BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi dan mulut, termasuk penyakit periodontal di Jawa Tengah yaitu 25,4% (Depkes RI, 2013). Menurut Harris (2004) penyakit periodontal merupakan suatu kondisi inflamasi yang disebabkan oleh bakteri, dimulai dengan inflamasi pada gingiva dapat menyebabkan hilangnya perlekatan gingiva dan tulang penyangga gigi. Gingivitis biasanya menunjuk kepada keadaan kondisi inflamasi yang reversibel dari papila dan tepi gingiva, sedangkan penyakit yang merusak periodontal menunjuk kepada kondisi inflamasi yang meningkat menjadi pembentukan poket, hilangnya perlekatan (loss of attachment) membran periodontal terhadap gigi akibat degradasi kolagen dan akhirnya kehilangnya tulang penyangga gigi. Muwarni dan Priyantari (2011) mengatakan bahwa menopause merupakan proses fisiologis pada wanita yang disebabkan oleh organ ovarium tidak mampu berfungsi untuk memproduksi hormon estrogen sehingga siklus haid tidak teratur dan akhirnya berhenti sama sekali. Shankar dan Jaya (2011) mengatakan bahwa menopause dikenal sebagai masa berhentinya haid atau menstruasi dan dianggap sebagai momok dalam kehidupan wanita. Menurut Palupi (2012), sebagian besar 1
wanita mulai mengalami gejala menopause pada usia 40 tahun dan puncaknya pada usia 50 tahun. Wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun. Erawati et al., (2006) mengatakan bahwa setelah memasuki masa menopause, beberapa wanita mengalami kelainan periodontal. Menurut Mascarenhas et al., (2003) berkurangnya kadar estrogen pada masa menopause dihubungkan dengan peningkatan resorbsi tulang alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal, peningkatan keparahan penyakit periodontal dan kehilangan gigi. Erawati et al., (2006) menyatakan, penyakit periodontal terjadi karena perubahan sekresi hormon seks pada wanita usia menopause. Tidak adanya hormon estrogen pada wanita menopause dapat mengakibatkan berbagai perubahan pada tubuh wanita, salah satunya yaitu perubahan kesehatan gingiva yang menurun dan seringkali menyebabkan terjadinya gingivitis dan peningkatan penyakit periodontal. Menurut Plemons dan Eden (2004) perawatan periodontal bertujuan untuk mengeliminasi penyakit dan mengembalikan keadaan jaringan periodonsium dalam keadaan sehat, yang meliputi kenyamanan, fungsi, dan estetik. Tujuan perawatan pada gingivitis dan periodontitis adalah mengontrol bakteri sebagai faktor lokal dan meminimalkan pengaruh sistemik sebagai bentuk perawatan penyakit periodontal non bedah. Perawatan periodontal non bedah juga bertujuan menciptakan kondisi lingkungan yang konduktif untuk kesehatan jaringan periodontal dan menurunkan keparahan penyakit. Tindakan periodontal non bedah meliputi pemeliharaan kebersihan mulut, scaling dan root planing dan pemberian 2
antibiotik untuk mencegah, menghentikan serta mengeliminasi penyakit periodontal yang merupakan intial phase therapy. Menurut Pattison dan Pattison (2006) mengatakan, scaling dan root planing mengakibatkan berkurangnya mikroorganisme subgingiva secara signifikan dan menghasilkan perubahan komposisi bakteri pada plak subgingiva dari bakteri gram negatif anaerob menjadi bakteri fakultatif gram positif yang biasa ditemukan pada kondisi periodontal yang sehat. Plemons dan Eden (2004) juga mengatakan, scaling dan root planing efektif dalam perawatan penyakit periodontal. Susanto (2009) menyebutkan, berkurangnya kedalaman poket setelah scaling dan root planing disebabkan oleh penciutan gingiva dan penambahan perlekatan klinis, penciutan gingiva terjadi setelah 1 minggu dan penambahan perlekatan klinis setelah 3 minggu. Penyembuhan umumnya lebih banyak terbentuk long junctional epithelium (LJE) daripada new attachment. Carranza et al., (2006) mengatakan, pemeriksaan kondisi jaringan periodontal dilakukan untuk menentukan keparahan penyakit periodontal, antara lain pengukuran kedalaman poket (probing depth), clinical attachment level (CAL), dan bleeding on probing (BOP). Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah saat margin gingiva berada pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingiva hingga cemento-enamel junction. Pengukuran poket ini dilakukan dengan menggunakan periodontal probe berdasarkan jarak antara margin gingiva dan dasar poket. 3
Pada penelitian ini, peneliti ingin mensurvei kondisi jaringan periodontal pada masyarakat Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan kota Surakarta yang dipilih karena belum adanya penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut untuk masyarakat lanjut usia terutama pada wanita menopause. B. Rumusan Masalah Dari uraian yang penulis sampaikan pada latar belakang, penulis menemukan suatu masalah yaitu apakah scaling dan root planing berpengaruh terhadap penurunan Clinical Attachment Level (CAL) pada wanita menopause penderita periodontitis di Posyandu Lansia Mawar XII Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh scaling dan root planing terhadap penurunan Clinical Attachment Level (CAL) pada wanita menopause penderita periodontitis di Posyandu Lansia Mawar XII Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. 2. Untuk mengetahui kedalaman Clinical Attachment Level (CAL) pada wanita menopause. 3. Untuk menambah wawasan mengenai keadaan Clinical Attachment Level (CAL) masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini. 4
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran mengenai pengaruh scaling dan root planing terhadap penurunan Clinical Attachment Level (CAL) pada wanita menopause penderita periodontitis. 2. Memberikan gambaran kondisi rongga mulut yang ditimbulkan pada wanita menopause secara umum. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh scaling dan root planing terhadap penurunan Clinical Attachment Level (CAL) pada Wanita Menopause Penderita Periodontitis di Posyandu Lansia Mawar XII Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. Penelitian yang pernah dilakukan adalah penelitian mengenai kedalaman Clinical Attachment Level (CAL) pada wanita menopause dilakukan oleh Gondim et al., (2013) dengan judul Severe Loss of Clinical Attachment Level: An Independent Association with Low Hip Bone Mineral Density in Postmenopausal Females. Penelitian tersebut dilakukan pada 148 wanita menopause dengan rentang usia 50 sampai 73 tahun dan menunjukkan hasil rata-rata kedalaman CAL 2,78 mm dengan kedalaman terparah 8,47 mm. Penelitian yang dilakukan oleh Cugini et al., (2000) dengan judul The Effect of Scaling and Root Planing on the Clinical and Microbiological Parameters of Periodontal Diseases:12-month results. Penelitian tersebut 5
dilakukan pada 32 subjek yang mengalami periodontitis, menunjukkan hasil ratarata kedalaman CAL setelah 3 bulan dilakukan scaling dan root planing yaitu 4,5 mm menjadi 3,5 mm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian tentang pengaruh scaling dan root planing terhadap penurunan Clinical Attachment Level (CAL) pada wanita menopause penderita periodontitis di Posyandu Lansia Mawar XII Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. 6