bobot jenis FI 0 % 1,037 ± 0,005 FII 0 % 1,051 ±0,004 FIII 0 % 1,040 ± 0,003 FIV 0 % 1,037 ± 0,009 FV 0 % 1,042 ± 0,003 Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) Adanya alkali dalam bentuk bebas menandakan kurangnya jumlah asam lemak dalam formula sabun (Fachmi, 2008). Cocamid DEA yang ditambahkan pada formula sabun mandi cair merupakan asam lemak yang dapat mengikat 6
9 alkali dalam bentuk bebas (Fiume, 1996), asam stearat dan asam miristat dalam formula sabun juga merupakan asam lemak sehingga dapat mengikat kelebihan alkali (Fachmi, 2008). Selain itu penambahan asam sitrat pada pembuatan sabun dapat menetralkan kelebihan alkali (Nurhadi, 2012). Bobot jenis (25 C) Berdasarkan hasil pemeriksaan bobot jenis yang dilakukan (Tabel 3), semua formula sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk sediaan sabun cair, yaitu 1,01 1,10. Nilai bobot jenis pada formula II meningkat, hal ini disebabkan karena minyak atsiri dan cocamid DEA yang ditambahkan pada formula II. Namun pada formula III dan IV mengalami penurunan, hal ini mungkin disebabkan pada saat pengujian bobot jenis sabun menggunakan piknometer sampel sabun mudah membentuk gelembung udara sehingga bobot sampel yang ditimbang akan menjadi berkurang dan dapat mempengaruhi nilai bobot jenis yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi minyak atsiri berpengaruh signifikan terhadap peningkatan bobot jenis sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan hasil nilai signifikan 0,017 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa bobot jenis sabun berbeda signifikan pada penambahan minyak atsiri konsentrasi 1,6%. Sabun yang dibuat dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 2,4%, 3,2%, dan 4% memiliki nilai bobot jenis yang tidak berbeda nyata. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata bobot jenis sabun tanpa penambahan minyak atsiri berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 1,6%, namun tidak berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 2,4%, 3,2%, dan 4%. Cemaran mikroba (Angka Lempeng Total) Hasil pengujian angka lempeng total pada sabun mandi cair formula I menunjukkan adanya kontaminasi mikroba, sedangkan pada sabun yang ditambahkan minyak atsiri jeruk nipis (formula II-V) menunjukkan nilai negatif (<10 koloni/gram) (Tabel 4). Hal ini berarti sabun yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu sabun cair SNI 1996, yaitu sabun telah bebas dari kontaminasi mikroba. Formula sabun mandi cair pada penelitian ini terdapat zat 7
10 aktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, yaitu minyak atsiri jeruk nipis sehingga dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroba. Tabel 4. Hasil uji cemaran mikroba (Angka lempeng total) Pengenceran Jumlah bakteri / gram FI FII FIII FIV FIV , ±0, ,000 3,000±0, , ,000± ,000, ,000±0, Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) Uji stabilitas tinggi busa Gambar 2 menunjukkan bahwa formula I, III, IV, dan V mengalami penurunan tinggi busa pada menit ke 10 sedangkan formula II dengan penambahan cocamid DEA 1,6% memiliki busa yang cukup stabil hingga menit ke 30, hal ini disebabkan karena penambahan cocamid DEA sebagai foam stabilizer. Stabilitas busa dapat ditingkatkan dengan penambahan surfaktan dan dietanolamida berfungsi menstabilkan busa dan dapat membuat sabun menjadi lebih lembut (Williams & Schmitt (2002) cit Fachmi, 2008). Gambar 2. Grafik perbandingan tinggi busa (cm) sabun mandi cair Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) 8
11 Sabun cair formula III, IV, dan V mengalami penurunan tinggi busa, hal ini dapat disebabkan karena penambahan minyak atsiri jeruk nipis yang bersifat asam. Cocamid DEA akan menjadi reaktif dan terhidrolisis pada konsentrasi asam yang tinggi (Fiume, 1996). Menurut Piyali et al. (1999) cit Fachmi (2008), keberadaan ion-ion logam (seperti Ca 2+ dan Mg 2+ ) dalam air dapat menurunkan stabilitas busa. Peningkatan konsentrasi cocamid DEA berpengaruh signifikan terhadap peningkatan stabilitas busa sabun mandi cair dengan hasil nilai signifikan 0,012 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa stabilitas busa sabun mandi cair tanpa penambahan cocamid DEA tidak berbeda signifikan dengan penambahan cocamid DEA konsentrasi 1,6% dan pada penambahan cocamid DEA 2,4% tidak berbeda signifikan dengan penambahan cocamid DEA konsentrasi 4%. Sabun yang dibuat dengan penambahan cocamid DEA konsentrasi 3,2% memiliki stabilitas busa yang berbeda signifikan. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata stabilitas busa sabun tanpa penambahan cocamid DEA berbeda nyata dengan penambahan cocamid DEA 2,4% dan 4%, namun tidak berbeda nyata dengan penambahan cocamid DEA 1,6% dan 3,2%. Aktivitas antibakteri Tabel 5. Hasil uji aktivitas antibakteri sabun mandi cair Formula Kandungan minyak atsiri jeruk nipis Diameter zona hambat (mm) (µl/ml) I (kontrol negatif) 0 22,3 ± 0,29 II 0,002 23,7 ± 3,51 III 0,003 20,6 ± 1,16 IV 0, ± 1,73 V 0, ± 1,80 Kontrol positif Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) Kontrol positif : minyak atsiri jeruk nipis 100µl Minyak atsiri jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri setelah diformulasikan ke dalam bentuk sediaan sabun mandi cair. Zona hambat sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis terbesar ditunjukkan pada formula V sebesar 28 mm (Tabel 5). Formula I sebagai kontrol negatif juga didapatkan hasil dapat 9
12 menghambat bakteri Staphylococcus aureus, ini dikarenakan bahwa pada formula sabun mandi cair terdapat sodium lauryl sulfate yang memiliki fungsi sebagai bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif, selain itu juga terdapat gliserin dan propilen glikol yang juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Rowe et al, 2009). Peningkatan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis berpengaruh signifikan terhadap zona hambat yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dengan hasil nilai signifikan 0,010 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa zona hambat sabun mandi cair dengan penambahan minyak atsiri 4% memiliki pengaruh yang nyata. Zona hambat yang dihasilkan pada penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2% tidak berpengaruh nyata. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat sabun tanpa penambahan minyak atsiri tidak berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2%, namun berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 4%. Uji panelis Keterangan: Nilai 1 = tidak suka Nilai 2 = kurang suka Nilai 3 = cukup Nilai 4 = suka Nilai 5 = sangat suka Gambar 3. Grafik nilai kesukaan panelis terhadap sabun mandi cair Hasil rata-rata nilai kesukaan 20 panelis menunjukkan bahwa konsumen memberi nilai kesukaan tertinggi pada aroma sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan nilai 3,8 nilai ini mengartikan bahwa panelis cukup menyukai aroma sabun mandi cair (Gambar 3). Parameter kekentalan yang didapatkan memiliki nilai rata-rata 2,7 yang menunjukkan bahwa panelis kurang menyukai kekentalan 10
13 sabun mandi cair. Penilaian kesan kesat mendapatkan nilai rata-rata panelis sebesar 3,1. Penilaian kesan lembab setelah pemakaian perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sabun mandi terhadap kelembaban kulit, kesan lembab mendapatkan nilai rata-rata cukup baik yaitu 3,4. Penilaian kesukaan terhadap kesegaran kulit mengindikasikan kemampuan sabun dalam mengangkat kotoran dan sisa-sisa kulit yang mati, sehingga membuat kulit bersih dan terasa segar. Nilai kesukaan panelis terhadap kesegaran yaitu 3,5, menunjukkan bahwa sabun mandi cair dapat memberikan kesegaran pada kulit panelis. Uji Stabilitas Sediaan Tabel 7. Hasil uji stabilitas fisik organoleptik sabun mandi cair selama 8 minggu penyimpanan Formula Pengamatan Lama pengamatan organoleptik Minggu ke-0 Minggu ke-8 I Bentuk Cair - Warna Putih - Kejernihan Tidak jernih - Bau Khas sabun - II Bentuk Cair - Warna Putih - Kejernihan Tidak jernih - Bau Jeruk nipis - III Bentuk Cair - Warna Putih - Kejernihan Tidak jernih - Bau Jeruk nipis - IV Bentuk Cair - Warna Putih - Kejernihan Tidak jernih - Bau Jeruk nipis - V Bentuk Cair - Warna Putih - Kejernihan Tidak jernih - Bau Jeruk nipis - Keterangan : FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%) FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%) FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%) FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%) - : tidak ada perubahan Pengamatan stabilitas dilakukan setelah 8 minggu penyimpanan pada suhu kamar (28-30 C) dengan melakukan pengamatan stabilitas organoleptik sabun mandi cair. Hasil uji stabilitas (Tabel 7) menunjukkan bahwa semua formula stabil selama 8 minggu penyimpanan pada suhu kamar (28-30 C). Sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. Adanya bahan pengawet seperti Na 2 EDTA sebagai chelating agent dapat meyebabkan sabun mandi cair menjadi stabil selama penyimpanan, serta 11
14 penyimpanan sabun cair dalam botol tertutup rapat dan terhindar dari sinar matahari juga mempengaruhi kestabilan sediaan sabun cair. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Minyak atsiri jeruk nipis setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun mandi cair memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus, sabun mandi cair formula V dengan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis 4% memiliki daya hambat terbesar terhadap Staphylococcus aureus dengan zona hambat 28 mm, sehingga formula V merupakan formula sabun mandi cair terbaik. 2. Peningkatan konsentrasi cocamid DEA dalam sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis memiliki pengaruh signifikan dalam peningkatan stabilitas tinggi busa yang dihasilkan, stabilitas tinggi busa terbesar dihasilkan pada sabun mandi cair formula II dengan konsentrasi cocamid DEA 1,6%. Saran 1. Perlu dilakukan uji kadar deterjen untuk mengetahui apakah sabun mandi cair sudah memenuhi syarat mutu sabun mandi cair untuk kadar detergen 2. Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri setelah 8 minggu penyimpanan agar dapat diketahui bahwa sabun mandi cair masih memiliki aktivitas antibakteri atau tidak setelah 8 minggu penyimpanan DAFTAR PUSTAKA Dewan Standarisasi Nasional, 1996, Standar Mutu Sabun Mandi Cair, No , Jakarta. Dongmo, P. M. J., Tatsadjieu, L. N., Sonwa, E. T., Kuate, J., Zollo, P. H. A., & Menut C., 2009, Essential Oils of Citrus aurantifolia from Cameroon and Their antifungal Activity Againts Phaeoramularia angolensis, Afr. J. Agric. Res. Vol. 4 (4), pp Fachmi, C., 2008, Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa terhadap Mutu Sabun Transparan, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 12
15 Franchomme P., Jollois R., & Penoel D., 1990, Matiere Medicale Aromatique Fondamentale L aromatherapie Exactement, Roger Jollois Editeur, Limoges, France, pp Fiume, M. M., 1996, Amended Final Report on the Safety Assessment of Cocamide DEA, J. Am. Coll. Toxicol. Vol. 15 No. 6 : , Lippincott- Raven Publisher, Philadelphia. Hambali, E., Bunasor, T. K., Suryani, A., & Kusumah, G. A., 2002, Aplikasi Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak Inti Sawit pada Pembuatan Sabun Transparan,, J. Tek. Ind. Pert. Vol 15 (2), Hambali, E., Suryani A., & Umiarti E. I., 2004, Kajian Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Mutu Sabun Transparan, J. Tek. Ind. Pert. Vol 14 (2), Hammer, K. A., Carson, C. F., & Riley, T. V., 1999, Antimicrobial Activity of Essential Oils and Other Plant Extracts, The Society for Applied Microbiology, Journal of Applied Microbiology, 86: Mukherjee, S., Edmunds M. B. S., Lei X., Ottaviani M. F., Ananthapadmanabhan K. P., & Turro N. J., 2010, Steric acid Delivery to Corneum from a Mild and Mosturizing Cleanser, Wiley Peridicals, INC. Journal of Cosmetic Dermatology, 9, Noor, S. U. & Nurdyastuti, D., 2009, Lauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan Peningkat Busa pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.) Zucc., Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, ISSN , Vol. 7 No.1, hal
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI TRANSPARAN MINYAK ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI TRANSPARAN MINYAK ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : MUHAMMAD ROZI K 100 090 111 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) DENGAN KOKAMIDOPROPIL BETAIN SEBAGAI SURFAKTAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) DENGAN KOKAMIDOPROPIL BETAIN SEBAGAI SURFAKTAN SKRIPSI Oleh : DWI RIZKI FEBRIANTI K 100 090 127 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) DENGAN KOKAMIDOPROPIL BETAIN SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) DENGAN KOKAMIDOPROPIL BETAIN SEBAGAI SURFAKTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : DWI RIZKI FEBRIANTI K 100 090 127 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Salah satu spesiesnya yaitu Citrus aurantifolia atau biasa dikenal dengan nama jeruk nipis.
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP
PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SABUN WAJAH MINYAK ATSIRI KEMANGI
FORMULASI SEDIAAN SABUN WAJAH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN KOMBINASI SODIUM LAURIL SULFAT DAN GLISERIN SERTA UJI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus epidermidis SKRIPSI Oleh : NISSA
Lebih terperinciUJI STABILITAS FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI PALA
UJI STABILITAS FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI PALA (Myristica fragrans Houtt.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DALAM FORMULASI SABUN CAIR SKRIPSI Oleh: FARAH IRMALIA SARI K100120051
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu jenis jeruk yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) (Penicilla, 2011). Minyak atsiri dari buah jeruk nipis
Lebih terperinciFORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.)
FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.) Boesro Soebagio, Sriwidodo, Irni Anggraini Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, Jatinangor-Sumedang ABSTRAK Telah dilakukan penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November
Lebih terperinciAPLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT
E. Hambali, T. K. Bunasor, A. Suryani dan G. A. Kusumah APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN Erliza Hambali, Tatit K Bunasor, Ani Suryani dan Giri Angga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN HANDSOAP DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) SEBAGAI ANTI BAKTERI.
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN HANDSOAP DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) SEBAGAI ANTI BAKTERI Disusun Oleh : RIZKY SAHADEWA TERESIA DYAH N. I8312040 I8312049 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR. Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai Ekonomis Tinggi
LAPORAN TUGAS AKHIR Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai Ekonomis Tinggi Disusun Oleh: MUHAMAD RENHARD I 8313035 SINGGIH I 8313059
Lebih terperinciFORMULASI SABUN CAIR MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix) SEBAGAI ANTIJERAWAT terhadap Propionibacterium Acnes
FORMULASI SABUN CAIR MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix) SEBAGAI ANTIJERAWAT terhadap Propionibacterium Acnes SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Lebih terperinciMETODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pemurnian Minyak Jelantah Proses pemurnian minyak jelantah terdiri dari tiga tahap yaitu penghilangan kotoran (despicing), netralisasi dan pemucatan (bleaching). Penghilangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang sering ditemui di dalam masyarakat adalah acne vulgaris atau biasa disebut dengan jerawat. Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental
8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri
Lebih terperinciPEMBUATAN SABUN CAIR BERBASIS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK MELATI (JASMINUM SAMBAC) SEBAGAI ESSENTIAL OIL
PEMBUATAN SABUN CAIR BERBASIS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK MELATI (JASMINUM SAMBAC) SEBAGAI ESSENTIAL OIL Liquid Soap Making From Virgin Coconut Oil (VCO)-Based With Jasmine Oil (Jasminum
Lebih terperinciOPTIMASI KONSENTRASI KITOSAN MOLEKUL TINGGI DALAM SABUN TRANSPARAN ANTIBAKTERI SKRIPSI NURUL IMAYUNI
OPTIMASI KONSENTRASI KITOSAN MOLEKUL TINGGI DALAM SABUN TRANSPARAN ANTIBAKTERI SKRIPSI NURUL IMAYUNI 100802028 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL)
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL) Disusun oleh: AGUS HERYANTO I 8310004 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE ABSTRACT
Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi Departemen Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabun merupakan produk yang dihasilkan dari reaksi penyabunan asam lemak dengan alkali. Minyak yang umum digunakan dalam pembentukan sabun adalah trigliserida (Bunta,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang sering menyebabkan infeksi pada kulit (Jawetz et al., 2005). Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :
BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor
Lebih terperinciSABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M0310033)
SABUN MANDI Disusun Oleh : Winda Puspita S (M0307070) Arista Margiana (M0310009) Fadilah Marsuki (M0310018) Hartini (M0310022) Ika Lusiana (M0310024) Isnaeni Nur (M0310026) Isya Fitri A (M0310027) Nosafarma
Lebih terperinciOPTIMASI OBAT KUMUR (MOUTHWASH) MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus) SKRIPSI
OPTIMASI OBAT KUMUR (MOUTHWASH) MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus) SKRIPSI Oleh: I.G. OKA ARI SUSANTO K 100070146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2012 OPTIMASI
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciFORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciNOVITA SURYAWATI
FORMULASI GEL ANTIJERAWAT SARI JERUK NIPIS DENGAN POLISORBAT 80 SEBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA PROPIONIBACTERIUM ACNES NOVITA SURYAWATI 2443012093 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS
Lebih terperinciC3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa
A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar penyakit kulit dengan manifestasi klinik berupa abses pada kulit, nanah dan bisul. Infeksi pada kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang banyak menyebabkan masalah pada kulit, terutama peradangan pada kulit (Daili et al., 2005). Kulit merupakan
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN ABSTRACT
Erliza Hambali, Ani Suryani, dan Evimia Indriani Umi KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN Erliza Hambali, Ani Suryani, dan Evimia Indriani Umiarti Departemen
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Lebih terperinciGALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 1 (1) : 1 8 ISSN : March 2015
GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 1 (1) : 1 8 ISSN : 2442-8744 March 2015 FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum americanum L.) DAN UJI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA ANALISIS PRODUK SABUN PADAT TRANSPARAN. Tabel 9. Data Analisis Minyak Jelantah
LAMPIRAN 1 DATA ANALISIS PRODUK SABUN PADAT TRANSPARAN Tabel 9. Data Analisis Minyak Jelantah No. 1 2 3 4 Jenis Analisis Sebelum Pemurnian 0,9134 1,46143 1,0296 3,94 6 Density pada 30oC (gr/ml) Indeks
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT SARI BERAS (Oryza sativa) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus epidermidis SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT SARI BERAS (Oryza sativa) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus epidermidis SKRIPSI Oleh : MR. WANHUSEN SAMENG K 100 090 186 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit memiliki flora normal dengan berbagai macam bakteri dan jamur yang secara permanen tinggal di kulit (Senol et al., 1996). Mikroba yang ditemukan pada kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciPROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
UJI ALAT PENGADUK SABUN CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH MINYAK JELANTAH DENGAN EKSTRAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L.), PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.), DAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SKRIPSI
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,
Lebih terperinciAnalisis Makanan, Kosmetik Kosme & Perbekalan Farmasi S H A M P O O
Analisis Makanan, Kosmetik & Perbekalan Farmasi S H A M P O O S H A M P O O Suatu bentuk sediaan untuk digunakan pada rambut, yang mengandung detergen. Tujuan utama dari shampoo : Untuk mencuci, menghilangkan
Lebih terperinciABSTRAK. AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014
ABSTRAK AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014 Josephine Widya Wijaya, 2014. Pembimbing: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA.
Lebih terperinciNILA PENGEMBANGAN FORMULA KRIM PROPOLIS DAN MINYAK LAVENDER SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES
NILA PENGEMBANGAN FORMULA KRIM PROPOLIS DAN MINYAK LAVENDER SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES Program Studi Sains & Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008 Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)
Lebih terperinciNILAM YUSPRIADI PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
FORMULASI GEL ANTIJERAWAT SARI JERUK NIPIS DENGAN NATRIUM LAURYL SULFAT SEBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA PROPIONIBACTERIUM ACNES NILAM YUSPRIADI 2443011097 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pada kulit yang selalu mendapat perhatian bagi kalangan remaja dan dewasa muda yaitu jerawat. Jerawat hanya terjadi pada folikel pilobasea
Lebih terperinciDaya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro
Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro Oleh : Cut Nurkalimah 080100254 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN
BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.)
Formulasi Sediaan Sabun Mandi Yullia Sukawaty, dkk 14 FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) FORMULATION OF BAR SOAP WITH BAWANG TIWAI (Eleutherine
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata
Lebih terperinciHasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng 1 kali penggorengan, pemurnian gliserol
Lebih terperinciOPTIMASI KONSENTRASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA SEBAGAI PEMBENTUK FILM
OPTIMASI KONSENTRASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA SEBAGAI PEMBENTUK FILM TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN PAPER SOAP ANTISEPTIK TANGAN MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga (L.) Willd) OPTIMIZATION
Lebih terperinciEVALUASI MUTU SABUN PADAT TRANSPARAN DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PENAMBAHAN SLS (Sodium Lauryl Sulfate) DAN SUKROSA
EVALUASI MUTU SABUN PADAT TRANSPARAN DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PENAMBAHAN SLS (Sodium Lauryl Sulfate) DAN SUKROSA QUALITY EVALUATION OF SOLID TRANSPARENT SOAP FROM USED COOKING OIL WITH THE ADDITION
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciJurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal
DOI: https://doi.org/10.17969/jtipi.v9i1.6383 http://jurnal.unsyiah.ac.id/tipi Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal PENGARUH KONSENTRASI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut
Lebih terperinciSkripsi. Oleh : Komang Ardipa Saputra NIM
i KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK BALI (Citrus maxima) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Skripsi Oleh : Komang Ardipa Saputra NIM.
Lebih terperinciIDA FARIDA SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
IDA FARIDA 10703039 FORMULASI LOSIO DAN GEL EKSTRAK BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA (CHRISM.& PANZER) SWINGLE FRUCTUS) SERTA UJI STABILITA FISIK SEDIAAN PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
Lebih terperinciAPPLICATION OF STAR ANISE
ABSTRACT Angelica (03420070104) APPLICATION OF STAR ANISE (Illicium verum Hook. F) EXTRACT AS A NATURAL PRESERVATIVE FOR BEEF MEATBALL (xii + 58 pages : 8 tables, 13 pictures, 21 appendices) Star anise
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL Praptanti Sinung Adi Nugroho Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta Abstrak Sabun merupakan
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIBAKTERI MOUTHWASH PERASAN JERUK NIPIS TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI MOUTHWASH PERASAN JERUK NIPIS TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S- 1 Diajukan Oleh Arofatul Mubarokah 1108010140
Lebih terperinciI. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN
Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR. Diajukan sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.
LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH DALAM PEMBUATAN SABUN PADAT TRANSPARAN MELALUI PROSES SAPONIFIKASI NaOH DENGAN PENAMBAHAN ESSENCE KULIT JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) Diajukan sebagai Persyaratan
Lebih terperinciLOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)
NASKAH SOAL (Terbuka) Bidang Lomba CHEMISTRY PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022) 4264813 Fax. (022) 4264881 Wisselbord (022) 4264944, 4264957, 4264973
Lebih terperinciLampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah
Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris
Lebih terperinciPembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven
IOCD International Symposium and Seminar of Indonesian Medicinal Plants xxxi, Surabaya 9-11 April 2007 Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven Yudi Padmadisastra Amin Syaugi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN SNI (1994) mendefinisikan sabun sebagai pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL BUNGA PACAR AIR
FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL BUNGA PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) DAN UJI EFEKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA In Vitro Stefanie Amelia Dimpudus 1),
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan
LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20
Lebih terperinciSIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)
SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt
Lebih terperinciOPTIMASI KONSENTRASI HPMC TERHADAP MUTU FISIK SEDIAAN SABUN CAIR MENTHOL
OPTIMASI KONSENTRASI HPMC TERHADAP MUTU FISIK SEDIAAN SABUN CAIR MENTHOL Laksana, K.P., Oktavillariantika, A.A.I.A.S., Pratiwi, N.L.P.A., Wijayanti, N.P.A.D. 2, Yustiantara, P.S. 2 Jurusan Farmasi Fakultas
Lebih terperinciCara PembuatanSabunCair
Cara PembuatanSabunCair Nama Kelompok: Della Denada A.R / 16 Erike Suryta Ratri / 19 Fegita Putri P. / 20 Fransiska Limono / 21 Luthfita Amalia / 27 Niken Fatma D. / 39 PengertianSabunCair Sabun cair adalah
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN Virgin Coconut Oil (VCO) SEBAGAI EMOLIENT TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS VITAMIN C DALAM SABUN TRANSPARAN NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PENGGUNAAN Virgin Coconut Oil (VCO) SEBAGAI EMOLIENT TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS VITAMIN C DALAM SABUN TRANSPARAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : FATIMAH KASOR K 100 100 013 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI VARIASI VOLUME MINYAK GORENG BEKAS TERHADAP STANDAR MUTU DETERJEN CUCI CAIR
PENGARUH BERBAGAI VARIASI VOLUME MINYAK GORENG BEKAS TERHADAP STANDAR MUTU DETERJEN CUCI CAIR Dwi Rahma Wati*, Bambang Suwerda**, Rizki Amalia** * JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden,
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak atsiri memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan bakunya.
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KONSENTRASI GLISERIN SEBAGAI HUMEKTAN PADA SEDIAAN PASTA GIGI MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GLISERIN SEBAGAI HUMEKTAN PADA SEDIAAN PASTA GIGI MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus) TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN DAN DAYA ANTIBAKTERI Streptococcus mutans SKRIPSI
Lebih terperinciKAJIAN PROSES PEMBUATAN SABUN SCRUB MENGGUNAKAN SERAT OYONG (Luffa acutangula) KERING. Oleh TYAS KHUMAIDA KEN D. F
KAJIAN PROSES PEMBUATAN SABUN SCRUB MENGGUNAKAN SERAT OYONG (Luffa acutangula) KERING Oleh TYAS KHUMAIDA KEN D. F43104130 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR TYAS KHUMADA KEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang
Lebih terperinciOPTIMASI FORMULA SABUN TRANSPARAN DENGAN KOMBINASI SODIUM LAURYL ETHER SULFATE (SLES) DAN COCAMIDOPROPYL BETAINE SEBAGAI SURFAKTAN
OPTIMASI FORMULA SABUN TRANSPARAN DENGAN KOMBINASI SODIUM LAURYL ETHER SULFATE (SLES) DAN COCAMIDOPROPYL BETAINE SEBAGAI SURFAKTAN DEBORA AGUSTINA 2443013024 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciJURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017
JURNAL ISSN 2407-4624 TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017 PENENTUAN UMUR SIMPAN GETUK PISANG RAINBOW YANG DIKEMAS MENGGUNAKAN KEMASAN PLASTIK POLIETILEN FATIMAH 1*, DWI SANDRI 1, NANA YULIANA
Lebih terperinciFORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION
FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinci