BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi pemerintah atau iklan dari merek kendaraan ternama. Aman dalam berkendara, adalah sebuah kalimat yang sudah perlu disadari oleh masyarakat, bagaimana keamanan, kenyamanan bahkan keselamatan dapat dijaga karena adanya kesadaran dalam diri masyarakat mengenai kemanan dalam berkendara. Masyarakat yang berdomisili di kota besar, khususnya Jakarta lebih menyukai berkendara menggunakan kendaraan pribadi, entah itu berjenis roda dua ataupun roda empat. Tercatat bahwa pada 2014, jumlah pengguna kendaraan bermotor tidak termasuk kendaraan TNI, Polri, Corps Diplomatic, mencapai 17.523.967 unit, dengan didominasi oleh kendaraan roda dua sebanyak 13.084.372 unit dan diiikuti dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, yang selanjutnya diikuti oleh mobil barang, bus, dan kendaraan khusus. 1 Dari jumlah pengguna kendaraan bermotor tersebut tercatat bahwa dalam tahun 2014 terdapat 6.574 kasus kecelakaan yang menyebabkan 605 korban meninggal dunia, yang terjadi karena 3 faktor, diantaranya adalah faktor pengemudi, faktor kendaraan, dan faktor lingkungan, yang sebagian besar kecelakaan tersebut terjadi karena faktor kelalaian pada manusia itu sendiri. Dijelaskan dalam UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009, Pasal 57 mengenai Perlengkapan Kendaraan Bermotor bahwa (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang 1 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Statistik Transportasi DKI Jakarta 2015. Jakarta : 2015 hal 13 1
dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor. (2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia. (3) Perlengkapan sebagaimana fsekurangkurangnya terdiri atas: a. sabuk keselamatan; b. ban cadangan; c. segitiga pengaman; d. dongkrak; e. pembuka roda; f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan g. peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas. 2 Selain mengenai perlengkapan kendaraan bermotor yang ditujukan untuk keselamatan pengguna kendaraan itu sendiri, jelas dicantumkan dalam Pasal 106 ayat 1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi. (2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda. (3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan. (4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan: a. rambu perintah atau rambu larangan; b. Marka Jalan; c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas; d. gerakan Lalu Lintas; e. berhenti dan Parkir; f. peringatan dengan bunyi dan sinar; g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain. 3 2 Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009. Hal 32 3 Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009. Hal 59 2
Selain dari peraturan tertulis yang sudah ditetapkan dalam undang-undang Republik Indonesia, beberapa pendekatan pun sudah dilakukan oleh instansi terkait, menyangkut keselamatan berkendara, seperti kampanye keselamatan berkendara yang pernah dilakukan di lingkungan car free day, Bundaran HI Jakarta, di Juli 2017 lalu, yang tujuannya sendiri adalah untuk mensosialisasikan pentingnya menjaga keselamatan berkendara di lingkungan masyarakat. 4 Pendekatan secara langsung pun sudah dilakukan, dengan menunjuk pelajar sebagai target sasarannya, yaitu dalam kegiatan police goes to school, dimana polisi dalam kegiatan ini mendatangi langsung sekolah hingga bus sekolah untuk melakukan penyuluhan dan penerangan kepada siswa dan siswi mengenai keselamatan berlalu lintas. 5 Sayangnya, peraturan serta pendekatan yang sudah dirancang demi kebaikan bersama justru dianggap sebagai sesuatu yang membebankan. Masyarakat seolah enggan ikut serta dalam memulai dan menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya berkendara dengan aman. Masyarakat juga terlihat kehilangan panduan dan seperti tidak perduli mengenai bagaimana pentingnya menjaga keamanan dalam berkendara. Beberapa contoh dari ketidak sadaran masyarakat terhadap keamanan dalam berkendara untuk dirinya sendiri adalah dari menerobos lampu merah, tidak mengenakan helm saat berkendara sepeda motor, tidak menyalakan lampu kendaraan, tidak membawa surat kelengkapan berkendara, melanggar rambu- 4 https://photo.sindonews.com/view/23049/ditlantas-polda-metro-jaya-gelar-kampanyekeselamatan-berkendara 5 https://news.detik.com/berita/d-3442008/kampanye-keselamatan-lalu-lintas-polwan-blusukandi-bus-sekolah 3
rambu lalu lintas, melawan arus (contra flow), menerobos jalur busway, penggunaan kendaraan yang tidak mementingkan aspek keselamatan, tidak menggunakan spion, serta berkendara melalui trotoar, 6 tidak mengenakan sabuk pengaman ketika berkendara menggunakan mobil, berkendara dalam keadaan mengantuk atau mabuk, sampai hal yang lumrah dilakukan oleh masyarakat, yang dianggap sepele namun berdampak fatal, yaitu berkendara sambil menggunakan ponsel, entah untuk sekedar berkirim pesan atau bertelepon yang alasan dari halhal tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor diantaranya, masalah kelalaian, kurang paham aturan, persyaratan teknis, kelaiakan kendaraan, bahkan kesengajaan dari pengemudinya sendiri. Peraturan memang sudah dibuat, sanksi juga sudah diterapkan bagi yang melanggar. Namun, peraturan, hanyalah peraturan. Dijalankan ketika sedang diadakan pengawasan, dan akan kembali dilanggar ketika pengawasan tersebut melonggar atau berakhir. Dari sini dapat terlihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat mengenai keamanan masih sangat rendah, yang mengakibatkan banyaknya pelanggaran tata tertib lalu lintas, dan berimbas pada tingkat kecelakaan yang terus meningkat. Selain dari rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai keamanan dalam berkendara, beberapa kampanye sosial mengenai kemanan dalam berkendara, seolah tidak terdengar lagi dengungya. Seolah kalah dengan iklan komersil lainnya, iklan layanan masyarakat berbentuk visual yang dipasang melalui baliho-baliho di jalanan sekitaran ibukota, seperti kampanye penggunaan 6 https://nasional.sindonews.com/read/947769/163/10-pelanggaran-lalu-lintas-paling-seringterjadi-1420695422/13 4
sabuk pengaman, dan pelopor keamanan berkendara, seolah hanya sekedar pajangan pinggir jalan yang dilihat ketika melewati jalan tersebut. Sebagai anggota masyarakat, penulis merasa perlu untuk ikut serta dalam pencegahan kecelakaan, dimulai dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai makna keamanan berkendara melalui kampanye mengenai keamanan berkendara yang diwujudkan dalam bentuk gelang dan media sosial, yang diharapkan bisa digunakan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk dukungan dari masyarakat terhadap kampanye keamanan dalam berkendara, untuk tentunya dapat mengurangi tingkat resiko kecelakaan yang terus meningkat. Kampanye kesadaran berkendara berbentuk gelang ini dipilih, karena dirasa mampu untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat yang mengenakannya, bahwa mereka yang mengenakan gelang tersebut sudah berjanji dan berkomitmen pada dirinya sendiri, untuk dapat menjadikan dirinya sebagai pedoman dalam keamanan dalam berkendara yang nyata, sehingga nantinya dapat ditularkan kepada rekan dan sanak keluarga. Selain membangun komitmen dari dalam diri, kampanye menggunakan gelang juga dipilih karena jenis asesoris ini dirasa merupakan salah satu asesoris yang sering digunakan dan tidak terbatas oleh pemilihan jenis kelamin, mudah dilihat, karena peletakannya sendiri yang akan digunakan dipergelangan tangan target sasaran, dan karena gelang sendiri sudah biasa digunakan sebagai media kampanye, terutama yang berhubungan dengan kegiatan sosial. 5
Kesadaran mengenai keamanan dalam berkendara perlu untuk ditumbuhkan dan dikembangkan terutama dalam diri sendiri, kampanye kesadaran berkendara ini berfungsi sebagai pengingat masyarakat tentang pentingnya berkendara dengan aman, untuk dirinya sendiri dan orang lain sebagai pengguna jalan yang sama seperti dirinya. Untuk lebih mendukung kampanye kesadaran berkendara ini, penulis menggunakan media sosial pilihan yaitu Twitter dan Instagram yang dapat dimanfaatkan target sasaran untuk dapat berbagi kiriman atau konten multimedia yang berupa video, foto, gambar, dan keterangan yang bersifat positif demi mendukung tercapainya tujuan dari kampanye kesadaran berkendara ini. Selain karena aplikasi sosial media dirasa dapat membantu dalam berbagi kegiatan menarik dari kiriman yang diunggah langsung oleh penggunanya, saat ini media sosial juga dapat dikategorikan sebagai media yang bersifat partisipatoris, yang artinya bahwa pengguna media sosial dapat saling berbagi informasi, pendapat, pandangan, pengetahuan, pengalaman, keinginan, dan membangun kerangka kegiatan untuk mencapai kemajuan bersama, 7 yang tentu saja dapat mendukung kegiatan kampanye kesadaran berkendara melalui media sosial terpilih. Untuk mendukung kampanye kesadaran berkendara penulis menggunakan tahapan kampanye public relation untuk mensosialisasikan program kampanye, yang mencakup beberapa kegiatan seperti analisis situasi, penetapan tujuan dan khalayak, pemilihan media, penentuan anggaran dan pengukuran hasil, serta 7 Kementrian Perdagangan. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI. Jakarta: 2014 6
bekerjasama dengan instansi terkait yaitu Ditlantas Polda Metro Jaya yang bertanggung jawab dalam penanganan keamanan dalam berkendara di jalan, juga sebagai instansi yang membuat kampanye kesadaran berkendara yang sampai saat ini masih dilaksanakan, untuk mengajak masyarakat terutama target sasaran dalam menjaga keamanan dalam berkendara dimulai dari diri sendiri. Berdasarkan uraian diatas, penulis mengangkat judul Perancangan Media Kampanye Dalam Meningkatkan Kesadaran Berkendara Untuk Pelajar SMA/K dan Mahasiswa yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat dan dapat mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga keamanan berkendara bersama. 1.2 Permasalahan Berawal dari kurangnya kesadaran masyarakat mengenai keselamatan dan kemanan berkendara, serta kurangnya sarana iklan layanan masyarakat yang diterbitkan, sehingga masyarakat seolah kehilangan pedoman dan pengetahuan dalam berkendara secara aman, terutama jika melihat dari kesiapan masyarakat sebelum berkendara, seperti atribut apa saja yang wajib dikenakan pengendara, kemudian rambu-rambu yang perlu dipatuhi, dan bagaimana menghargai orang lain, selaku sesama pengguna jalan di jalan raya. Disini penulis merasa perlu untuk ikut serta dalam pembangunan kesadaran masyarakat, terutama bagi para pelajar dan mahasiswa yang masih mencari jati diri dalam bekendara, mengenai pentingnya menjaga keamanan dalam berkendara melalui gelang, agar masyarakat dapat lebih menyadari bagaimana kemanan 7
dalam berkendara dapat dimulai dari diri sendiri, untuk nantinya dapat diterapkan dan ditularkan ke orang lain. 1.3 Tujuan Perancangan Skripsi aplikatif ini bertujuan untuk memberikan dukungan kepada pihak terkait dan masyarakat mengenai keamanan dalam berkendara, untuk selanjutnya dapat membangun kesadaran diri masyarakat mengenai keamanan dalam berkendara, yang tidak hanya untuk dirinya sendiri sebagai pengendara, melainkan untuk para pengendara lainnya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Gelang dirasa menjadi media yang tepat, mengingat perancangan ini ditujukan untuk pelajar dan mahasiswa, sehingga dapat dijadikan sebagai media solidaritas sesama pelajar dan mahasiswa untuk membentuk diri yang lebih menghargai keselamatan, dibandingkan bersikap ugal-ugalan dijalan, ketika mengendari kendaraannya. 1.4 Alasan Pemilihan Judul Penulis menggunakan Perancangan Media Kampanye Dalam Meningkatkan Kesadaran Berkendara Untuk Pelajar SMA/K dan Mahasiswa sebagai judul perancangan skripsi aplikatif yang sederhana, untuk memberikan dukungan kepada pihak terkait dan masyarakat mengenai bagaimana keamanan berkendara dapat ditumbuhkan dan dibudayakan oleh masyarakat. Dimana arti kalimat Jadilah Pengendara Hebat disini, dimaksudkan untuk mengingatkan 8
masyarakat, bahwa berkendara bukanlah selalu soal kecepatan, sehingga melalaikan keamanan dan keselamatan diri sendiri dan orang banyak, melainkan bagaimana masyarakat dapat berkendara dengan aman, dapat menghargai keselamatan dirinya sendiri, dan pengguna jalan yang lain sehingga dapat menjadi pelopor keselamatan berkendara. Judul dengan menggunakan Bahasa Indonesia ini pun, dirasa mampu dipahami oleh masyarakat terutama dalam membangun kesadaran masyarakat mengenai keamanan dalam berkendara. 1.5 Manfaat Perancangan 1.5.1 Manfaat Akademis Dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan mengenai perancangan iklan layanan masyarakat di lingkungan Universitas Mercu Buana, khususnya dalam program studi public relations, untuk nantinya dapat dikembangkan dengan lebih baik. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Memberikan edukasi dan gambaran mengenai keamanan dalam berkendara. b. Mengajak masyarakat untuk lebih menyadari bagaimana keamanan dalam berkendara dapat dimulai dari diri sendiri. c. Membangun kesadaran mengenai kemanan dan keselamatan dalam berkendara. 9