1 GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA BANGUN I KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014 Martha V Sihombing 1, Albiner Siagian 2, Etti Sudaryati 3 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2,3 Departemen Gizi Kesehatan MasyarakatFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia. Email : Franz_martha@yahoo.com ABSTRACT Iodine Definiency Disorders (IDD) is one of serious health problem for its influences to the survive and quality of human resources the risk of IDD to anyone is begin since in the pregnancy up to the adult that cause cretin, abortion for pregnant woman, stillbirth, mental retardation, growth disorder and intelligence disorder and the famous risk is goiter that influence the living quality of patient. The objective of this research is to study the behavior of housewife in using iodized salt in Desa Bangun I sub-district of Parbuluan, Regency of Dairi. This research is descriptive study with cross sectional method, and technique of sampling is done proportional allocation. The number of population in this research is 424 persons and sample for 81 persons. The result of research indicates that the knowledge of mother about the using of iodized salt is in good category for 61 persons (75,3%). The attitude of respondent also in good category for 39 persons (48.1%). As well as the action in enough level for 57 persons (70,4%) Based on the result it is suggested that the housewife still use iodized salt and improve the using of iodized salt in cooking process. Keywords : Behavior of housewife, Iodized salt, IDD PENDAHULUAN Masalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. GAKI merupakan sekumpulan gejala yang ditimbulkan akibat tubuh mengalami kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama (Adriani, 2012). Resiko terjadinya GAKI pada seseorang sebenarnya dapat dimulai dari masa kehamilan hingga orang dewasa seperti kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental, gangguan pertumbuhan syaraf penggerak, gangguan bicara, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan serta resiko yang paling dikenal masyarakat yaitu pembesaran kelenjar gondok yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Supariasa, 2008). Gangguan Akibat Kekurangan Iodium bukan salah satu masalah gizi di Indonesia saja namun juga menjadi masalah gizi didunia. Menurut WHO pada tahun 2003, secara global terdapat sekitar 54 negara yang menjadikan kekurangan iodium sebagai masalah kesehatan masyarakat, dimana 40 negara dengan defisiensi iodium tingkat ringan dan 14 negara dengan defisiensi iodium tingkat sedang dan berat. Selain itu, terdapat hampir 2 miliar penduduk dunia yang mengalami kekurangan iodium (WHO, 2004). Berdasarkan kategori endesimitas, dari 15 kecamatan di Kabupaten Dairi diketahui 2 kecamatan termasuk dalam kategori endemis berat yaitu, Kecamatan Siempat Nempu, dengan prevalensi TGR sebesar 33,9% dan Kecamatan Parbuluan dengan prevalensi TGR sebesar 36,2%, satu Kecamatan endemis sembilan Kecamatan endemis ringan, dan dua Kecamatan non endemis (Depkes RI, 2003). Hasil penelitian Gema (2007), diketahui prevalensi TGR pada anak SD di kabupaten
2 Dairi sebesar 29,2%, diantaranya 24,7% grade 1 dan 4,5% grade 2, prevalensi tertinggi terdapat pada kecamatan Parbuluan sebesar 35,6% (endemik berat), dan prevalensi terendah Kecamatan Silahisabungan 4,8% (endemik ringan). Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan masih rendahnya asupan iodium dalam keluarga yang kemungkinan terjadi karena rendahnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pengetahuan ibu dalam penggunaan garam beriodium. Berdasarkan survei yang dilakukan penulis di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, garam yang dikonsumsi oleh masyarakat sudah mengandung iodium yang berkisar antara 30-80 ppm yang diketahui melalui test iodine pada garam. Pada umumnya masyarakat menggunakan garam yang berbentuk kasar dan hanya sebagian kecil yang menggunakan garam halus, dengan merek garam beriodium yang tersedia adalah garam cap jangkar dan refina. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis masih ada 1 orang ibu yang menderita gondok dan dari 7 orang ibu rumah tangga yang penulis wawancarai ada 1 orang ibu rumah tangga yang belum pernah mendengar garam beriodium dan 5 orang ibu HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik Ibu Karakteristik ibu dalam penelitian ini Variabel Frekuen si Persentas e Umur 20-44 tahun 53 65,4 45-59 tahun 20 24,7 > 59 tahun 8 9,9 Tidak sekolah 2 2,5 Tamat SD 28 34,6 Tamat SLTP 21 25,9 Tamat SLTA 25 30,9 Akademi/PT 5 6,2 Pekerjaan Petani 54 66,7 Buruh tani 7 8,6 PNS/ABRI 6 7,4 Pegawai swasta 5 6,2 Pedagang/wirasw 8 9,9 ata IRT 1 1,2 81 100.0 rumah tangga yang tidak mengetahui cara penggunaan garam beriodium yang tepat. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I yang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014. Manfaat penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dalam upaya program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dan dapat menjadi referensi khususnya penelitian yang berhubungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium. meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh umur ibu yang paling banyak tergolong dalam usia produktif yaitu umur 20-44 tahun sebanyak 53 orang (65,45%). Jumlah ibu berdasarkan tingkat pendidikan ada yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (2,5%), dan dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 54 orang (66,7%) yang bekerja sebagai petani. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada umumnya responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 75,3%.
2.1. Gambaran Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur Frekuensi Persentase Baik 61 75,3 Cukup 14 17,3 Kurang 6 7,4 81 100.0 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden paling banyak adalah responden dengan tingkat pengetahuan yang baik dan berumur antara 20-44 tahun sebanyak 51,9 %. berikut adalah tabel gambaran pengetahuan ibu berdasarkan umur. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur Umur 20-44 tahun 42 51,9 9 11,1 2 2,5 53 65,4 45-59 tahun 14 17,3 4 4,9 2 2,5 20 24,7 > 59 tahun 5 6,2 1 1,2 2 2,5 8 9,9 61 75,3 14 17,2 6 7,5 81 100.0 2.2 Gambaran Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Responden yang tidak sekolah memiliki sedangkan responden yang tamat SLTP masih pengetahuan yang baik tentang garam ada dengan pengetahuan kurang sebanyak 2 beriodium yaitu sebanyak 2 orang (2,5%), orang (2,5%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan 2.3 Gambaran Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian diketahui memiliki pekerjaan sebagai petani, yaitu bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan pengetahuan yang baik dan sebanyak48,1% Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan 3. Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam BeriodiumBerdasarkan Umur,, Pekerjaan, dan Tindakan Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah Tidak sekolah 2 2,5 0 0 0 0 2 2,5 Tamat SD 16 19,8 8 9,9 4 4,9 28 34,6 Tamat SLTP 14 17,3 5 6,2 2 2,5 21 25,9 Tamat SLTA 24 29,6 1 1,2 0 0 25 30,9 Akademi/PT 5 6,2 0 0 0 0 5 6,2 61 75,3 14 17,3 6 7,4 81 100.0 Pekerjaan - Petani 39 48.1 11 13.6 4 4.9 54 66.7 - Buruh tani 7 8.6 0 0 0 0 7 8.6 - PNS/ABRI 5 6.2 1 1.2 0 0 6 7.4 - Pegawai swasta 3 3.7 1 1.2 1 1.2 5 6.2 - Pedagang/wiraswata 6 7.4 1 1.2 1 1.2 8 9.9 - IRT 1 1.2 0 0 0 0 1 1.2 61 75.3 14 17.3 6 7.4 81 100.0 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium responden dengan kategori sikap baik yaitu sebanyak 48,1% kemudian responden dengan kategori sikap kurang sebanyak 37,0% dan paling sedikit adalah responden kategori sikap cukup yaitu sebanyak 14,8%. 3
4 Sikap Frekuensi Persentase - Baik 39 48.1 - Cukup 12 14.8 - Kurang 30 37.0 81 100.0 3.1 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur Berdasarkan tabel diketahui bahwa responden paling banyak dengan sikap yang baik adalah berumur antara 20-44 tahun sebanyak 32,1%. berikut adalah tabel gambaran sikap berdasarkan umur. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur Sikap Umur 20-44 tahun 26 32,1 8 9,9 19 23,5 53 65,4 45-59 tahun 9 11,1 3 3,7 8 9,9 20 24,7 > 59 tahun 4 4,9 1 1,2 3 3,7 8 9,9 39 48,1 12 14,8 30 37,0 81 100,0 3.2.Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Responden dengan sikap yang baik memiliki pendidikan SD dan SLTA yaitu sebanyak 13 orang (33,3%), dan dari 5 orang responden yang memikili pendidikan Akademi/PT 3 orang (3,7%) responden memiliki sikap kurang tentang penggunaan garam beriodium. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Sikap Tidak sekolah 1 1,2 0 0 1 1,2 2 2,5 - Tamat SD 13 33,3 5 6,2 10 12,3 28 34,6 - Tamat SLTP 10 12,3 4 4,9 7 8,6 21 25,9 - Tamat SLTA 13 33,3 3 25,0 9 30,0 25 30,9 - Akademi/PT 2 5,1 0 0 3 3,7 5 6,2 39 48,1 12 14.8 30 37,0 81 100,0 3.3.Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan sikap yang baik dan memiliki pekerjaan sebagai petani, yaitu sebanyak 25,9%. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Garam Beriodium Ibu Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Sikap Petani 21 25.9 10 12.3 23 28.4 54 66.7 Buruh tani 6 7.4 0 0 1 1.2 7 8.6 PNS/ABRI 5 6.2 0 0 1 1.2 6 7.43 Pegawai swasta 3 3.7 2 2.5 0 0 5 6.2 Pedagang/wiraswata 4 4.9 0 0 4 4.9 8 9.9 IRT 0 0 0 0 1 1.2 1 1.2 39 48.1 12 14.8 30 37.0 81 100.0 3.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Berdasarkan hasil tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa dari 61 orang yang memiliki pengetahuan baik, ternyata ada 20 orang (66,7%) yang memiliki sikap kurang. Tabel 9 Tabulasi Silang Sikap Ibu Berdasarkan Ibu Tentang Garam Beriodium Sikap
5 Baik 32 39,5 9 11,1 20 24,7 61 75.3 Cukup 7 8,6 1 1,2 6 7,4 14 17.3 Kurang 0 0 2 2,5 4 4,9 6 7.4 39 48.1 12 14.8 30 37.0 81 100.0 3.5 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Tindakan Berdasarkan hasil penelitian diketahui memiliki tindakan yang cukup, yaitu sebanyak bahwa responden paling banyak adalah 39,5%. responden dengan sikap yang baik dan Tabel 10 Tabulasi Silang Sikap Ibu Berdasarkan Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium Tindakan Sikap Baik 6 7,4 2 2,5 3 3,7 11 13,6 Cukup 32 39,5 7 8,6 18 22,2 57 70,4 Kurang 1 1,2 3 3,7 9 11,1 13 16,0 39 48,1 12 14,8 30 37.0 81 100,0 3.6 Gambaran Tindakan Responden Berdasarkan Umur,, Pekerjaan dan Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan kategori tindakan cukup responden yang paling banyak adalah yaitu sebanyak 70,37%. Tabel 11 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Dalam Penggunaan Garam Beriodium Tindakan Frekuensi Persentase Baik 11 13,58 Cukup 57 70,37 Kurang 13 16,05 81 100.0 4.1 Gambaran Tindakan Ibu Dalam Penggunaan Garam Beriodium Berdasarkan Umur Para responden yang lebih banyak memiliki tindakan yang cukup adalah responden yang memilki umur antara 20-44 tahun yaitu sebanyak 36 orang (44,4%). Tabel 12 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Dalam Penggunaan Garam Beriodium Berdasarkan Umur Tindakan Umur 20-44 tahun 5 6,2 36 44,4 12 14,8 53 65,4 45-59 tahun 3 3,7 16 19,8 1 1,2 20 24,7 > 59 tahun 3 3,7 5 6,2 0 0 8 9,9 11 13,6 57 70,4 13 16 81 100.0 4.2.Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Berdasarkan pendidikan responden (24,7%), sedangkan dari 5 orang responden diketahui bahwa responden dengan tindakan yang tamat Akademi/PT tidak ada yang yang cukup paling banyak pada responden yang tamat SD yaitu sebanyak 20 orang memiliki tindakan yang baik. Tabel 13 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Tindakan - Tidak sekolah 0 0 2 2,5 0 0 2 2,5
- Tamat SD 6 7,4 20 24,7 2 2,5 28 34,6 - Tamat SLTP 3 3,7 12 14,8 6 7,4 21 25,9 - Tamat SLTA 2 2,5 19 23,5 4 4,9 25 30,9 - Akademi/PT 0 0 4 4,9 1 1.2 5 6,1 11 13,6 57 70,4 13 16 81 100.0 4.3.Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa responden lebih banyak dengan tindakan yang baik dan memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 40 orang (49,9%). Tabel 14 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Berdasarkan Pekerjaan Tindakan Pekerjaan - Petani 10 12,3 36 44.4 8 9.9 54 66.7 - Buruh tani 0 0 6 7,4 1 1.2 7 8.6 - PNS/ABRI 0 0 5 6.2 1 1,2 6 7.4 - Pegawai swasta 0 0 4 4,9 1 1.2 5 6.2 - Pedagang/wiraswata 1 1.2 5 6.2 2 2.5 8 9.9 - IRT 0 0 1 1,2 0 0 1 1.2 11 13,5 57 70,4 13 16,0 81 100.0 4.4 Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Tabel 15 Tabulasi Silang Tindakan Ibu Berdasarkan Ibu Tentang Garam Beriodium Tindakan Baik 8 9,9 3 3,7 0 0 11 13,6 Cukup 43 53,1 10 12,3 4 4,9 57 70,4 Kurang 10 12,3 1 1,1 2 2,5 13 16,0 61 75,3 14 17.3 6 7,4 81 100.0 Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui bahwa responden paling banyak adalah responden dengan tindakan yang baik dan memiliki sikap yang baik, yaitu sebanyak 73,1%. PEMBAHASAN 1 Karakteristik Responden Karakteristik ibu dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan dan pekerjaan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki usia 20-44 tahun sebanyak 53 orang (65,4%), sedangkan sebagian kecil responden memilki usia >59 tahun sebanyak 8 orang (9,9%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya ibu yang menjadi responden untuk penelitian ini masih pada usia produktif dan mampu untuk melaksanakan tugasnya dalam menggunakan garam beriodium. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah berpendidikan SD yaitu 34,6 % dan yang terkecil tidak sekolah sebanyak 2,5%. Menurut Sudijono (2006), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Para ibu rumah tangga yang menjadi responden memiliki pekerjaan yang berbedabeda, pekerjaan ibu yang paling banyak adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 54 orang (66,7%). 2. Ibu tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur, dan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 4.3 diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu dalam penggunaan garam beriodium masih ada 7,4% ibu yang tingkat pengetahuannya berada pada kategori kurang. Tingkat pengetahuan yang kurang ini dapat dikaitkan dengan umur ibu yang berada >59 tahun, dimana para ibu tidak mendapatkan informasi tentang garam beriodium bahkan ada yang tidak pernah mendengar tentang garam beriodium. 6
7 Akan tetapi secara keseluruhan pengetahuan ibu rumah tangga 75,3% sudah termasuk kategori baik. Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu-ibu tersebut pernah mengikuti penyuluhan diposyandu yang dilakukan oleh bidan tentang bahaya kekurangan iodium, sehingga ibu-ibu mendapat tambahan pengetahuan dan informasi. Informasi yang disampaikan secara jelas dan ringkas serta mudah dipahami akan membuat sasaran mempunyai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan secara efektif. Tingkat pengetahuan responden yang baik paling banyak diantara umur 20-44 tahun yaitu tingkat usia yang menunjukkan bahwa mereka mempunyai sifat ingin tahu hal-hal baru dengan mencari informasi melalui media elektronik maupun pelayanan kesehatan. Tingkat pendidikan pada penelitian ini sebagian besar tamat SLTA yaitu 24 orang (29,6%) dan tamat SD sebanyak 16 orang (19,8%). Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap informasi gizi dan kesehatan sehingga pengetahuan gizi dan kesehatan akan baik. seseorang tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. nonformal biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat dan sebagainya. Dalam penelitian ini, pendidikan nonformal banyak diperoleh dari petugas kesehatan dan kerabat dekat. Pekerjaan ibu rumah tangga dalam penelitian ini dengan pengetahuan baik memiliki pekerjaan sebagai petani. Pekerjaan sebagai petani tidak menutup kemungkinan untuk memiliki pengetahuan yang baik, karena pengetahuan yang baik tidak selalu di tentukan oleh pekerjaan. Para petani bisa mendapatkan berbagai informasi melalui media massa seperti tv, radio, majalah, petugas kesehatan, keluarga maupun teman. yang baik tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku sehingga dengan pengetahuan baik belum tentu menjamin ibu menggunakan garam beriodium secara tepat. 3 Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur,, Pekerjaan, dan Tindakan Dari hasil penelitian untuk sikap ibu berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 48,1%. Jika dilihat dari umur sikap yang baik paling banyak pada responden yang berumur antara 20-44 tahun, dan sikap yang baik berdasarkan pendidikan lebih banyak pada responden dengan pendidikan SD dan tamat SLTA berdasarkan pekerjaan lebih banyak pada responden yang bekerja sebagai petani. Hal ini sudah menggambarkan bahwa sikap responden tentang manfaat dan kegunaan garam beriodium sudah baik. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Atika (2012) yang menunjukkan lebih dari setengah (56,76%) responden memiliki sikap kurang tentang penggunaan garam beriodium. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden juga memiliki pengetahuan kurang tentang penggunaan garam beriodium. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa sikap responden dalam menggunakan garam beriodium kategori baik lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik juga yaitu sebanyak 32 orang (39,5%). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki sikap yang baik sebanyak 39 orang (48,1%). Namun besarnya sikap yang baik tidak diikuti oleh tindakan yang baik yang hanya mencapai 11 orang (13,58%), sementara ibu yang memiliki tindakan yang cukup sebanyak 57 orang (70,37%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Setiani (2011), dimana sikap yang baik dalam penggunaan garam beriodium diikuti dengan tindakan ibu dalam penggunaan garam beriodium sebesar 77,4%. 4 Tindakan Ibu Berdasarkan Umur, dan Pekerjaan dan Tentang Garam Beriodium Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.17 diketahui bahwa ibu memiliki tindakan paling banyak pada kategori cukup yaitu 57 orang (70,37%). Dari hasil penelitian didapat bahwa setiap ibu rumah tangga selalu menggunakan garam pada setiap pengolahan makanan yang akan disajikan kepada keluarga.
8 Hal ini karena garam sangat berperan dalam menentukan cita rasa dari suatu masakan, sehingga garam sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas iodium pada garam di rumah tangga antara lain adalah penggunaan dan penyimpanan garam oleh ibu rumah tangga, walaupun garam yang dibeli mengandung iodium cukup tetapi pengelolaan dan penyimpanan oleh ibu rumah tangga yang kurang baik dapat menyebabkan kandungan iodium dalam garam berkurang bahkan bisa hilang (BPS-UNICEF, 1995). Dari hasil penelitian diketahui bahwa cara penyimpanan garam beriodium oleh ibu rumah tangga sebagian besar adalah kurang tepat, kebanyakan ibu masih tetap menggunakan kantong garam sebagai wadah penyimpanan dan hanya sebagian kecil yang menyimpan garam pada wadah yang kedap air (dari kaca, tabung yang terbuat dari plastik). Tempat penyimpanan garam sudah terhindar dari panas namun cara pengambilan garam beriodium dari wadah masih lebih banyak ibu rumah tangga menggunakan tangan tanpa menggunakan alat seperti sendok. Dari hasil penelitian ini secara umum dilihat dari cara penyimpanan garam 69,14% responden sudah baik. Dalam pengolahan makanan cara penggunaan garam sebagian besar masih salah yaitu pada awal/waktu persiapan (38,06%) maupun pada saat proses pemasakan (23,64%). Cara ini dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan oleh ibu rumah tangga dengan pemberian garam pada proses pemasakan lebih praktis. Kemudian dari cita rasa yang didapatkan tidak ada perbedaan antara pembubuhan garam sebelum atau sesudah proses pemasakan. Menurut WHO/UNICEF/ICCIDD (1996) cara pengolahan bahan makanan yang dimasak dengan menggunakan garam beriodium ternyata berpengaruh pada kadar iodiumnya seperti menggoreng akan kehilangan 20% iodium, memanggang akan kehilangan iodium sebesar 23% dan merebus kehilangan iodium lebih besar yaitu 58%. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa ibu yang tamat SD memiliki tindakan kategori cukup dalam penggunaan garam beriodium yaitu sebanyak 20 orang (24,7%), dan yang memiliki pendidikan tamat SLTA memiliki tindakan kategori cukup yaitu sebanyak 19 orang (23,5%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah memiliki tindakan dalam kategori cukup dalam penggunaan garam beriodium. Berdasarkan tabel 4.20, tindakan ibu berdasarkan pengetahuan dapat diketahui bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik tidak didukung dengan tindakan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan ibu yang mengatakan bahwa kandungan iodium yang baik terdapat pada garam beriodium yang berbentuk halus sebanyak 66 orang (81,5%), akan tetapi dalam kenyataannya hanya 8 orang (9,88%) ibu yang menggunakan garam beriodium dalam bentuk halus. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tri Etnawati (2011) dimana ibu rumah tangga lebih memilih garam beriodium yang berbentuk kasar dibandingkan garam beriodium yang halus. Hal ini dapat terjadi karena garam beriodium yang berbentuk kasar lebih mudah digunakan terutama untuk menggiling bumbu, memiliki harga yang murah dibandingkan garam halus dan cukup banyak tersedia di warung terdekat. Dalam pengolahan makanan cara penggunaan garam beriodium sebagian besar tindakan ibu masih salah yaitu pada awal/waktu persiapan maupun pada saat proses pemasakan. Cara ini dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan oleh ibu rumah tangga dengan pemberian garam pada saat proses pemasakan lebih praktis dibanding sesudah proses pemasakan. Sebaiknya ibu membubuhkan garam beriodium pada saat masakan sudah diangkat dari tungku/api. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayani (2003) yang mengatakan bahwa dari 86 orang ibu rumah tangga hanya 1 orang (1,2%) yang menggunakan garam setelah makanan matang dan 57 orang (66,3%) menggunakan garam pada awal/waktu persiapan. 5 Kualitas Garam Beriodium Hasil yang diperoleh bahwa kualitas garam yang dikonsumi ibu rumah tangga, seluruhnya mengandung iodium. Kualitas garam hasil iodine tes mengandung iodium yaitu melalui perubahan warna yang terjadi.
9 Warna ungu muda pada garam beriodium yang berbentuk kasar, dan warna ungu tua pada garam halus. Jenis garam yang dikonsumsi adalah 90,12% garam kasar dan hanya 9,88% yang menggunakan garam halus, dan merek dagang yang beredar di desa Bangun I antara lain merek jangkar dan refina. KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi pada umumnya sudah baik. Salah satu penyebab baiknya tingkat pengetahuan ibu rumah tangga adalah adanya informasi yang diterima oleh ibu rumah tangga tentang garam beriodium melalui berbagai sumber seperti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun kader posyandu. 2. Sikap ibu rumah tangga tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi sebagian besar termasuk dalam kategori baik. Walaupun sebagian besar ibu rumah tangga sudah memiliki sikap yang baik tetapi masih ada ibu rumah tangga yang tidak setuju dengan cara penggunaan garam beriodium. 3. Tindakan ibu rumah tangga tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi sebagian besar termasuk dalam kategori cukup. Dari cara penggunaan garam beriodium ibu rumah tangga masih banyak yang salah yaitu memasukkan garam pada tahap awal/persiapan dan memasukkan garam pada saat proses memasak. Cara ini dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan oleh ibu rumah tangga dengan pemberian garam pada saat proses pemasakan lebih praktis dibanding sesudah proses pemasakan. 4. Seluruh ibu rumah tangga di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi sudah menggunakan garam beriodium. 2 Saran Bagi ibu rumah tangga diharapkan dapat memperbaiki tindakan dalam penggunaan garam beriodium yaitu memasukkan garam pada saat masakan mau dihidangkan guna menghindari kerusakan iodium. Daftar Pustaka Adriani, S. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Atika. 2012. Hubungan Antara dan Sikap Tentang GAKI Dengan Kadar Iodium Garam Konsumsi Pada Keluarga Petani Garam. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. Ayani. 2003. Tinjauan Konsumsi dan Pengelolaan Garam Beriodium Dalam Rumah Tangga di Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Skripsi. FKM USU. Depkes RI. 2003. Bantuan Teknis Untuk Studi Evaluasi Proyek Intensifikasi Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Gema. 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Konsumsi Garam Pangan Keluarga Terhadap Status GAKI Anak SD di Kabupaten Dairi. Hartati. 2013. Hubungan Terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Sengo Selatan Kecamatan Belova Kabupaten Luwu. Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Setiani. 2011. Hubungan Faktor Perbedaan Individual dan Ketersediaan Garam di Warung Dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Kabupaten Purworejo. Jawa Tengah; Balai Penelitian GAKI. Soekarti,S. 2006. Gambaran Karakteristik Garam Beriodium, Penyimpanan, Tempat Membeli Garam dan Jumlah Konsumsi Pada Keluarga Miskin di Kecamatan Kalideres. Jakarta Barat.
10 Tri Etnawati. 2011. Tingkat Konsumsi Garam Beriodium dan Kaitannya Dengan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Ibu Hamil. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.