Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

KONTRIBUSI LAHAN PEKARANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

Diah Rina K. Seminar Dosen Fakultas Pertanian UMY 21 Mei 2016

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kesehatan, perbaikan ekonomi, penyediaan sandang, serta lapangan kerja. Kegiatan. adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

GUBERNUR SUMATERA BARAT

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

I. PENDAHULUAN. rumah tangga. Menurut (Hanafie, 2010) ketahanan pangan bagi suatu negara

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

Ketahanan Pangan Masyarakat

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

5 / 7

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

IV. METODE PENELITIAN

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jalan Kayuambon no 80 Lembang - Bandung Email : fathbian@yahoo.com Abstrak Tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, namun hal itu tidak cukup karena kabutuhan pangan di tingkat rumah tangga/individu harus terpenuhi juga. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga/individu dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh seluruh anggota. Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dibangun dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kawasan Rumah Pangan dapat dilakukan di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Di wilayah perkotaan umumnya memiliki lahan pekarangan dengan luasan yang sempit. Salah satu fungsi lahan pekarangan adalah sebagai sumber pendapatan harian, dengan demikian lahan pekarangan memberikan kontribusi terhadap pengeluaran rumah tangga pelaksana kegiatan. Kajian ini bertujuan untuk memberikan informasi pemanfaatan lahan pekarangan dan kontribusinya terhadap pengeluaran pangan rumah tangga. Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi pada tahun 2014, dan pengambilan data pada bulan Mei sampai dengan Desember 2014. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan terhadap: 1) Keragaman Jenis tanaman yang ditanam; 2) Pola Pangan Harapan (PPH) ; 3) Kontribusi M-KRPL terhadap pengeluaran pangan rumah tangga. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh adalah: 1) Keragaman jenis tanaman yang ditanam di lahan pekarangan responden adalah tanaman sayuran (sayuran daun, sayuran merambat dan sayuran buah); tanaman rempah dan obat; tanaman buah dan tanaman hias, 2) Terjadi peningkatan skor Pola Pangan Harapan sebesar 7,28% yaitu dari 74,2% menjadi 79,60%, 3) Pemanfaatan lahan pekarangan sudah berkontribusi terhadap biaya pengeluaran pangan keluarga rata-rata sebesar 10,1% per bulan. Kata kunci : Kontribusi, pekarangan, rumah tangga Pendahuluan Lahan pekarangan telah lama dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber pangan. Dari waktu ke waktu, peran pekarangan sebagai sumber pangan terus menurun sejalan dengan semakin sempitnya lahan pekarangan akibat pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesejahteraan dan kecenderungan diferensiasi/spesialisasi pekerjaan, semakin mudahnya memperoleh bahan pangan di pasar, serta terjadinya perubahan selera masyarakat. Saat ini aspek estetika dalam penataan pekarangan menjadi lebih dominan. Peran lahan pekarangan sebagai pemasok bahan pangan, dalam beberapa tahun terakhir kembali dimunculkan oleh pemerintah sebagai respon dari meningkatnya ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim global serta tingginya laju pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan. Kesadaran masyarakat terhadap keseimbangan gizi dan perlunya penyediaan bahan pangan sehat bagi keluarga juga mendorong menguatnya upaya memfungsikan kembali lahan pekarangan sebagai sumber pangan. Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penyedia bahan pangan potensial bagi keluarga pada dasarnya merupakan salah satu wujud peningkatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1751

Lahan maupun tanah mempunyai daya tarik sendiri baik sebagai investasi, tempat tumbuh bagi komoditas-komoditas yang diusahakan, maupun yang lebih umum dan mendasar yaitu sebagai tempat hunian atau rumah tinggal. Nugroho (2012) menilai lahan sebagai modal yang dapat memberikan manfaat baik secara langsung ( use value) maupun tidak langsung ( non use value). Di beberapa wilayah baik perdesaan maupun perkotaan, masih banyak lahan pekarangan yang belum dioptimalkan untuk usaha produktif pertanian. Hal tersebut antara lain karena terbatasnya tenaga kerja pertanian, informasi dan inovasi teknologi spesifik lokasi. Padahal apabila dikelola secara optimal dengan mengusahakan komoditas-komoditas yang diminati oleh pasar, pekarangan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan keluarga (Wahyudi dan Sodiq, 2012). Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Karakterstik lahan pekarangan ditandai beberapa indikator penting (Rukmana, 2008), antara lain : (1) meliput i areal yang sempit atau terbatas, (2) berisi aneka tanaman, (3) letaknya dekat dengan rumah, (4) hasilnya yang diperoleh digunakan untuk keperluan sehari-hari, (5) pada umumnya tidak memerlukan modal besar. Lahan pekarangan berpotensi sebagai sumber pangan dan gizi termasuk vitamin dan mineral. Optimalisasi lahan pekarangan yang dikelola oleh seluruh anggota keluarga dengan cara mengusahakan berbagai komoditas, baik tanaman sayuran daun, sayuran buah, maupun tanaman pangan lokal dapat mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional serta meningkatkan ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga/individu. Tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, namun hal itu tidak cukup karena kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga/individu harus terpenuhi juga (Rachman dan Ariani, 2007). Dalam usaha memberdayakan sumber daya keluarga dan meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi, di perkotaan pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan sumber usaha di bidang pertanian terutama tanaman sayuran. Dengan meningkatnya permintaan tanaman sayuran, sementara lahan produktif semakin sempit menuntut adanya inovasi teknologi yang mampu memanfaatkan lahan sempit dalam hal ini pemanfaatan lahan pekarangan untuk dijadikan pengembangan usaha tani skala rumah tangga (Harahap et al., 2013). Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari harus dilaksanakan dengan penerapan yang tepat melalui pembentukan kelompok, identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kegiatan, penyelenggaraan pelatihan, pembuatan kebun bibit dan penataan lingkungan kawasan (Werdhany dan Gunawan, 2012). Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dulingkungan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh seluruh anggota keluarga. Komitmen pemerintah untuk melibatkan keluarga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik perkotaan maupun di perdesaan (Saliem, 2011). Salah satu fungsi lahan pekarangan adalah sebagai sumber pendapatan harian. Pendapatan rumah tangga merupakan sumberdaya ekonomi yang sangat penting, yang memungkinkan setiap anggota rumah tangga mempunyai kemampuan untuk memperoleh segala kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan pangan. Pemanfaatan lahan pekarangan yang dirancang untuk meningkatkan 1752 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

pendapatan rumah tangga dapat diarahkan pada komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi, seperti sayuran, buah, biofarmaka, serta ternak dan ikan (Kementerian Pertanian, 2011). Pemilihan komoditas dan teknologi yang diintroduksikan harus memperhatikan agroekosistem suatu wilayah. Ketinggian tempat atau agroekosistem akan menentukan terhadap pemilihan komoditas dan teknologi yang yang diintroduksikan, harus sesuai dengan kebutuhan wilayah dan pengguna (Badan Litbang Pertanian 2011b; Lakitan, 2012). Kajian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana lahan pekarangan mampu memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan pengeluaran pangan rumah tangga. Metodologi Pengkajian dilaksanakan di lokasi kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yaitu Kelompok Wanita Dahlia A, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Pengkajian dilaksanakan dengan metoda survey dan wawancara pada anggota kelompok kegiatan MKRPL sejumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan panduan pertanyaan terstruktur (kuesioner). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Kepemilikan Lahan Pekarangan Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil survey dan FGD ( Focus Group Disscussion), sebelum dilakukan kegiatan M-KRPL lahan pekarangan responden sudah dimanfaatkan dengan ditanami beberapa jenis tanaman, seperti tanaman hias, tanaman obat, dan tanaman buah. Sebanyak 78,95% lahan pekarangan sudah ditanami tanaman hias, tanaman obat dan sebagian kecil tanaman buah dalam pot. Namun setelah masuknya kegiatan M-KRPL kombinasi tanaman yang ada dihalaman pekarangan responden menjadi lebih bervariasi, antara lain : 1). tanaman hias tanaman sayuran dan tanaman obat, 2) tanaman hias tanaman buah tanaman sayuran. Dari kombinasi tersebut, setiap rumah tangga masih mempertahankan tanaman hias, karena masih menginginkan nilai estetika. Menurut Rahman dan Bukhari (2010) tanaman hias merupakan tanaman yang memiliki nilai artistik, baik tanaman hias daun, pohon maupun yang berbunga. Tabel 1. Keragaman jenis dan rata-rata jumlah tanaman di lahan Pekarangan Responden No. Tanaman Lokasi Tanaman Sayuran Rempah Tanaman Buah Tanaman hias (Desadan obat Kecamatan) Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah 1. Kel. Sayuran 4 Obat 1 pepaya 1 Tanaman 1 Citeureup, daun hias daun 2. Kec. Sayuran 1 Emponempon 2 Tanaman 1 Cimahi Utara merambat Sayuran buah 2 hias buah Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1753

Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energy (absolute maupun relatif) dari kelompok pangan utama dari suatu pola ketersediaan dan/atau konsumsi pangan. PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energy dari berbagai kelompok pangan (9 kelompok bahan pangan) untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah maupun mutu. Melalui PPH mutu konsumsi pangan penduduk di suatu wilayah dapat dilihat dari skor pangan, dan biasa disebut dengan skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, maka konsumsi pangan semakin beragam dan seimbang. Perhitungan skor PPH digunakan sebagai indikator mutu gizi dan keragaman ketersediaan maupun konsumsi pangan. Skor PPH di wilayah kegiatan MKRPL Kota Cimahi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pola Pangan Harapan (PPH) di Kota Cimahi Tahun 2014 Awal Akhir No Kelompok Pangan Skor Skor Skor Skor Skor Skor AKE maks PPH AKE maks PPH 1 Padi-padian 7,4 25 7,4 13,69 25 13,69 2 Umbi-umbian 0,3 2,5 0,3 0,31 2,5 0,31 3 Pangan Hewani 30,7 24 24 18,28 24 18,28 4 Minyak dan Lemak 2,9 5 1,9 10,84 5 5 5 Buah/ biji berminyak 0 1 0 4,80 1 1 6 Kacang2an 19,5 10 10 21,66 10 10,00 7 Gula 0,9 2,5 0,6 1,32 2,5 1,32 8 Sayuran dan Buah 169,1 30 30 112,50 30 30,00 9 Lainnya 0 0 0 0,00 0 0,00 TOTAL 160,3 100 74,2 183,40 100,00 79,60 Secara umum terlihat bahwa skor PPH Kota Cimahi sudah melampaui rata-rata Jawa Barat yaitu 72,7 (Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat, 2010) dan rata-rata nasional 77,5. Sasaran PPH Nasional pada tahun 2014 sebesar 95 (Badan Ketahanan Pangan, 2010). Sementara itu ratarata skor PPH awal (sebelum kegiatan MKRPL) sebesar 74,2% sedangkan skor PPH akhir (setelah berlangsung kegiatan MKRPL) sebesar 79,60%. Ini berarti terdapat peningkatan sebesar 7,28%. Peningkatan tertinggi terjadi pada konsumsi kelompok pangan minyak dan lemak yaitu dari 1,9% menjadi 5% dan terjadi penurunan konsumsi pada kelompok pangan hewani. Bila dilihat dari pola konsumsi, masyarakat di Kelurahan Citeureup masih perlu meningkatkan keanegaragaman konsumsi pangan, terutama untuk mengkonsumsi ubi-ubian sebagai pengganti beras. Dengan demikian, optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui kegiatan M-KRPL diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dan berdampak pada pola konsumsi pangan dan peningkatan Skor PPH. Kontribusi M-KRPL terhadap pengeluaran pangan rumah tangga 1754 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Pemanfaatan lahan pekarangan juga memberikan kontribusi terhadap pengeluaran pangan rumah tangga. Kontribusi M-KRPL terhadap Pengeluaran Pangan Rumah Tangga di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi 2014 disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Kontribusi M-KRPL terhadap Pengeluaran Pangan Rumah Tangga di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi 2014. No Keterangan Nilai (Rata-rata dari 10 KK) 1. Nilai produk KRPL (Rp/b ln) (hasil yang dikonsumsi disetarakan dengan rupiah) a. Minimum 74.000 b. Maksimum 128.000 c. Rata-rata 100.000 2. Ratio antara produk KRPL dan pengeluaran pangan a. Rata-rata pengeluaran untuk pangan (Rp/bln) 1.000.000 b. Ratio nilai produksi KRPL dengan pangan (%) 10,1 Nilai produk KRPL di Kelurahan Citeureup apabila disetarakan dalam bentuk rupiah rata-rata setiap bulannya sebesar Rp. 100.000,-. Sedangkan pengeluaran pangan per bulan Rp. 1.000.000,- sehingga dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan diperkirakan dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga sebesar 10,1% per bulan Kesimpulan Kegiatan MKRPL dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi peserta program, diantaranya meningkatkan fungsi halaman, meningkatkan skor PPH dari 74,2% menjadi 79,60% (terjadi peningkatan sebesar 7,28%) dan mengurangi pengeluaran pangan rumah tangga sebesar 10,1% per bulan. Daftar Pustaka Badan Ketahanan Pangan. 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk Indonesia. Badan Ketahanan Pangan Daerah Jawa Barat. 2011. Penganekaragaman Konsumsi Pangan, Kunci Hadapi Krisis Pangan Pokok. Badan Litbang Pertanian. 2011. Petunjuk Pengembangan Model Kawasan Rumah pangan Lestari. Harahap, M. M, Rauf, A. dan Damanik, M. M. B. 2013. Pengujian Media Tanam Kompos Sampah Domestik dan Residu Lubang Sampah Terhadap Kandungan Hara N, P, K serta Produksi Sawi (Brassica oleraceae) pada Tanah Inceptisol. Jurnal Online A groekoteknologi, 1 (2) : 543-553. Lakitan. B. 2012. Kontribusi Teknologi dalam Pencapaian Ketahanan Pangan. Makalah Hari Pangan Sedunia. Jakarta, Nugroho,I., dan R. Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES, Jakarta. Rahman A, dan Bukhari R. 2010. Profil Agribisnis Tanaman Hias di Kota Medan. Provinsi Sumatera Utara. Warta Universitaria. UMA, edisi 25, Februari 2010. Rukmana, Rahmat. 2008. Bertanam buah-buahan di pekarangan. Kanisius. Yogyakarta Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1755

Saliem, H.P., M. Ariani, Y. Marisa dan T.B. Purwantini. 2002. Analisis Kerawanan Pangan Wilayah Dalam Perspektif Desentralisasi Pembangunan. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Wahyudi Hariyanto dan Sodiq Jauhari. 2012. Kontribusi Lahan Pekarangan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan dan Gizi Keluarga. Prosiding Seminar Nasional 2012, Optimalisasi Lahan Pekarangan untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis. Werdhany, W.I. dan Gunawan. 2012. Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 16 (2) : 76-83 1756 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian