BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2002).Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin.kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ega Lestari & Rosyidah, 2011).Kepatuhan adalah ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan (Bastable, 2002).Kepatuhan dapat disimpulkan yaitu suatu prilaku seseorang yang taat terhadap peraturan yang telah ditentukan dalam suatu prosedur. 2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut Niven (2002)faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah: a. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan 17
negara. Tingginya pendidikan seorang perawat dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. b. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). c. ModifikasiFaktor Lingkungan dan Sosial Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari pimpinan Rumah Sakit, kepala perawat, perawat itu sendiri dan teman-teman sejawat.lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan prosedur asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada kinerja perawat, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan d. PerubahanModel Prosedur Program pelaksanan prosedur asuhan keperawatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan perawat terlihat aktif dalam mengaplikasikan prosedur tersebut.keteraturan perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai standar prosedur dipengaruhi oleh kebiasaan perawat menerapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.
e. MeningkatkanInteraksi Profesional Kesehatan Meningkatkan interaksi profesional kesehatan antara sesama perawat (khususnya antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana) adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada perawat. Suatu penjelasan tetang prosedur tetap dan bagaimana cara menerapkannya dapat meningkatkan kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, maka semakin mempercepat proses penyembuhan penyakit klien. f. Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan patuh dalam pemberian asuhan keperawatan (Notoatmodjo, 2007). 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Niven (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi tiga bagian antara lain: a. Pemahaman Tentang Instruksi Tak seorangpun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang di berikan padanya.
b. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. c. Isolasi Sosial dan Keluarga Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan program yang dapat mereka terima. 2.1.4 Stretegi untuk Meningkatkan Kepatuhan Smet (1994) menyatakan berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, diantaranya adalah: a. Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya tehnik komunikasi.komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan, isalnya antara kepala perawatan dengan bawahannya. b. Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga.pasien dan keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien, sehingga perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidak patuhan dapat dikurangi.
c. Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan. d. Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan keperawatan berdasarkan prosedur yang ada membantu meningkatkan kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit ataupun instansi kesehatan lain. 2.5 Prosedur Pemasangan Kateter Urine Peran pearawat juga mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur pemasangan kateter, adapun standar operasional prosedur pemasangan kateter yaitu: a. Mempersiapkan peralatan b. Mempersiapkan pasien (menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pemasangan kateter) c. Mencuci tangan d. Memberikan privasi pada klien e. Menempatkan posisi klien : wanita supinasi dengan lutut di tekuk dan rotasi eksternal, pada pasien laki-laki supinasi tungkai sedikit dibuka f. Memberikan pencahayaan yang adekuat
g. Buka paket kateterisasi dan pasang duk di bawah bokong pada klien wanita atau penis bagi klien laki-laki h. Pasang sarung tangan steril i. Mengatur suplai: 1) rendam kapas pembersih dengan larutan antiseptik, 2) buka larutan pelumas, 3) pindahkan wadah spesimen dan letakkan di dekat klien. j. Hubungkan spuit yang telah terisi aquadest ke pusat penggelembungan kateter sementara dan periksa balon. k. Lumasi kateter (1 sampai 2 inci untuk wanita dan 6 sampai 7 inci untuk laki-laki) dengan jelly l. Membersihkan meatus pada wanita tangan nondominan membuka labia mayora, dan tangan dominan mengambil kapas dengan forseps untuk membersihkan labia mayora dan mengelap satu sisi labia mayora dengan arah anteroposterior dengan hati-hati agar tangan yang steril tidak terkontaminasi, gunakan kapas yang baru untuk sisi berlawanan dan ulangi untuk membersihkan labia minora, gunakan kapas terkhir untuk membersihkan langsung ke atas meatus, sedangkan pada klien laki-laki tangan nondominan untuk memegang penis tepat dibawah glans, pegang penis ke arah atas untuk membantu meluruskan uretra kemudian ambil kapas pembersih dengan forceps di tangan dominan dan lap dari pusat meatus dengan gerakan melingkar ke sekeliling glans dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi dan
pertahankan kesterilan tangan, dan lakukan pembersihan ini sampai tiga kali (penis yang telah dibersihkan tidak boleh dibiarkan jatuh). m. Masukkan kateter: 1) pegang kateter kuat 2 sampai 3 inci dari ujung kemudian anjurkan klien tarik napas dalam dan masukkan kateter pada saat klien menghembuskan napas, 2) masukkan kateter 2 inci lebih jauh setelah urin mulai mengalir ke kateter, 3) apabila kateter menyentuh labia secara tidak sengaja atau tergelincir masuk ke dalam vagina maka kateter dianggap terkontaminasi dan kateter harus diganti dengan yang baru dan steril. n. Pegang kateter dengan tangan nondominan pada klien laki-laki taruh penis ke duk dan pastikan kateter tidak tertarik keluar. o. Gelembungkan balon retensi dengan aquadest steril sesuai ketentuan volume pada label spesifikasi kateter yang di pakai. p. Tampung spesimen jika di perlukan. q. Fiksasi slang kateter ke paha bagian dalam untuk klien wanita dan pada klien laki-laki ke paha atas atau abdomen. r. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih. s. Mengelap area perineum dari sisa antiseptik atau pelumas dan menempatkan klien ke posisi nyaman. t. Bereskan alat dan bahan u. Mendokumentasikan prosedur kateterisasi meliputi: 1) hari, tanggal dan jam pemasangan kateter, 2) tipe dan ukuran kateter yang
digunakan, 3) jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan yang ditemukan (kozier, 2010) 2.6. Prosedur Pemasangan Infus Pemasangan infus dapat dilakukan di pembuluh vena, adapun standar operasional prosedur pemasangan infus menurut kozier et al (2010) yaitu: a. Mempersiapkan peralatan. b. Mempersiapkan pasien (menjelaskan prosedur pemasangan infus dan menjelaskan tujuan) c. Mencuci tangan d. Buka dan siapkan set infus: 1) melepaskan slang dari wadah dan tarik keluar, 2) tutup klem, 3) biarkan ujung slang tertutup dengan plastik sampai infus dipasang. e. Tusuk kantong cairan infus: 1) lepaskan tutup pelindung dari lubang kantong atau botol cairan infus, 2) masukkan penusuk kelubang kantong atau botol cairan infus. f. Gantungkan kantong atau botol cairan infus pada tiang infus, cairan infus tergantung dengan jarak I m dari atas kepala klien. g. Mengisi sebagaian bilik tetes dengan cairan infus. h. Isi slang : 1) lepaskan tutup pelindung dan pertahankan kesterilan ujung slang, 2) lepaskan klem dan biarkan cairan mengalir sampai gelembung dikeluarkan, jentikkan jari untuk membantu mengeluarkan gelembung keluar, 3) klem slang dan pasang kembali tutup slang.
i. Mencuci tangan kembali j. Memilih tempat punksi vena : 1) gunakan tangan klien yang nondominan dan terlihat vena terlihat lurus tidak berkelok-kelok atau sklerosis, 2) letakkan handuk atau perlak di bawah ekstremitas untuk melindungi seprei. k. Dilatasi vena : 1) tempatkan posisi ekstremitas tergantung lebih rendah dari jantung, 2) pasang tourniquet 15 sampai 20 cm di atas tempat punksi l. Pakai sarung tangan bersih dan bersihkan tempat punksi vena dengan swab antiseptik topikal, 2% klorheksidin atau alkohol, melakukan gerakan melingkar dari tengah ke luar, dan biarkan larutan mengering. m. Masukkan kateter dan mulai pemasangan infus: 1) tangan nondominan utnuk menegangkan kulit di bawah tempat penusukan jarum, 2) pegang kateter jarum dengan kemiringan pada sudut 15 sampai 30 derajat, masukkan kateter melalui kulit dan ke dalam vena dalam satu kali dorongan, 3) setelah darah muncul dari lumen jarum atau merasakan kurangnya tahanan, kurangi sudut kateter sampai hampir sejajar dengan kulit dan masukkan kateter lebih jauh sekitar 0,5 sampai 1 cm, pegang jarum dan masukkan kateter sampai pusat kateter berada di tempat punksi vena, 4) lepaskan tourniquet, 5) lepaskan tutup pelindung ujung distal slang dan pegang kuat untuk menghubungkan ke kateter, pertahankan kesterilan ujung kateter, 6) lepaskan dengan
hati-hati jarum, pasang pengaman jarum dan hubungkan ujung slang infus ke slang kateter, 7) mulai infus. n. Mempleter kateter dengan metode U dengan plester dipotong dengan panjang sekitar 7,5 cm : meletakkan satu potong di bawah pusat kateter dengan bagian yang lengket berada di atas, kemudian lipat setiap ujung potongan ke arah atas sehingga bagian yang lengket menempel pada kulit kemudian potongan kedua di atas pusat kateter, dengan bagian yang lengket mengarah kebawah, dan potongan yang ketiga diletakkan di atas pusat slang, dengan yang lengket mengarah ke bawah. o. Pastikan ketepatan aliran infus sesuai dengan dosis yang diberikan. p. Berikan label pada slang dengan tanggal dan waktu pemasangan dan menuliskan inisial perawat yang memasang infus. q. Mendokumentasikan data meliputi: pengkajian, tanggal, waktu, jumlah dan jenis larutan infus yang digunakan.