PERCOBAAN GERAK PARABOLA DENGAN PAPAN SELUNCUR

dokumen-dokumen yang mirip
Mahasiswa memahami konsep gerak parabola, jenis gerak parabola, emnganalisa dan membuktikan secara matematis gerak parabola

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

Lembar Kegiatan Siswa

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

GERAK PARABOLA. Nama Kelompok : Kelas : Anggota Kelompok : Semester/ tahun Ajaran : A. Petunjuk Belajar

GERAK PELURU (GERAK PARABOLA)

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Mahasiswa memahami konsep tentang gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

HUBUNGAN GERAK PARABOLA DENGAN OLAHRAGA ATLETIK LEMPAR LEMBING

Gerak Parabola Gerak Peluru

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR ABDUL AZIZ N.R (K ) APRIYAN ARDHITYA P (K )

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

Fisika Umum (MA-301) Gerak Linier (satu dimensi) Posisi dan Perpindahan. Percepatan Gerak Non-Linier (dua dimensi)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

Antiremed Kelas 11 FISIKA

KINEM4TIK4 Tim Fisika

Usaha Energi Gerak Kinetik Potensial Mekanik

USAHA, ENERGI & DAYA

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Fisika Dasar 9/1/2016

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 2) Gerak Linier (satu dimensi) Gerak Non-Linier (dua dimensi)

S M A 10 P A D A N G

Antiremed Kelas 11 FISIKA

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

2.2 kinematika Translasi

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

Wardaya College. Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Part II

Doc. Name: XPFIS0201 Version :

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN

Uji Kompetensi Semester 1

Gerak Jatuh Bebas. Sehingga secara sederhana persaman GLBB sebelumya dapat diubah menjadi sbb:

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB

K13 Revisi Antiremed Kelas 10

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

Lampiran 1 RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN SMP KATOLIK SANTA KATARINA Tahun Pelajaran Mata Pelajaran : FISIKA. Materi Pokok : BAB VII (Gerak)

Antiremed Kelas 11 FISIKA

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

LATIHAN USAHA, ENERGI, IMPULS DAN MOMENTUM

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

BAB I PENDAHULUAN. hukum newton, baik Hukum Newton ke I,II,ataupun III. materi lebih dalam mata kuliah fisika dasar 1.Oleh karena itu,sangatlah perlu

m dan t A. tepat bernilai B. tidak bisa bernilai lebih dari x atau t C. tidak bisa bernilai kurang dari x D. bisa bernilai kurang atau lebih dari x

ANALISA KESALAHAN KONSEP PADA FILM KARTUN

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

9/26/2011 PENYELESAIAN 1 PENYELESAIAN NO 2

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Fisika Dasar I (FI-321)

Kinematika Gerak Proyektil

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel).

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB

BAB 13 MOMEN INERSIA Pendahuluan

Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

1. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) 2. GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB) 3. GERAK VERTIKAL 4. GERAK JATUH BEBAS 5. GERAK PARABOLA

MATERI gerak lurus GERAK LURUS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya.

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI

Kinematika Dwi Seno K. Sihono, M.Si. - Fisika Mekanika Teknik Metalurgi dan Material Sem. ATA 2006/2007

FIsika USAHA DAN ENERGI

Fisika Dasar I (FI-321)

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan)

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa.

GLB - GLBB Gerak Lurus

Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan aplikasi analisis video tracker

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA

BAB 9 T U M B U K A N

Antiremed Kelas 10 Fisika

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

BAB KINEMATIKA KINEMA

Antiremed Kelas 10 Fisika

PETA KONSEP GERAK VERTIKAL KEATAS GERAK VERTIKAL KEBAWAH GERAK VERTIKAL GERAK JATUH BEBAS

GAYA DAN HUKUM NEWTON

MAKALAH OSN PTI 2010 BIDANG FISIKA LINTASAN GERAK BOLA YANG MEMILIKI SPIN

Setiap benda yang bergerak akan membentuk lintasan tertentu. GERAK LURUS

6. Berapakah energi kinetik seekor nyamuk bermassa 0,75 mg yang sedang terbang dengan kelajuan 40 cm/s? Jawab:

Xpedia Fisika. Soal Mekanika

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Saran Perbaikan Validasi SARAN PERBAIKAN VALIDASI. b. Kalimat soal

Transkripsi:

PERCOBAAN GERAK PARABOLA DENGAN PAPAN SELUNCUR Lestari Nanjanee, Hilda Izzatuz Zulfa, Alkomah SMP Takhasus Wonosobo lestarinanjanee@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh sudut elevasi terhadap ketinggian maksimum (Y) dan jarak horizontal maksimum (X), ) pengaruh kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum (Y) dan jarak horizontal maksimum (X). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, kemudian alat dan bahan yang digunakan adalah gergaji, tatah kayu, bor kayu, paku, trek lintasan, busur, penggaris, serbuk gergaji, bola bekel, balok ukur, kayu (papan), triplek. Berdasarkan percobaan, di dapatkan hasil: 1) Besarnya sudut elevasi mempengaruhi besarnya ketinggian maksimum (Y) dan tidak terlalu berpengaruh terhadap jarak horizontal maksimum (X). ) Besarnya kecepatan awal mempengaruhi besarnya jarak horizontal maksimum (X) dan ketinggian maksimum (Y). Kata kunci:pengaruh, gerak, sudut elevasi, kecepatan awal, gerak lurus, gerak parabola PENDAHULUAN Fisika adalah ilmu yang kebenaranya didasarkan oleh hasil pengamatan. Suasana berkarya menjadi semarak jika peralatan yang digunakan untuk mengungkap teori maupun hukum fisika dapat dengan mudah ditemukan. Fasilitas dan tenaga diperlukan untuk memudahkan interaksi antara eksperimen dan teori yang dapat dikerjakan ditempat yang sama. Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses pembelajaranya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkunganya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehingga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuanya serta berubah perilakunya. Pada dasarnya banyak hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep fisika misalnya olahraga. Sepak bola merupakan olahraga paling digemari di seluruh dunia, tetapi sedikit dari kita memahami konsep atau aplikasi fisika di sepak bola. Salah satu ciri khas dari pertandingan sepak bola adalah tendangan. Menurut hukum fisika, gerakan bola akan menimbulkan aliran udara disekitarnya, semakin cepat udara mengalir, semakin kecil tekananya. Tanpa disadari permainan sepak --- ( 188 ) ---

bola terdapat konsep fisika tentang gerak parabola. 1 Istilah gerak biasa kita dengar, bahkan setiap saat kita melakukanya, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali aktivitas kita tidak pernah lepas dari yang namanya gerak. Telah dipahami bahwa, setiap benda yang bergerak akan membentuk lintasan tertentu. Berdasarkan lintasan inilah gerak dibedakan menjadi gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola atau dikenal juga dengan istilah gerak peluru. Gerak parabola merupakan salah satu contoh gerak lengkung dengan kecepatan tetap. Gerak ini adalah perpaduan antara gerak lurus beraturan dalam bidang horizontal dengan gerak lurus berubah beraturan dalam bidang vertikal. Gerak peluru merupakan gerak dua dimensi dari partikel yang dilemparkan miring ke udara, misalnya gerak bola ketika ditendang. Pada gerak ini, pengaruh gesekan dengan udara dianggap tidak ada atau diabaikan. Ketika bola ditendang dengan membentuk sudut tertentu yang disebut sudut elevasi, lintasan yang ditempuh bola tersebut berupa garis lengkung atau parabola. Pada gerak parabola, gerak benda pada arah vertikal atau sumbu y dipengaruhi oleh percepatan konstan, yaitu percepatan gravitasi bumi maka pada arah sumbu y terjadi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Sementara itu, Gerak Lurus 1 Halliday dan Resnick, Fisika Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1998, hal. 56 Giancoli, Fisika Dasar Edisi Kelima Jilid I,(Jakarta: Erlangga, 1), hal. 15 Beraturan (GLB)terjadi pada arah sumbu x karena pada arah ini tidak ada percepatan. Pemahaman konsep tentang gerak parabola diperlukan suatu alat yang dapat mengkongkritkan teori gerak parabola,sehingga diharapkan analisistentang gerak parabola akan lebih mudah. Dalam percobaan ini akan dihasilkan alat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh sudut elevasi terhadap ketinggian maksimum (Y) dan jarak horizontal maksimum (X), serta untuk mengetahui pengaruh kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum (Y) dan jarak horizontal maksimum (X). Konsep dasar gerak parabola merupakan konsep yang sangat abstrak, sehingga untuk memahaminya siswa merasa kesulitan. Permasalahn tersebutperlu diberikanrangsanganyang bisa meningkatkan daya imaginasi siswa untuk menangkap sesuatu hal yang bersifat abstak. Rangsangan tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya yaitu mengajak siswa untuk melakukan praktik langsung tentang konsep yang ingin disampaikan. Praktikum dilaksanakan tidak harus menggunakan alatalat canggih yang harganya mahal, tetapi bisa dari peralatan yang sederhana. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba membuat alat sederhana untuk membantu siswa tentang konsep dasar gerak parabola, yaitu dengan membuat gerak parabola dengan papan seluncur. Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan.titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat.gerak bersifat relatif artinya gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya.benda yang bergerak dapat dikatakan tidak bergerak, sebagai --- ( 189 ) ---

contoh meja yang ada di bumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada di bumi.tetapi bila matahari yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama bumi mengelilingi matahari. 3 Contoh lain gerak relatif adalah B menggedong A dan C diam melihat B berjalan menjauhi C. Menurut C maka A dan B bergerak karena ada perubahan posisi keduanya terhadap C. Sedangkan menurut B adalah A tidak bergerak karena tidak ada perubahan posisi B terhadap A. Disinilah letak kerelatifan gerak. Benda B yang dikatakan bergerak oleh C ternyata dikatakan tidak bergerak oleh A. Lain lagi menurut A dan B maka C telah melakukan gerak semu. Gerak semu adalah benda yang diam tetapi seolah-olah bergerak karena gerakan pengamat.contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita naik mobil yang berjalan maka pohon yang ada dipinggir jalan kelihatan bergerak.ini berarti pohon telah melakukan gerak semu. Gerakan semu pohon ini disebabkan karena kita yang melihat sambil bergerak Pembagian Gerak bedasarkan lintasannya gerak dibagi menjadi 3, yaitu: gerak lurus (gerak yang lintasanya berbentuk lurus), gerak parabola (gerak yang lintasanya berbentuk parabola), gerak melingkar (gerak yang lintasanya berebntuk lingkaran). Sedangkan berdasarkan percepatanya gerak dibagi menjadi yaitu gerak beraturan (gerak yang percepatanya sama dengan nol atau gerak yang percepatanya konstan), 3 Hugh D. Young, dkk, Fisika Universitas, Edisi Kesepuluh Jilid Terjemahan, (Jakarta: Erlangga, 1), hal. 145. gerak berubah beraturan (gerak yang percepatanya konstan atau gerak yang kecepatanya berubah secara teratur). Gerak parabola merupakan salah satu gerak yang paling penting selain gerak melingkar dalam fisika dasar, hal ini karena natural benda akan mengalami gerak parabola ketika dilempar dengan sudut tertentu diudara. Contoh dari gerak parabola adalah gerak roket atau gerak peluru, gerak bola golf, gerak anak panah yang lepas dari busurnya, dan gerak komet. Gerak parabola merupakan gabungan dua macam gerak yaitu gabungan antara gerak lurus beraturan pada arah mendatar (arah x) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) diperlambat dalam arah vertikal (arah y), diperlambat karena adanya gaya tarik bumi yang menyebabkan sebuah benda bergerak secara parabolic Gerak Parabola atau gerak peluru merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya diberi kecepatan awal lalu menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi. Karena gerak parabola termasuk dalam pokok bahasan kinematika (ilmu fisika yang membahas tentang gerak benda tanpa mempersoalkan penyebabnya)maka pada pembahasan ini gaya sebagai penyebab gerakan benda diabaikan, demikian juga gaya gesekan udara yang menghambat gerak benda. Hanya meninjau gerakan benda tersebut setelah diberikan kecepatan awal dan bergerak dalam lintasan melengkung dimana hanya terdapat pengaruh gravitasi. Kata peluru yang dimaksudkan di sini hanya istilah, bukan peluru pistol, senapan atau senjata lainnya.dinamakan gerak peluru --- ( 19 ) ---

karena mungkin jenis gerakan ini mirip gerakan peluru yang ditembakkan. Gerak parabola dipandang sebagai gerak lurus beraturan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan gerak lurus berubah beraturan pada sumbu vertical secara terpisah.tiap gerak ini tidak saling memengaruhi tetapi gabungannya tetap menghasilkan gerak parabola. METODE Penelitian inidilakukan di Laboratorium Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur an Jawa Tengah di Wonosobo.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran berulang dengan menggunakan dua variasi yaitu pada sudut elevasi (α) dan kecepatannya v untuk mengetahui nilai X dan Y. Teknik Analisis Data dalam penelitian ini: (1) Dengan perhitungan yaitu dengan variasi sudut elevasi (α) dan kecepatan tetap v, terlebih dahulu menentukan besarnya (α) yang diubah-ubah dan v dengan ketinggian tetap, kecepatan dipengaruhi oleh ketinggian. Selanjutnya menentukan besarnya v yang diubah-ubah dan (α) tetap. Masing-masing percobaan dilakukan lima kali, sehingga didapatkan lima data, kemudian dirata-rata untuk hasil pengamatan X dan Y. Kemudian membandingkan data pengamatan yang dilakukan dengan hasil analisis data kuantitatif. () Dengan menggambar grafik, yaitu analisis yang akan dilakukan dengan membuat grafik hubungan pengaruh sudut elevasi dan kecepataan awal terhadap ketinggian maksimum (X) dan jarak horizontal maksimum (Y) dengan aplikasi Microsoft Excel. Selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk mendapatkan persamaan garis dan nilai regresi dari kedua variabel tersebut (sudut elevasi (α) dan kecepatan awal V ). Persamaan garis regresinya adalah y = a + bxdan dihitung nilai regresinya (R ) sehingga didapatkan berapa % ukuran sudut elevasi dan kecepatan awal yang mempengaruhi ketinggian maksimum (Y) dan jarak horizontal maksimum (X). HASIL DAN PEMBAHASAN Data Hasil Pengamatan X 1. Pengukuran berubah,v tetap (pada ketinggian h = 3 cm =,3 m) Tabel 1. Pengukuran berubah, v tetap pada x Percobaan ke- = 3 = 35 = 4 = 45 = 5 1 43 1 cm 43 1 cm 44 1 cm 45 1 cm 44 1 cm 44 1 cm 43 1 cm 45 1 cm 45 1 cm 44 1 cm 3 44 1 cm 43 1 cm 45 1 cm 45 1 cm 45 1 cm 4 43 1 cm 4 1 cm 45 1 cm 45 1 cm 45 1 cm 5 43 1 cm 4 1 cm 44 1 cm 44 1 cm 45 1 cm --- ( 191 ) ---

Jumlah 17 13 3 4 3 Rata-rata (cm) 43,4 4,6 44,6 44,8 44,6 Rata-rata (m),434,46.446,448,446. Pengukuran tetap 3, v berubah (pada ketinggian h = 45 cm) Tabel. Pengukuran tetap, v berubah pada x Percobaan ke- h=58 cm h=5 cm h=46 cm h=4 cm h=34 cm 1 7 1 cm 68 1 cm 57 1 cm 56 1 cm 48 1 cm 74 1 cm 64 1 cm 59 1 cm 55 1 cm 49 1 cm 3 7 1 cm 66 1 cm 6 1 cm 53 1 cm 48 1 cm 4 7 1 cm 66 1 cm 57 1 cm 53 1 cm 48 1 cm 5 7 1 cm 68 1 cm 59 1 cm 56 1 cm 48 1 cm Jumlah 356 33 94 73 41 Rata-rata (cm) 71, 66 58,8 54,6 48, Rata-rata (m),71,66,588,546,48 Data Hasil Pengamatan Y 1. Pengukuran berubah, v tetap (pada ketinggian h = 3 cm =,3 m) Tabel 3. Pengukuran berubah, v tetap pada y Percobaan ke- = 3 = 35 = 4 = 45 = 5 1 5 1 cm 5 1 cm 7 1 cm 11 1 cm 15 1 cm 5 1 cm 5 1 cm 7 1 cm 11 1 cm 14 1 cm 3 4 1 cm 5 1 cm 7 1 cm 1 1 cm 15 1 cm 4 4 1 cm 5 1 cm 8 1 cm 1 1 cm 15 1 cm 5 4 1 cm 5 1 cm 7 1 cm 11 1 cm 13 1 cm Jumlah 5 36 57 7 Rata-rata (cm) 4,4 5 7, 11,4 14,4 Rata-rata (m),4,5,7,114,144. Pengukuran tetap 3, v berubah (pada ketinggian h = 45 cm) Tabel 4. Pengukuran tetap, v berubah pada y Percobaan ke- h=58 cm h=5 cm h=46 cm h=4 cm h=34 cm 1 9 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 1 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 3 1 1 cm 1 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 8 1 cm 4 1 1cm 1 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 9 1 cm 5 1 1 cm 9 1 cm 8 1 cm 8 1cm 8 1 cm Jumlah 49 47 46 44 43 Rata-rata (cm) 9,8 9,4 9, 8,8 8,6 Rata-rata (m),98,94,9,88,86 --- ( 19 ) ---

Jarak (m) Tabel Perbandingan Tabel 5. berubah, v tetap (pada ketinggian h = 3 cm =,3 m) pada X dan Y No. Sudut Elevasi X Pengamatan X Perhitungan Y Pengamatan Y Perhitungan 1. 3,434,4,14,15. 35,46,48,114,17 3. 4,446,4,7,88 4. 45,448,4,5,7 5. 5,446,371,4,53 Tabel6. Pengukuran tetap 3, v berubah (pada ketinggian h = 45 cm) pada X dan Y No. Ketinggian (h) X Pengamatan X Perhitungan Y Pengamatan Y Perhitungan 1.,58,71,717,98,1.,5,66,643,94,9 3.,46,588,569,9,84 4.,4,546,494,88,71 5.,34,48,4,86,6 Dalam penelitian ini, memberikan gambaran bagaimana pola perubahan X dan Y dengan variasi sudut elevasi dan kecepatan awal.berikut analisis grafik: 1. berubah, v tetap (pada ketinggian h = 3 cm) pada X,455,45,445,44,435,43,45,4 y =.9x +.43 R² =.575 4 6 Sudut Elevasi Gambar 1.Pengaruh sudut elevasi terhadap jarak horizontal maksimum. tetap 3, v berubah-ubah pada X --- ( 193 ) ---

Ketinggian Maksimum (m) Ketinggian Maksimum (m) Jarak (m),8,7,6,5,4,3,,1 y =.96x +.1575 R² =.9954 5 1 Kecepatan Awal Gambar.Pengaruh kecepatan awal terhadap jarak horizontal maksimum Gambar 3.pengaruh sudut elevasi terhadap ketinggian maksimum 4. tetap 3, v berubah-ubah pada Y,1,98,96,94,9,9,88,86,84 y =.5x +.686 R² =.9868 5 1 Kecepatan Awal Gambar 4.Pengaruh kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum 3. berubah, v tetap 3 cm =,3 m pada Y,16,14,1,1,8,6,4, y =.53x -.18 R² =.9588 4 6 Sudut Elevasi Pembahasan 1. Pengaruh sudut elevasi dan kecepatan awal terhadap jarak horizontal maksimum (X) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh data pada gambar 1. Dari grafik tersebut dapat diperoleh analisis regresi berupa garis polinom dengan persamaan y=.x +.43 dan R =.575 yang menunjukan bahwa besar-kecilnya sudut elevasi yang diberikan tidak mempengaruhi besarnya jarak horizontal maksimum. Hal ini dapat dilihat ketika sudut 3 diperoleh jarak sebesar,434 m, ketika sudut 35 diperoleh jarak sebesar,46 m, ketika sudut 4 diperoleh jarak sebesar,446 m, ketika sudut 45 diperoleh jarak sebesar,448 m dan ketika sudut 5 diperoleh jarak sebesar,446 m. --- ( 194 ) ---

Dari analisis regresi juga dapat diketahui seberapa pengaruh sudut elevasi terhadap jarak horizontal maksimum y =.x +.43 dan R =.575 artinya dari 57,5% dari seluruh variasi sudut elevasi yang dapat dijelaskan oleh regresi dan masih ada 4,5% yang tidak dapat diterangkan oleh model yang kita gunakan. Kemudian berdasarkan pada gambar.diperoleh analisis regresi berupa garis polinom dengan persamaan y =.9x +.157 dan R =.995 yang menunjukan bahwa besar-kecilnya kecepatan awal mempengaruhi besarnya jarak horizontal maksimum. Hal ini dapat dilihat ketika ketinggian 58 cm diperoleh jarak,71 m, ketika ketinggian 5 cm diperoleh jarak,66 m, ketika ketinggian 46 cm diperoleh jarak,588 m, ketika ketinggian 4 cm diperoleh jarak,546 m, dan ketika ketinggian 34 cm diperoleh jarak,48 m. Dari analisis regresi ini dapat diketahui seberapa pengaruh kecepatan awal terhadap jarak horizontal maksimum y =.9x +.157 dan R =.995 artinya dari 99,5% dari seluruh variasi kecepatan awal dapat diterangkan oleh model regresi yang kita gunakan. Hasil dari analisis regresi tentang pengaruh sudut elevasi dan kecepatan awal terhadap jarak maksimum (X) sesuai dengan teori yang di kaji, yaitu jatuhnya lemparan bola tergantung pada kecepatan awal bola saat lepas dari tangan, menunjukkan bahwa besarnya kecepatan awal mempengaruhi jarak horizontal maksimum yang dicapai. Sedangkan pada sudut elevasi tidak mempengaruhi besarnya jarak horizontal maksimum yang dicapai. Berdasarkan rumus: x v sin gx. max max sin g v Nilai sinus maksimum (yakni 1) tercapai pada sudut 9, atau = 9, sehingga sudut yang diperlukan untuk mencapai jarak maksimum terjauh adalah 45. Dengan menggunakkan rumus dan bantuan program Microsoft Excel grafik menunjukkan bahwa pada sudut 45, jangkauan maksimum adalah paling jauh.. Pengaruh sudut elevasi dan kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum (Y) Berdasarkan Gambar 3. diperoleh analisis regresi yang berupa garis polynom dengan persamaan y =.5x.18 dan R =.958, menunjukkan bahwa semakin besar sudut elevasi yang digunakan maka semakin besar pula ketinggian maksimum yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat ketika sudut 3 diperoleh ketinggian,14 m, ketika sudut 35 diperoleh ketinggian,114 m, ketika sudut 4 diperoleh ketinggian,7 m, ketika sudut diperoleh ketinggian,5 m, dan ketika sudut 5 diperoleh ketinggian,4 m. Dari analisis regresi juga dapat diketahui pengaruh besarnya sudut elevasi terhadap ketinggian maksimum dengan persamaan y =.5x.18 dan R =.958 yang artinya 95,8% dari seluruh variasi sudut elevasi dapat diterangkan oleh model regresi yang digunakkan. Kemudian pada gambar 4.diperoleh analisis regresi yang berupa garis polynom --- ( 195 ) ---

dengan persamaan y =.x +.68 dan R =.986 menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan awalnya semakin besar juga ketinggian maksimum yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat ketika h=58 cm diperoleh ketinggian,98 m, ketika h=5 cm diperoleh ketinggian,94 m, ketika h=46 cm diperoleh ketinggian,9, ketika h=4 cm diperoleh ketinggian,88 cm, dan ketika h=34 cm diperoleh ketinggian,86 cm. Dari analisis regresi juga dapat diketahui pengaruh besar kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum dengan persamaan y =.x +.68 dan R =.986 yang artinya 98,6% dari seluruh variasi kecepatan awal dapat diterangkan dengan model regresi yang kita gunakan. Hasil dari analisis regresi tentang pengaruh sudut elevasi dan kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum (Y) sesuai dengan teori yang di kaji, yaitu di tinjau dari sumbu y, gerak benda diklasifikasikan gerak lurus berubah beraturan (GLBB).Pada GLBB benda memiliki percepatan tetap dan gerak dalam suatu garis lurus sehingga kecepatan berubah-ubah secara teratur.hal tersebut dapat dibuktikan dalam percobaan kami yaitu semakin besar sudut elevasi dan kecepatan awal mempengaruhi besarnya ketinggian maksimum gerak parabola. Kesimpulan PENUTUP Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh besarnya sudut elevasi terhadap ketinggian maksimum (Y) yaitu pada Y 1 =,4 m; Y =,5 m; Y 3 =,7 m; Y 4 =,114 m; Y 5 =,144 m dan tidak berpengaruh terhadap jarak horizontal maksimum (X) yaitu pada X 1 =,434 m; X =,46 m; X 3 =,446 m; X 4 =,448 m; X 5 =,446 m. Sudut elevasi mempengaruhi besarnya ketinggian maksimum karena secara teori semakin semakin besar kecepatan awal maka ketinggian maksimum semakin besar, sudut elevasi tidak berpengaruh terhadap jarak horizontal maksimum karena pada jarak horizontal maksimum kecepatanya nol.. Terdapat pengaruh besarnya kecepatan awal terhadap ketinggian maksimum (Y) yaitu pada Y 1 =,98 m; Y =,94 m; Y 3 =,9 m; Y 4 =,88 m; Y 5 =,86 m dan berpengaruh terhadap jarak horizontal maksimum (X) yaitu pada X 1 =,71 m; X =,66 m; X 3 =,588 m; X 4 =,546 m; X 5 =,48 m. kecepatan awal berpengaruh terhadap ketinggian maksimum dan jarak horizontal maksimum karena dipengaruhi jarak dan waktu. DAFTAR PUSTAKA Giancoli C. Doughlas. 1. Fisika Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga Halliday & Resnick. 1998. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga Ishaq Mohammad. 7. Fisika Dasar Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu Umar Efrizon. 8. Buku Pintar Fisika. Jakarta: IKAPI --- ( 196 ) ---

Young, Hugh D., dkk. 1. Fisika Universitas, Edisi Kesepuluh Jilid Terjemahan. Jakarta: Erlangga http://laptuntan parabola.pdf file.wordpress.com.gerak http://alljabbar.wordpress.com.gerak.htm http://vaniagita.blogspot.co.id.sudut elevasi.htm http://fitriwe.blogspot.com.jenis parabola.htm gerak --- ( 197 ) ---