BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Foto jurnalistik sangat penting dalam menunjang pemberitaan dalam sebuah situs media online maupun surat kabar dan media lainnya. Seorang fotografer mempunyai insting dalam menentukan pengambilan gambar agar foto itu berbicara walaupun tanpa teks foto. Pada foto Joko Widodo di hari pertama jelang kampanye legeslatif PDIP di Jakarta, Minggu 16 Maret 2014. Terlihat Fotografer mengabadikan suasan keramaian para simpatisan PDIP menyalami sosok Joko Widodo dan para caleg yang hadir bersama. Penulis melihat sang fotografer seolah ingin memperlihatkan keakraban antara Joko Widodo dan pendukungnya, begitu pula dilihat dari komposisi dan sudut pengambilan gambar (angle) lebar (wide) menjadi sebuah gambar foto berita yang menarik. Penulis menilai foto kampanye Joko Widodo yang diabadikan oleh fotografer Rakyat Merdeka online dan situs Tempo.co memenuhi unsur foto jurnalistik, karena memberi pesan kepada pembaca dengan dibantu teks foto (caption foto). Foto tersebut mampu bercerita tentang kondisi kampanye yang dihadiri oleh Joko Widodo yang juga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Secara sudut pandang foto jurnalistik, penulis melihat dari kumpulan massa PDIP yang menyalami Joko Widodo dan caleg PDIP mengandung unsur 29
30 pemberitaan yang menarik untuk ditampilkan pada kedua situs tersebut. Dalam hal ini penulis juga menggunakan paradigma konstruktivisme dalam penelitian. Paradigma konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek teori dengan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstrutivisme justru menganggap subjek (komunikan/decoder) sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial. Ada beberapa teori yang terdapat dalam ruang lingkup paradigma konstruktivisme ini, diantaranya yaitu Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses And Grafications Theory) dan Teori Interaksionisme Simbolik. 1. Teori Kegunaan dan Kepuasan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan (Uses And Grafications Theory) pada awalnya muncul di tahun 1940 dan mengalami kepunculan kembali dan penguatan di tahun 1970 dan 1980an. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Helihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain media, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik didalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhan.
31 Misalnya, seseorang merupakan sekelompok konsumen aktif yang secara sadar menggunakan media dengan memilih media yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal informasi atau hal lainnya, baik personal maupun sosial yang diubah menjadi motif-motif tertentu. 2. Teori Interaksionisme Simbolik Teori Interaksionisme Simbolik dikenalkan oleh George Herbert Mead (1863-1931). Teori interaksionisme simbolik mulai berkembang pada perkembangan pada abad ke 20. Teori interaksionisme simbolik (symbolic interactionism) adalah pendekatan teroritis dalam memahami hubungan antara manusia dan masyarakat. Ide dasar teori interaksionisme simbolik adalah bahwa tindakan interaksi manusia hanya dipahami melalui pertukaran simbol atau komunikasi yang sarat makna. Teori interaksionimse simbolik beranggapan bahwa khalayak adalah produk sosial. Teori ini mempunyai metologi yang khusus, karena interaksionisme melihat makna sabagai bagian fundamental dalam interaksi masyarakat. Dalam penelitian mengenai interaksi dalam masyarakat tersebut, interaksionisme simbolik cenderung menggunakan metode kualitatif dibanding metode kuantitaf. 14 3.2 Metode Penelitian Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian semiotika menurut Charles Sander Peirce. Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai 'grand 14 http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2012/12/paradigma-positivismekonstruktivisme.html.
32 theory' dalam semiotika-gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi strutural dari semua sistem penandaan. 15 Semiotika adalah disiplin khusus yang memiliki metode dan objeknya sendiri; ataukah semiotika itu adalah(b) sebuah bidang kajian yang terdiri dari berbagai studi dan oleh karena itu merupakan repertoar berbagai minat yang tidak padu secara keseluruhan. Jika semiotika adalah sebuah bidang kajian, maka studistudi semiotis dapat dijustifikasi lewat keberadaannya masing-masing: dengan demikian, adalah mungkin mendefinisikan semiotika secara induktif dangan menyimpulkan dari bidang kajian studi-studi tadi serangkaian kecenderungan utama dan sebuah model yang padu. Sebaliknya jika, semiotika adalah sebuah disiplin, maka peneliti harus mengusulkan secara dedukatif sebuah model semiotis yang akan berfungsi sebagai parameter untuk mengikutkan berbagai macam studi ke dalam bidang kajian semiotika atau untuk menyisihkan mereka keluar bidang tersebut. 16 Menurut Arthur Asa Berger, semiotika adalah ilmu yang sangat rumit. Ia memiliki termiologinya sendiri. Dan agar menjadi semiotisi, Anda akan harus mempelajari sesuatu dari bahasa ini. Sehingga anda akan mendapatkan diri anda berhubungan dengan istilah-istilah semacam penanda dan yang ditandakan (konsep), kode-kode, ikon-ikon, dan indeks-indeks. 17 15 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Edisi 2. Mitra Wacana Media. 2013. Hal 17. 16 Umberto Eco, Teori Semiotika Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori produksi- Tanda. Kreasi Wacana. 2011. Hal 7,8. 17 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-Tanda Dalam kebudayaan Kontemporer, Tiara Wacana. 2010. Hal viii.
33 Metode penelitian kualitatif sacara luas telah digunakan dalam berbagai penelitian sosial termasuk sosiologi. Terdapat beberapa kesimpangan dalam memahami metode kualitatif yang seringkali dianggap sebagai pelengkap dari metode kuantitatif. Sementara metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistikinterpretatif Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994). "Gaya" penelitian kualitatif berusaha mengontruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif biasannya terlibat interaksi dengan realitas yang ditelitinya. 18 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer Data yang dikumpulkan penulis sebagai bahan yang akan diteliti adalah tampilan foto kampanye PDIP di situs Rakyat Merdeka Online dan situs Tempo.co edisi Minggu 16 Maret 2014. Foto-foto yang ditampilkan kedua situs tersebut akan menjadi dokumen yang diteliti penulis. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dokumen yang dimaksud di atas adalah keseluruhan sampel yang akan dianalisi oleh penulis, yakni foto berita 18 Gumilar Rusliwa Somantri, Memahami Metode Kualitatif. Makalah. Hal 57,58.
34 yang terdapat pada edisi Minggu 16 Maret 2014 di situs Rakyat Merdeka Online dan situs Tempo.co. 3.3.2 Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan penulis mengambil dari puluhan buku yang di ambil dari buku-buku komunikasi dan fotografi milik pribadi, perpustakaan ditambah dari beberapa internet sebagai penambah data yang akan diteliti. Penulis banyak terbantu dari hasil kutipan beberapa buku sesuai tema yang akan diteliti. 3.4 Teknik Analisis Data Setelah data yang dibutuhkan oleh penulis telah terkumpul, maka penulis beranjak pada proses menganalisis data tersebut : Untuk mengakaji data-data tersebut, penulis mengunakan analisis semiotik, yaitu menginterpretasikan tanda-tanda yang timbul dari data-data (objek foto) yang telah terkumpul. Caranya yakni dengan mengikuti tahapan sebagai berikut : 1. Penulis mengambil foto berita di situs Rakyat Merdeka online dan situs Temp.co dengan sampel yang telah ditentukan, yakni foto berita berhubungan dengan kampanye perdananya Joko Widodo di kampanye PDIP. 2. Foto bertita tersebut dianalisis berdasarkan Kerangka Analisi Semiotik Peirce.
35 Gambar 7 Kerangka Berfikir Semoitika Peirce 19 Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai 'grand theory' dalam semiotika. Mengapa begitu? Ini lebih disebabkan karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggambungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu ---oleh Peirce disebut interpretant dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada Objek tertentu. Dengan demikian menurut Peirce, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi 'triadik' langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses 'semiosis' merupakan suatu proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan 19 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Edisi 2. Mitra Wacana Media. 2013. Hal 17.
36 entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Peirce disebut sebagai signifikasi. Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi : Ikon (icon), Indeks (index) dan Simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen dan objeknya. (1) Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan 'rupa' sehingga tanda itu mudah dikenal oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagai besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena 'menggambarkan' bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. (2) Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat disana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang 'tamu' di rumah kita. (3) Simbol, merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu
37 lintas yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana ini. 20 Gambar 8 Tanda Rambu Lalu Lintas Tabel 1 : Jenis Tanda dan Cara Kerjanya Jenis Tanda Ditandai dengan Contoh Proses Kerja Ikon - Persamaan (kesamaan) - kemiripan - Gambar, foto, dan patung - Dilihat Indeks Simbol - Hubungan sebab akibat - keterkaitan - Konvensi atau - Kesepakatan sosial - Asap ----api - Gejala ----penyakit - Kata-kata - isyarat - Diperkirakan - Dipelajari 3. Hasil dari analisi tersebut dijadikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap masalah pokok penelitian. 20 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Edisi 2. Mitra Wacana Media. 2013. Hal 17,18.