PEMBUATAN ALAT PENCELUPAN DAN FIKSASI ZAT WARNA ALAMI MANGROVE JENIS RHIZOPORA STYLOSA, MAHONI, DAN INDIGOFERA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

ALAT EKSTRAKTOR-EVAPORATOR ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE, MAHONI DAN KULIT TINGI UNTUK PEWARNA BATIK RAMAH LINGKUNGAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

PEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )

Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Jl. Veteran-Malang *

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

BAB I PENDAHULUAN L-1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

KAJIAN KINERJA MESIN PENGADUK PADA PROSES PEMBUATAN PATI AREN (ARENGA PINNATA MERR.) 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

Kursi. Stasiun Pencuci Mata (Eyewash Station), Dipasang pada Dinding. Stasiun Pencuci Mata (Eyewash Station), dengan Pijakan Kaki

BAB IV METODE PENELITIAN

Kajian Kinerja Mesin Pengaduk Pada Proses Pembuatan Pati Aren (Arenga pinnata Merr.)

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL SKRIPSI

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

BAB II METODE PERANCANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

BAB I PENDAHULUAN. ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Perkembangan tersebut

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS)

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III PERANCANGAN ALAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

REKAYASA ALAT PENCELUP SERAT ALAM NON TEKSTIL (SANT)

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

RANCANG BANGUN MESIN PENGOLAH LIMBAH KAIN DAN KERTAS SEBAGAI SERAT PENGUAT UNTUK INDUSTRI PEMBUATAN ETERNIT

BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA

RANCANG BANGUN MESIN PEMBERSIH LENDIR TERUNG DENGAN 50KG/PROSES SEBAGAI BAHAN BAKU KERUPUK

BAB 3 METODE PERCOBAAN

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS. Alat-alat utama yang digunakan pada pembutan mesin ECM ini diantara lain :

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INOVASI PEMBERSIH BULU AYAM PADA PELAKSANAAN ABDIMAS DI KELURAHAN PORONG

PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP INTENSITAS WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PEWARNAAN KULIT CRUST IKAN PARI DENGAN PEWARNA SECANG (Caesalpinia sappan L)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Pembuatan Alat Pencelupan dan Fiksasi Zat Warna Alami Mangrove... (Paryanto dkk) PEMBUATAN ALAT PENCELUPAN DAN FIKSASI ZAT WARNA ALAMI MANGROVE JENIS RHIZOPORA STYLOSA, MAHONI, DAN INDIGOFERA Paryanto *, Rivaldo Zamara, Syamsul Mu arif Subekhi Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Jebres, Surakarta - Jawa Tengah 57126 Telp./Fax. : +62271 63211 * E-mail : paryanto.uns@gmail.com Abstrak Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri batik yang ada di Indonesia. Bahkan pada tanggal 2 Oktober 2009 batik di Indonesia sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO yang merupakan kriteria Intangiable Cultural Heritage for Humanity. Studi kasus dilakukan di UKM I yang terletak di Desa Kuwiran, dan UKM II di Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali alat pencelupan dan fiksasi yang digunakan dalam proses produksi batik masih menggunakan alat pencelup dan fiksasi (penguncian) yang kurang efektif dan efisien sehingga berdampak terhadap produksi batik. Alat pencelup dan fiksasi terdiri atas tiga bagian utama, bagian pertama adalah, volume sebesar 78 Liter, berbahan dasar stainless stell SS 304, tebal 0,5 mm, yang dilengkapi dengan roller. Bagian kedua adalah rangka terbuat dari besi siku (L44) dan besi UNP (U55), dimensi rangka 128 cm x 55 cm x 165 cm. Bagian ketiga pemutar, terbuat dari material galvanis, panjang 120 cm, berfungsi ganda selain sebagai media pemutar kain juga untuk meniriskan kain. Peralatan tambahan adalah peniti dan karet ban digunakan untuk menghubungkan kedua ujung kain agar terjadi pemutaran secara kontinyu, berat alat keseluruhan 105 kg. Alat yang dibuat lebih efektif dan efisien dengan waktu proses pencelupan lebih singkat dari alat sebelumnya19 menit menjadi 9 menit, peningkatan kapasitas pencelupan dari 25 kali sehari menjadi 53 kali sehari serta peningkatan kapasitas produksi dari 57,5m 2 kain/hari menjadi 121,9m 2 kain/hari, meminimalisir hilangnya zat alami maupun fiksator dari 147,82 ml/m 2 kain menjadi 111,30 ml/m 2 kain. Hasil uji ketahanan luntur terhadap gosokan (gosok basah dan kering) dan pencucian diperoleh hasil pean terbaik gosok basah dan gosok kering dengan skala Stainning Scale adalah mahoni fiksator kapur dan tawas cd (color different) sebesar 5,6 serta mangrove fiksator kapur cd sebesar 2,7 sedangkan untuk ketahanan luntur dengan skala Stainning Scale dan skala Grey Scale diperoleh hasil terbaik adalah indigofera fiksator hidrosulfit cd sebesar 0,8 dan mahoni fiksator kapur cd sebesar 1,5. Kata kunci: alat pencelup, pencelupan, fiksasi, zat alami 1. PENDAHULUAN Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri batik yang ada di Indonesia. Saat ini di Indonesia terdapat 19 daerah sentra batik dan 20.667 perusahaan batik yang tersebar di Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat serta Jawa Timur (Kemendag dalam Ngatindriatun, dkk. 2014). Bahkan pada tanggal 2 Oktober 2009 batik di Indonesia sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO yang merupakan kriteria Intangiable Cultural Heritage for Humanity diantara pesaingnya sebanyak 111 dari seluruh dunia. Pesatnya perkembangan batik tersebut tidak diiringi dengan kemajuan peralatan peralatan yang digunakan untuk proses produksi batik. Terlebih lagi di Usaha Kecil Menengah (UKM). Studi kasus dilakukan di UKM I yang terletak di Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali dan UKM II di Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali mengenai peralatan pencelupan dan fiksasi yang digunakan dalam proses produksi batik di UKM tersebut Dalam proses produksi batik terutama dalam proses pencelupan dengan zat alami dan proses fiksasi dengan bahan pengunci, kedua UKM menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana dan kurang fungsional` (Gambar 1) sehingga berujung dengan sedikitnya produksi batik yang dihasilkan.kondisi alat pencelupan dan fiksasi zat alami saat ini yang digunakan di kedua UKM sangat tidak efektif dan efisien, hal ini dikarenakan waktu untuk proses pencelupan maupun fiksasi yang lama, untuk satu kali pencelupan dengan jumlah roller tiga kali dibutuhkan 156 ISBN 978-602-99334-7-5

C.28 waktu hingga 19 menit (roller adalah banyaknya pencelupan didalam satu kali celupan), sehingga alat hanya mampu digunakan untuk mencelup kain sebanyak 25 kali dalam sehari (delapan jam kerja/hari). Jika ukuran kain yang digunakan adalah 2 meter x 1,15 meter maka alat memiliki kapasitas pencelupan sebesar 57,5 m 2 kain/hari. Banyaknya zat alami maupun fiksator yang terbuang percuma karena tidak adanya penirisan, rata rata zat yang dipakai untuk satu kali pencelupan adalah 340 ml (3 kali roller) atau dengan kebutuhan spesifik pe 147,82 ml/m 2 kain.prosedur penggunaan alat yang mewajibkan operator selalu bersentuhan dengan pe atau fiksator ketika mencelup sehingga kulit tangan operator perih, gatal, dan zat yang membekas pada tangan sulit dihilangkan, kelingkungan, serta hasil pean batik yang kurang merata dan pekat. Selain itu hal yang melatarbelakangi penilitian ini adalah kondisi alat di kedua UKM sudah termakan usia (berkarat) Gambar 1. Alat Pencelupan dan Fiksasi (kiri) di UKM I kanan di UKM II 2. METODOLOGI 2.1 Material Pembuatan Alat Tabel 1. Resume Kebutuhan Material Bagian Komponen Spesifikasi Material Kebutuhan Berat Kerangka Besi Siku (L 44) 4 cm x4 cm x 2,3 mm Besi 5.56 m 14,44 Alat (frame) Besi UNP (U55) 5 cm x 5 cm x 2,3 mm Besi 4.3 m 22,50 Pemutar Kain Engkol Bak Zat Warna Alami Alat Tambahan Step Plat Tebal 1 cm Besi 0.5 m 1,97 Mur-Baut (HTB) Baut Ø 5/8 inci Baja 5 buah 1,25 Mur-Baut (HTB) Baut Ø 1/2 inci Baja 6 buah 0,90 Pipa Ø 1/2 inci Galvanis 2.24 m 1,89 Pipa Ø 3/4 inci Galvanis 0.1 m 0,10 Step Plat Tebal 1 cm Besi 0.25 m 0,98 Ass Ø 25 mm Besi 1.215 m 5,86 Mur-Baut (HTB) Baut 1/2 inci Baja 4 buah 0,60 Bearing UCP Ø 25 mm Baja 2 pasang 2 Pipa Ø 1/2 inci, tebal 2 mm Besi 0.25 m 0,24 Step Plat Tebal 1 cm Besi 0.2 m 0,79 Mur-Baut Baut Ø 5/8 inci Baja 1 buah 0,25 Plat Tebal 0,5 mm Stainless Steel (SS 304) 11100 cm 2 43,86 Pipa PVC SN 40 Ø 3/4 inci, tebal 0,1 inci Pvc 0.05 m 0,02 Teflon(PTFE) 5 mm Teflon 0.25 kg 0,25 Pipa Ø 1 inci, tebal 0,1 inci Stainless Steel std 0.1 m 0,25 Pipa Ø 2 inci, tebal 0,2 inci Stainless Steel std 1.14 m 6,21 Step Plat Tebal 1 mm Besi 6 buah Peniti - - 3.72 m Ban Dalam Motor 1 cm x 124 cm Rubber 1 Total 105,15 Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 157

Pembuatan Alat Pencelupan dan Fiksasi Zat Warna Alami Mangrove... (Paryanto dkk) 2.2 Lokasi Pengerjaan alat pencelup dan fiksasi dibuat oleh bengkel Karya Bersama yang beralamatkan di Kusumodilagan RT 02/XI Surakarta Telp. (0271) 637619. Waktu pengerjaan 10 hari yaitu pada tanggal 5 15 Mei 2017. Alat dipasarkan dengan harga Rp. 4.500.000,00 dengan berat keseluruhan 105,15 kg. Uji coba alat pencelupan dan fiksasi zat alami dilakukan di UKM I yaitu di Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Adapun uji coba yang dilakukan adalah: unjuk kerja alat, guna mengidentifikasi kelebihan alat yang telah dibuat dibandingkan alat yang sebelumnya. Aplikasi alat untuk pean kain batik dengan menggunakan variasi zat alami mangrove, indigo, dan mahoni serta variasi fiksasi kapur tohor, tawas, tunjung dan hidro sulfit. Bahan bahan yang digunakan untuk uji coba alat adalah: Zat alami mangrove, mahoni, dan indigofera, kapur, tunjung, tawas, hidrofulfit, kain prisma yang telah dimalam, air, bensin, detergen, soda abu, kanji. Alat alat yang digunakan untuk uji coba alat adalah : Alat pencelupan dan fiksasi zat alami, gayung, ember, gelas ukur 2000 ml, tabung gas 3 kg, gunting, saringan, regulator gas, kamera, benang, penjahit, termometer air raksa, dandang, penitiatau penjepit kain, timbangan, pengaduk, dan stopwatch. Pengujian uji ketahanan luntur terhadap gosok basah dan gosok kering yang diukur dengan skala Staining scale dan uji ketahanan luntur terhadap pencucian yang diukur dengan skala Staining Scale dan Grey Scale, dilakukan di Laboratorium Desain / Evaluasi Tekstil, ATW, Surakarta. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Alat Pencelupan dan Fiksasi Zat Warna Alami Gambar 2. Desain (kiri) dan Alat (kanan) Pencelupan dan Fiksasi Zat Warna Alami Keterangan : 1. Media pemutar 2. Bak Pencelupan dan Fiksasi 3. Rangka alat a. Bearing media pemutar a. Bearing Roller d.pipa b. Engkol b. Roller c. Media pemutar atau tirisan c. Bak Alat yang dinamakan sebagai Alat Pencelupan dan Fiksasi ini digunakan sebagai pean batik. Alat pencelup kain batik ini terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu : tiang pemutar,bak, dan rangka alat. Bak berbentuk trapesium berdimensi 40 cm x 10 cm x 26 cm dan panjang bak 120 cm, volume sebesar 78 liter. Berbahan dasar stainless stell SN 304, tebal 0,5 mm tahan karat berfungsi sebagai media penampungan zat alami dan fiksator, dilengkapi roller di dasar bak, panjang 110 cm dan diameter 5 cm. Roller dapat berputar karena adanya roller bearing yang dipasang dikedua ujung roller. Selain itu bak juga dilengkapi dengan saluran pembuang cairan, cairan dibuang melalui pipa pvc 3/4 inch. 158 ISBN 978-602-99334-7-5

C.28 Bagian kedua adalah rangka, rangka memiliki dimensi total panjang 128 cm, lebar 55 cm, dan tinggi 160 cm. Rangka terbuat dari bahan besi Siku (L44) dan besi UNP (U55) berfungsi sebagai penyangga bak dan media pemutar. Bagian ketiga adalah media pemutar / tirisan dan engkol, media pemutar disini bersifat ganda selain untuk tempat meniriskan kain juga sebagai tempat meletakkan bagian kain saat proses pencelupan. Apabila dilakukan pemutaran pada engkol maka pemutar akan ikut berputar dan kain akan turun kebawah bak dan tercelup zat. Engkol terbuat dari pipa besi yang di padu dengan step lat dan mur baut. Peralatan tambahan adalah peniti dan karet ban digunakan untuk menghubungkan kedua ujung kain agar terjadi pemutaran secara kontinyu. 3.2 Hasil Unjuk Kerja Alat Hasil kerja alat didapatkan dari data perbandingan pencelupan kain menggunakan alat yang lama dan data pencelupan kain menggunakan alat yang baru.data pencelupan kain menggunakan alat yang lama diperoleh dari hasil wawancara dengan operator di UKM I Tabel 2. Data Pencelupan Kain Menggunakan alat yang lama Banyak Roller (ml) tpersiapan tpencelupan tpembongkaran 1 kali 220 3 5 1 9 3 kali 340 3 15 1 19 5 kali 390 3 25 1 29 tpencelupan keseluruhan Data pencelupan alat yang baru didapatkan dari hasil uji coba sendiri dengan alat pencelupan yang telah dibuat, pencelupan dilakukan sebanyak tiga kali dengan variasi roller satu, tiga, dan lima. Tabel 3. Data Rata-rata Pencelupan Kain tiga kali Menggunakan Alat yang Baru Kain Banyak tpersiapan tpencelupan tpembongkaran tpenirisan t Pencelupan Batik Roller keseluruhan I 1 kali 1 1 1 5 8 170 II 3 kali 1 2 1 5 9 256 III 5 kali 1 3 1 5 10 300 Dari Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bawasanya alat dapat bekerja secara efektif dan efisien hal ini dibuktikan dengan waktu pengerjaan lebih singkat 10 menit (variasi roller 3 kali). Apabila jam kerja di UKM dalam sehari adalah selama delapan jam, maka UKM dapat melakukan 53 kali pencelupan dalam sehari dengan menggunakan alat baru. Jika ukuran kain yang digunakan adalah 2 meter x 1,15 meter maka alat memiliki kapasitas pencelupan sebesar 53 kain x 2 meter x 1,15 meter = 121,9 m 2 kain/hari Volume zat alami yang terbuang menggunakan alat yang lama lebih banyak. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pengeringan atau penjemuran, kain batik pada alat yang lama tidak ditiriskan terlebih dahulu dan langsung dijemur sehingga sisa zat yang tidak terserap pada kain terbuang begitu saja, sedangakan pada alat yang baru dilakukan penirisan terlebih dahulu pada tiang tirisan sehingga zat yang tidak terserap oleh kain jatuh kembali kedalam bak pencelup. Kebutuhan spesifik pe untuk satu kali pencelupan (roller 3) dengan alat yang baru adalah 111,30 ml/m 2 kain. Dalam penelitian ini juga dicari berapakah variasi roller yang ideal untuk proses pencelupan, dan didapatkan hasil variasi roller 3 kali sebagai variasi yang ideal. variasi roller 1 kali kain agak kurang pekat hal ini dikarenakan zat yang tereserap pada kain untuk satu kali roller masih kurang sehingga dibutuhkan beberapa roller lagi, sedangkan dari hasil variasi roller 3 kali dan roller 5 kali tidak begitu menampilkan perbedaan yang signifikan, dalam artian jumlah roller yang dibutuhkan dalam satu kali pencelupan sudah cukup. Sehingga dipilihlah variasi roller 3 sebagai variasi roller yang ideal. (ml) Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 159

Pembuatan Alat Pencelupan dan Fiksasi Zat Warna Alami Mangrove... (Paryanto dkk) 3.3 Hasil Uji Ketahanan Luntur Penilaian perubahan pada standar skala abu-abu (Grey Scale) dan skala penodaan (Staining Scale) dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 (Moerdoko, 1975). Tabel 4. Standar Skala Grey Scale (GS) Nilai Ketahan Luntur Warna Perbedaan (CD) Evaluasi tahan luntur 5 0 Baik sekali 5-4 0.8 Baik 4 1.5 Baik 3-4 2.1 Cukup baik 3 3.0 Cukup 2-3 4.2 Kurang 2 6.0 Kurang 1-2 8.5 Jelek 1 12.0 Jelek Tabel 5. Standar Skala Staining Scale (SS) Nilai Ketahan Luntur Warna Perbedaan (CD) Evaluasi tahan luntur 5 0.0 Baik sekali 5-4 2.0 Baik 4 4.0 Baik 3-4 5.6 Cukup baik 3 8.0 Cukup 2-3 11.3 Kurang 2 16.0 Kurang 1-2 22.6 Jelek 1 32.6 Jelek Gambar 3. Grafik Hubungan antara Fiksator dengan Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna terhadap Gosokan Kering dengan Staining Scale berdasarkan nilai Color Different Gambar 4. Grafik Hubungan antara Fiksator dengan Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna terhadap Gosokan Basah dengan Staining Scale berdasarkan nilai Color Different Gambar 5. Grafik Hubungan antara Fiksator dengan Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna terhadap Pencucian dengan Staining Scale berdasarkan nilai Color Different Gambar 6. Grafik Hubungan antara Fiksator dengan Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna terhadap Pencucian dengan Grey Scale berdasarkan nilai Color Different Dari hasil analisa pengujian tahan luntur terhadap gosokan kering yang diukur dengan standar Staining Scale (SS) (Gambar 3.) mempunyai nilai maksimal baik (cd = 2,7) yaitu zat mangrove dengan pengunci kapur. Dari hasi pengujian tahan luntur terhadap gosokan basah dengan standar Staining Scale (SS),(Gambar 4.) mempunyai nilai maksimal cukup baik (cd =5,6) yaitu pada zat mahoni dengan fiksator kapur dan tawas. Hasil analisa pengujian terhadap pencucian dengan standar Stainning Scale yang disajikan pada (Gambar 5.) memiliki nilai maksimal baik (cd =1,5) yaitu pada zat indigofera dengan fiksator hidrosulfit. Apabila diukur denga standar Gray Scale (GS) yang disajikan dalam (Gambar6.) memiliki nilai maksimal baik (cd = 0,8) yaitu pada zat mahoni dengan pengunci kapur. 160 ISBN 978-602-99334-7-5

C.28 4. KESIMPULAN 1) Alat pencelupan dan fiksasi memiliki dimensi 128 cm x 55 cm x 160 cm, dengan sistem penggerak manual, peralatan yang dibuat lebih praktis dan efisien dibandingkan alat sebelumnya dengan menghemat waktu pean dari semula 19 menit menjadi 9 menit, meningkatkan kapasitas pencelupan dari 25 kali pencelupan/hari menjadi 53 kali pencelupan/hari sera peningkatan produksi dari 57,5m 2 kain/hari menjadi 121,90 m 2 kain/hari, menghemat pe dari 147,82 ml/m 2 kain menjadi 111,30 ml/kain. 2) Aplikasi zat (a) mahoni pengunci tawas, (b) indigofera pengunci hidrosulfit, (c) mangrove pengunci kapur, dan (d) mangrove pengunci tunjung a b c d 3) Hasil analisa pengujian tahan luntur terhadap gosokan kering nilai baik (cd = 2,7) zat mangrove dengan pengunci kapur, gosokan basah nilai cukup baik (cd = 5,6) pada zat mahoni dengan fiksator kapur dan tawas. Untuk tahan uji terhadap pencucian dengan Gray Scale memiliki nilai baik (cd = 1,5) pada zat mahoni dengan pengunci kapur sedangkan untuk hasil pencucian dengan Stainning Scale (SS/CD) memiliki nilai baik (cd = 0,8) pada zat indigofera dengan pengunci hidrosulfit UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih Tim Pengabdi ucapkan kepada LPPM UNS Surakarta yang telah memberikan pendanaan lewat skim PNBP tahun anggaran 2017, serta UKM 1 dan UKM 2 yang berada di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali yang telah memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan rancangan peralatan pencelup dan fiksasi. DAFTAR PUSTAKA : Antana, A.E. dan Hastuti, L.S.S., (2010), Rekayasa Alat Pencelup Seat Alam Non Tekstil (SANT), Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, 4 Agustus 2010, Universitas Diponegoro, Semarang Daranindra, R.F., (2010), Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan dan Penguncian Warna pada Kain Batik sebagai Usaha Mengurangi Interaksi dengan Zat Kimia dan Memperbaiki Postur Kerja (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen), Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Damayanti, W., (2016), Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa Sebagai Pe Batik dalam Skala Pilot Plan, Tugas Akhir, Universitas SebelasMaret, Surakarta. Dhaneswara,W., (2011), Optimasi Sistem Pencelup Kain Batik pada Proses Pembuatan Batik, Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kasmudjo dan Saktianggi, P.P.,( 2011), Pemanfaatan Daun Indigofera Sebagai Pe Alami Batik, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Kasmudjo, et al., (2005), Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Mahoni Sebagai Pe Alami Batik, Yogyakarta : UGM. Kemendag dalam Ngatindriatun, dkk., (2014), Adaptasi Model Pemberdayaan Batik Ramah Lingkungan di Jawa Tengah guna Percepatan dan Penguatan Pembangunan Ekonomi pada Sektor Industri Tekstil di Indonesia, Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, Fak. Ekonomi, Universitas Muria Kudus, pp. 373-379. Paryanto, dkk., (2015), Pengambilan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizopora mucronata untuk Pean Batik Ramah Lingkungan, Jurnal Purifikasi,15(1),pp. 34-40. Wibowo, M., (1975), Evaluasi Tekstil Bagian Fisika, Bandung : ITT. Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 161