BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung merupakan suatu lembaga Dinas Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam. dalam satu konsep keilmuan human behavior, semua perilaku manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. wewenang, sampai dengan kepada rincian tugas masing-masing pihak yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, dan pembangunan. Pegawai Negeri Sipil unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Ditahun ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pengembangan organisasi tersebut antara lain, finansial,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. bergulir sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam ilmu pengetahuan, sosial budaya, ekonomi, dan politik.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 96 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS KANTOR PELAYANAN PERIZINAN

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan tempat atau alat dilaksanakannya berbagai kegiatan

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 23 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI POLEWALI MANDAR

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

APA ITU DAERAH OTONOM?

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BAB I PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak. bisnis baru yang berkembang di Indonesia.

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. orang atau lebih yang didasarkan atas tujuan yang ingin dicapai bersama. Suatu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 55 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah. 1 Keberhasilan pemerintahan akan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah atau tempat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. fungsi controlling dalam rangka tercapainya kualitas pelayanan. Tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 92 TAHUN 2016

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 06 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup ini selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Manusia dalam

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 54 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI DINAS PENGAIRAN KABUPATEN BANTUL

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 37 TAHUN 2007

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dalam Mencapai Tujuan Organisasi di Kabupaten Ciamis. Yanti Wulansari ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

BUAPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah harus memiliki produktivitas kerja yang tinggi.

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah dilantik. Bandung mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 99 TAHUN 2016

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari hari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008

PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERBEKALAN FARMASI PADA DINAS KESEHATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan daerah adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerahnya. Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang dilakukan ditingkat daerah, dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Pembangunan Nasional. Pembangunan Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut : Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan Nasional, dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai subsistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Pembangunan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1

2 2008 sebagai perubahan Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, pasal 1 ayat (2) adalah sebagai berikut : Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah baik dibidang pembangunan maupun pemerintahan, Kepala Dinas dibantu oleh perangkat daerah. Adapun unsur-unsur perangkat daerah menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut : Perangkat daerah terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga teknis daerah lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Dari kutipan di atas bisa dilihat bahwa salah satu perangkat daerah yang mempunyai tugas membantu penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah Dinas Daerah. Begitupun dengan Pemerintahan Kota Bandung yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah dengan dibantu Dinas Daerah. Dalam suatu instansi pemerintah maupun swasta sangat diperlukan adanya produktivitas kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja merupakan suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai untuk memperoleh hasil maksimal dimana dalam pelaksanaannya, produktivitas kerja terletak pada faktor manusia sebagai pelaksana kegiatan pekerjaan. Jadi faktor manusia memegang peranan penting dalam mencapai hasil

3 agar sesuai dengan tujuan instansi tersebut, karena betapapun sempurnanya peralatan kerja tanpa adanya tenaga manusia tidak akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, maka perlu adanya peningkatan produktivitas kerja pegawai. Produktivitas kerja menurut Laporan Dewan Produktivitas Nasional 1983 dalam Sedarmayanti (2011:197), dikatakan bahwa produktivitas kerja sering diartikan sebagai sikap mental yang selalu mempunyai pandangan : mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas sebagaimana dikemukakan Sedarmayanti (2011:197), yaitu Produktivitas mengandung pengertian perbandingan terbalik antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Seorang pegawai yang produktif adalah pegawai yang cekatan dan mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai mutu yang ditetapkan dan waktu yang lebih singkat, sehingga akhirnya dapat tercapai tingkat produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Dengan demikian diperlukan adanya komunikasi yang baik antar pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai, agar instansi tersebut dapat berkembang. Untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang baik dan bermutu tinggi, maka diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik, komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar.

4 Salah satu jenis komunikasi yang sangat penting yaitu komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menurut Muhammad (2005:158-159) adalah sebagai berikut : proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi interpersonal termasuk kedalam pidato, komunikasi non verbal, penyimpulan, dan prafrase. Memiliki komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses-proses seperti perdagangan, konseling, pelatihan, bimbingan, dan pemecahan konflik. Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi atau oleh kesombongan, sifat malu, dll. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung merupakan suatu lembaga Dinas Daerah yang ada pada lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang mengemban tugas di bidang ketenagakerjaan. Program-program kerja yang dirancang bertujuan untuk menempatkan, mengawasi tenaga kerja dan mengawasi jalannya perusahaan, sehingga sangat diharapkan kinerja yang optimal yang dapat diwujudkan melalui peranan komunikasi yang efektif supaya dapat memenuhi peran dan fungsinya sebagai aparat pemerintah yang mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara ini. Berdasarkan pengamatan dan wawancara awal yang penulis lakukan pada tanggal 21 November 2013 pukul 09.17 WIB, penulis menduga bahwa belum optimalnya produktivitas kerja pegawai salah satunya dikarenakan kurang

5 efektifnya komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari indikasi-indikasi sebagai berikut: 1. Hubungan pegawai dengan Kepala Dinas maupun antarpegawai kurang terjalin dengan baik dikarenakan diantara pegawai masih memiliki rasa malu dalam berkomunikasi terhadap pegawai lain maupun terhadap Kepala Dinas. 2. Kurangnya sikap terbuka yang dimiliki pegawai sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan kecurangan. 3. Konseling mengenai permasalahan pekerjaan hanya dilakukan oleh sebagian pegawai saja, karena sebagian besar pegawai kurang terbuka terhadap permasalahan pekerjaan, sehingga membuat hasil pekerjaan kurang efektif. 4. Rapat koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung hanya diadakan setahun sekali, dimana koordinasi merupakan salah satu bentuk dari komunikasi interpersonal. 5. Diskusi yang bertujuan untuk memberikan arahan terhadap pegawai dalam menjalankann tugas-tugasnya supaya berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan, hanya diadakan setahun sekali. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung pada tanggal 21 November 2013 pukul 11.05 WIB, dikatakan bahwa penyebab dari kurang optimalnya produktivitas kerja salah satunya adalah faktor komunikasi yang kurang berjalan dengan baik, dimana masih ada pegawai yang kurang akrab dengan pegawai yang lain sehingga menimbulkan suatu kondisi keadaan kerja

6 yang kurang nyaman, selain itu pegawai pun merasa malu untuk bertanya dan mendiskusikan tentang masalah pekerjaan karena ketidak akraban tersebut. Menurut Ibu Lia Amalia salah seorang pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, kurang optimalnya produktivitas kerja juga disebabkan karena jarang sekali ada pengarahan yang memotivasi pegawai oleh Kepala Disnas, kalaupun ada setahun sekali pun kegiatan tersebut jarang dilakukan. Paling hanya arahan-arahan dalam pidato pada upacara apel pagi, itupun tidak setiap hari diadakan upacara apel pagi, hanya hari senin saja dan tidak semua pegawai mengikutinya. Adapun gambaran umum produktivitas kerja yang dapat dilihat dari data evaluasi kinerja program Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013 sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 1.1 Evaluasi Kinerja Program Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013 No Kebijaksanaan Program 1 Sekretariat 1.1. Peningkatan administrasi Pengelolaan administrasi dan umum dan perlengkapan ketatausahaan dilaksanakan 1.2. Peningkatan administrasi secara tertib dan konsisten, keuangan diarahkan untuk 1.3. Peningkatan administrasi meningkatkan kinerja, kepegawaian Nilai Capaian Program (%) 76.00 75.83 79.26

7 efisiensi, dan efektivitas pelayanan terhadap masyarakat. 2 Bidang Pengawasan Pengawasan ketenagakerjaan diarahkan pada perlindungan hak pekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan ketenagakerjaan yang berlaku 3 Bidang PENTA Penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja dilaksanakan melalui informasi pasar kerja yang efektif dan kerjasama antar instansi, badan usaha swasa dan melibatkan peran serta masyarakat 4 Bidang LATTAS Pelatihan dan produktivitas tenaga kerja diarahkan sesuai dengan kebutuhan pasar 1.4. Pengumpulan dan pengelolaan data rencana dan program dinas 2.1. Pembinaan dan pengawasan norma kerja 2.2. Pembinaan dan pengawasan norma keselamatan kerja 2.3. Peningkatan pembinaan dan pengawasan norma kesehatan dan hygiene perusahaan 2.4. Peningkatan pembinaan dan pengawasan norma jamsostek, tenaga kerja anak dan wanita 3.1. Peningkatan informasi pasar kerja (bursa kerja) 3.2. Peningkatan penyaluran perluasan tenaga kerja dalam dan luar negeri 3.3. Pengembangan dan perluasan kerja 3.4. Pembinaan dan pengendalian penggunaan tenaga kerja asing 4.1. Peningkatan produktivitas tenaga kerja 4.2. Peningkatan pelatihan dan produktivitas lembaga 77.38 76.50 74.56 66.76 78.05 62.30 69.68 82.20 79.90 76.30 81.90

8 kerja dan kompetensi kerja, baik dalam maupun luar negeri 5 Bidang HISK latihan kerja 4.3. Peningkatan pembinaan lembaga latihan swasta 4.4. Peningkatan sertifikasi dan lisensi kerja 5.1. Peningkatan pencegahan Pembinaan hubungan dan penyekesaian industrial dan syarat kerja PHK/PHI diarahkan pada tercapainya 5.2. Pengembangan hubungan hubungan industrial yang industrial harmonisasi dan kemajuan 5.3. Peningkatan persyaratan perusahaan dalam rangka kerja menunjang pertumbuhan 5.4. Pengembangan ekonomi daerah kelembagaan kerjasama ketenagakerjaan 6 UPTD BLK 6.1. Pelatihan teknisi sepeda Pendidikan dan pelatihan motor, hantaran, public keterampilan bagi pencari speaking, menjahit, teknisi kerja HP, teknisi hardware computer, radio, amplifier, tape recorder, dan TV 7 UPTD HIPERKES 7.1. Peningkatan higine dan Pelaksanaan sebagian tugas kesehatan lingkungan kerja dinas di bidang higine di Kota Bandung perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja 73.66 60.37 89.54 83.50 76.00 84.11 92.86 60.00 Sumber: Subbagian Pengumpul & Pengolah Data Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung 2013 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung secara keseluruhan dapat dikategorikan berhasil

9 tetapi prosentasi nilai capaian dari kinerja belum optimal, yaitu paling rendah 60.00% dan paling tinggi 92.86%. Menurut Sedarmayanti (2009:71) ada enam faktor yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja yaitu sebagai berikut: 1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim. 2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervise serta keterampilan dalam bentuk industri. 3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja unuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan (quality control circles). 4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. 5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tugas. 6. Kewirausahaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha. Melihat uraian dari indikasi masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul: Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.

10 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi interpersonal antara pegawai dengan Kepala Dinas maupun antara pegawai dengan pegawai kurang terjalin dengan baik. 2. Kesadaran terhadap pentingnya menjalin suatu komunikasi interpersonal yang baik masih kurang dilakukan para pegawai. 3. Masih rendahnya tingkat kerjasama pegawai dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal diantara pegawai. 4. Kurangnya sikap terbuka yang dimiliki pegawai sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan kecurangan dalam melakukan pekerjaan. 5. Kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung untuk meningkatkan komunikasi interpersonal seperti bertukar pikiran, diskusi tentang masalah pekerjaan, dan konseling kegiatan kerja, hanya diadakan maksimal setahun sekali. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis menyatakan rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Berapa besar pengaruh membuka pintu komunikasi yang dilakukan pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 2. Berapa besar pengaruh sopan dan ramah dalam berkomunikasi pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.

11 3. Berapa besar pengaruh keberanian untuk meminta maaf pada saat merasa bersalah yang dilakukan pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 4. Berapa besar pengaruh sikap cepat dan tanggap pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 5. Berapa besar pengaruh sikap penuh perhatian yang dimiliki pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 6. Berapa besar pengaruh sikap jujur dan adil yang dimiliki pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 7. Berapa besar pengaruh komunikasi interpersonal terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal pegawai terhadap produktivitas kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh membuka pintu komunikasi yang dilakukan pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 2. Pengaruh sopan dan ramah dalam berkomunikasi pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 3. Pengaruh keberanian untuk meminta maaf pada saat merasa bersalah yang dilakukan pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.

12 4. Pengaruh sikap cepat dan tanggap pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 5. Pengaruh sikap penuh perhatian yang dimiliki pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 6. Pengaruh sikap jujur dan adil yang dimiliki pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 7. Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 1.5. Kegunaan Penelitian 1.5.1. Kegunaan Teoritis 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah teori-teori dan ilmu Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan produktivitas kerja pegawai. 2. Bagi Lembaga Bagi lembaga kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu atau teori-teori pengembangan ilmu Administrasi Negara. 3. Bagi kalangan akademis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan acuan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana pada Jurusan Administrasi Negara Fakultas

13 Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. 4. Bagi instansi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber teori bagi para pegawai dan dapat mengembangkan ilmu Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan produktivitas kerja. 1.5.2. Kegunaan Praktis 1. Bagi penulis Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisis permasalahan yang terjadi yang ada kaitannya dengan ilmu yang didapat dalam perkuliahan. 2. Bagi lembaga Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu Administrasi Negara. 3. Bagi kalangan akademis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi mereka (mahasiswa) lain yang akan menindak lanjuti penelitian ini dengan mengambil penelitian yang sama dan dengan informan penelitian yang lebih baik.

14 4. Bagi instansi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagi instansi yang terkait untuk dijadikan sumbangan pemikiran bagi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 1.6. Kerangka Pemikiran Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui feedback-nya. Menurut Onong Uchyana Effendy (2003:30) dalam bukunya Komunikasi, Teori dan Praktik mengemukakan bahwa pengertian komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyimpanan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan. Salah satu jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Komunikasi interpersonal menurut Deddy Mulyana (2008:81) Bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Adapun dalam penelitian ini, teori yang dipakai tentang sikap positif dalam berkomunikasi adalah teori Suranto Aw (2011:23-24) yang menyatakan sebagai berikut:

15 1. Membuka pintu komunikasi Dengan membuka pintu komunikasi, berarti kita memiliki komitmen untuk membina kerjasama dan hubungan harmonis. Sebenarnya tidak hanya terjalinnya kerjasama yang kita dapatkan dari upaya membuka pintu komunikasi itu, melainkan juga dapat meningkatkan kedekatan hubungan dengan kolega dan pelanggan. 2. Sopan dan ramah dalam berkomunikasi Penampilan yang sopan dan ramah akan membuat kita lebih aman dalam memulai berkomunikasi ketimbang penuh emosi dan rasa curiga. Komunikan akan lebih senang mendengarkan argumentasi yang disampaikan dengan sopan. Oleh karena itu kita harus membiasakan diri bersikap sopan dan ramah, agar orang lain juga bersikap ramah terhadap kita. Selanjutnya terjadi sikap saling menghargai. 3. Keberanian meminta maaf pada saat merasa bersalah Ketika menyadari bahwa sudah melakukan sebuah kesalahan dalam berkomunikasi maka sebaiknya kita meminta maaf. Dengan begitu maka sebenarnya kita menaruh rasa hormat pada orang lain, dan giliran berikutnya kita pun juga akan dihormatinya. Dan suasana hubungan yang saling menghargai, komunikasi akan menjadi lebih efektif. 4. Cepat dan tanggap Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by function), artinya keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan tersebut harus baik serta dapat dipertanggung-jawabkan, sesuai dengan standar profesi, efisien

16 dan efektif. Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan profesi (by profession) terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, perkantoran atau perusahaan dan masyarakat umum, serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat memberikan manfaat dan berguna baik bagi dirinya maupun bagi perkantoran dan orang lain. 5. Penuh Perhatian Apabila memiliki perhatian yang baik terhadap seseorang maka otomatis akan memahami karakteristiknya, dan dengan demikian dapat mengusahakan proses komunikasi yang menyenangkan kedua belah pihak, tanpa melanggar etika dan tata karma. 6. Bertindak jujur dan adil Kejujuran merupakan prinsip professional yang penting. Ditunjuk oleh sifat jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, tidak menyombongkan diri, serta berusaha terus untuk mengembangkan diri dalam peningkatan keahlian dan keterampilan professional. Penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang atau sekelompok kecil orang. Dengan terciptanya komunikasi interpersonal yang baik maka akan terjalin suatu kerja sama yang baik di dalam organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Komunikasi interpersonal yang dilakukan diarahkan pada produktivitas kerja pegawai. Produktivitas menurut Dermawan Wibisono (2011:147) merupakan pengukuran kontribusi pegawai bagi perusahaan dan ukuran kaji

17 banding yang mengidentifikasi efisiensi dan efektivitas perusahaan atau organisasi. Selanjutnya produktivitas menurut Hasibuan (2007:126) mengemukakan produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Selain itu produktivitas sebagaimana yang diungkapkan oleh Sedarmayanti (2011 : 203) yaitu sebagai berikut : Produktivitas mengandung pengertian perbandingan terbalik antara hasil yang dicapai (ouput) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas total merupakan rasio antara efektivitas dan efisiensi dari berbagai sumber daya yang ditujukan untuk mencapai keluaran organisasi semaksimal mungkin dengan biaya seminimal mungkin dalam suatu satuan waktu tertentu dan memiliki kualitas hasil tertentu. Produktivitas kerja menurut Sedarmayanti (2011:203) memiliki tiga dimensi, yaitu sebagai berikut: 1. Efektivitas Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum efisiensi meningkat. 2. Efisiensi Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang

18 sebenarnya terlaksana. Apabila masukan yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi, tetapi semakin kecil masukan yang dapat dihemat sehingga semakin rendah tingkat efisiensi. Pengertian efisiensi disini lebih berorientasi kepada masukan sedangkan masalah keluaran (output) kurang menjadi perhatian utama. 3. Kualitas Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan harapan. Konsep ini dapat hanya berorientasi kepada masukan, keluaran, atau keduanya. Disamping itu kualitas juga berkaitan dengan proses produksi yang akan berpengaruh pada kualitas hasil yang dicapai secara keseluruhan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Sedarmayanti (2011:203) dan dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan suatu upaya untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Sedangkan produktivitas kerja adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari berbagai sumber daya atau faktor produksi yang digunakan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan waktu yang telah ditentukan dengan adanya peran serta tenaga kerja atau pegawai. Dengan demikian penulis dapat mengatakan bahwa pengertian produktivitas memiliki tiga dimensi yakni efektivitas, efisiensi, dan kualitas. Dimana efektivitas berkaitan dengan tingkat kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,

19 kuantitas dan waktu. Efisiensi berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Berdasarkan pada teori-teori yang diungkap para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan apabila komunikasi interpersonal meningkat maka akan ada pengaruh positif kepada produktivitas kerja pegawai. Berikut adalah desain penelitian Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung: KOMUNIKASI INTERPERSONAL (Variabel X) PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Variabel Y) Sub Variabel X : Sub Variabel Y : 1. Membuka pintu komunikasi 1. Efektivitas 2. Sopan dan ramah dalam 2. Efisiensi berkomunikasi 3. Kualitas 3. Keberanian meminta maaf Pada saat merasa bersalah 4. Cepat dan tanggap 5. Penuh perhatian 6. Bertindak jujur dan adil (Suranto Aw, 2011:23-24) (Sedarmayanti, 2011:203) Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

20 1.7. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah : Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawabaan teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik. Bertitik tolak dari kerangka pemikiran tersebut di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal pegawai terhadap produktivitas kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. Skala pengukuran untuk kedua variable adalah likert, dan dicari korelasinya dengan menggunakan koefisien Rank Sparman, adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut: 1. H1 = pengaruh membuka pintu komunikasi oleh pegawai (X1), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara membuka pintu komunikasi oleh pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 2. H2 = pengaruh sopan dan ramah dalam berkomunikasi (X2), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara sopan dan ramah dalam berkomunikasi

21 terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Bandung. 3. H3 = pengaruh keberanian meminta maaf pada saat merasa bersalah (X3), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara keberanian meminta maaf pada saat merasa bersalah terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 4. H4 = pengaruh cepat dan tanggap (X4), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara cepat dan tanggap terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 5. H5 = pengaruh sikap penuh perhatian (X5), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap penuh perhatian terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 6. H6 = pengaruh bertindak jujur dan adil (X6), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara bertindak jujur dan adil terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 7. H7 = pengaruh komunikasi interpersonal (X), produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung (Y). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal terhadap produktivitas kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.