PEMODELAN PENGERINGAN SLAB CABAI SECARA FLUIDISASI

dokumen-dokumen yang mirip
E K U I L I B R I U M ISSN : Vol. 11. No. 2. Halaman : Juli 2012

Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi

PERMODELAN PERPINDAHAN MASSA PADA PROSES PENGERINGAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TAPIOKA DI DALAM TRAY DRYER

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

PEMODELAN SISTEM EKSTRAKSI PADAT CAIR TIPE UNGGUN TETAP

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

LEMBAR PENGESAHAN. : Prak. Teknologi Kimia Industri

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGERINGAN BUTIRAN JAGUNG DALAM PENGERING UNGGUN DIAM

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Konstanta Pengeringan Dalam Sistem Pengeringan Lapis Tipis (Thin Layer Drying)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Studi Karakteristik Pengeringan Pupuk NPK (15:15:15) Menggunakan Tray Dryer

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

LAPORAN MODUL PENGERINGAN

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (Kca) PADA EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI UMBI ILES-ILES

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Instruksional Khusus I.4 Manfaat Percobaan

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN SAPI MENGGUNAKAN KOLOM FIXED BED SECARA KONTINYU

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

LAPORAN UOP 2 WETTED WALL COLUMN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

BAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FLUIDISASI [FLU]

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration)

SCALE UP DAN UJI TEKNIS ALAT PENGERING TIPE FLUIDIZED BED Scale Up and Technical Test of Fluidized Bed Dryer

Model Difusi Zat Warna Secang Pada Kulit Tersamak

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Koefisien Transfer Massa pada Ekstraksi Biji Pala dengan Pelarut Etanol

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

MODUL 1.05 FLUIDISASI. Oleh : Ir. Agus M. Satrio, M.Eng

NATURAL EVAPORATOR UNTUK PENGOLAHAN

PENGERINGAN CABAI MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

DAFTAR NOTASI. : konstanta laju pengeringan menurun (1/detik)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL FALLING FILM EVAPORATOR PADA EVAPORASI NIRA KENTAL

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

MODIFIKASI SISTEM BURNER DAN PENGUJIAN ALIRAN DINGIN FLUIDIZED BED INCINERATOR UI SKRIPSI

Pengaruh variasi kecepatan udara dan massa bahan terhadap waktu pengeringan jagung pada alat fluidized bed

PENGGUNAAN TEKNOLOGI PENGERING UNGGUN TERFLUIDISASI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PENGERINGAN TEPUNG TAPIOKA

Penurunan Kadar Air Biji - Bijian Dengan Rotary Dryer Reduce water content of beans with rotary dryer

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Pembekuan. Shinta Rosalia Dewi

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN FLUIDIZED BED DRYER UNTUK PENGERINGAN BENIH PERTANIAN SECARA SEMI BATCH

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

PENGARUH TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN FLUIDIZED BED DRYER UNTUK PENGERINGAN BENIH PERTANIAN SECARA SEMI BATCH

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Panas Limbah Sekam Padi pada Proses Pengeringan Gabah. Muhammad Sami *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

Lampiran A : Perangkat Percobaan Kontaktor Gas Cair

BAB I DISTILASI BATCH

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

Transkripsi:

PEMODELAN PENGERINGAN SLAB CABAI SECARA FLUIDISASI Bregas Siswahyono Tatag Sembodo dan Fadilah Jurusan Teknik Kimia FT-UNS Jl. Ir. Sutami 6A Surakarta 5716 telp./fax 71-611 e-mail: bregas@uns.ac.id Abstract : It is the advantage of fluidized drying that the heat and mass transfer rate between solid and gas phase are relatively higher than other methods. The objectives of this research were to find fluidized driying curve of chili slabs, effective diffusivity coefficient (D e ), mass transfer coefficient of water (k y ) and mathematical model of fluidized drying of chili slabs. It was also to find any influential factors of D e and k y through dimensionless number analysis. The experiment was performed by flowing the hot air through chili slabs in the fluidized glass column, which was equipped with blower, thermometer and flowmeter. The rate of drying air was varied in order to obtain its effects. The results showed that the drying curve consisted of two sections, constant and falling rate. The increase of drying air rate from 94.14 to 187.8 cm /s had no effect significantly on drying rate. Comparing the mathematical model with the data indicated that it was fitting each other. Keywords : fluidized drying, chili slabs, fluidized column PENDAHULUAN Pengeringan secara fluidisasi banyak digunakan untuk pengeringan butiran padatan seperti biji-bijian, pupuk, bahan kimia, obatobatan dan mineral. Pada pengering jenis ini, bahan padatan yang akan dikeringkan dikontakkan dengan udara pengering yang bergerak dengan laju tertentu sehingga padatan terfluidisasi yaitu udara dan padatan bergerak sebagai satu sistem yang dianggap sebagai seperti fluida (fluid like). Pengeringan dengan metode ini mempunyai keunggulan utama yaitu laju transfer panas dan massa antara fase padat dan gas yang relatif tinggi dibanding metode lain. (Srinivasakannan, ) Pengeringan didefinisikan sebagai suatu operasi teknik yang mengubah air dalam suatu padatan atau bahan semi padat menjadi hasil dengan kadar air yang sangat rendah. Perbedaan antara penguapan (evaporation) dan pengeringan adalah pengeringan menghilangkan sejumlah air yang relatif banyak dari pada penguapan. Pada penguapan, air dihilangkan pada titik didihnya, sedangkan pada pengeringan air dapat dihilangkan dengan menggunakan media pembawa berupa gas. Pengeringan terjadi karena adanya daya dorong (driving force) yang berupa perbedaan konsentrasi air pada bagian dalam dengan bagian luar padatan, dan perbedaan konsentrasi air pada lapisan udara di permukaan padatan yang jenuh dengan uap air dengan udara luar yang tidak jenuh. (Treybal, 1985) Ada beberapa mekanisme yang dapat terjadi pada saat bahan basah dikeringkan sampai mempunyai kandungan air tertentu yang cukup rendah. Hal itu dapat diketahui dari kurva pengeringan. Kurva pengeringan menunjukkan hubungan antara kandungan air di dalam padatan sebagai fungsi waktu. Selain itu dapat pula dinyatakan dalam hubungan antara laju pengeringan dan kandungan air. Secara umum kurva pengeringan terdiri atas dua bagian, yaitu periode laju pengeringan konstan dan periode laju pengeringan menurun. (Treybal, 1985) Laju pengeringan pada unggun terfluidisasi sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan dan kondisi operasi fluidisasi. Bahan dengan struktur yang berpori mengalami pengeringan dengan laju konstan dan menurun. Sebaliknya bahan tidak berpori hanya memiliki laju pengeringan konstan. Pengetahuan tentang kinetika pengeringan sangatlah penting untuk memperkirakan waktu pengeringan yang diperlukan untuk menurunkan kadar air sampai tingkat yang diinginkan dan untuk menentukan kondisi operasi pengeringan yang optimal. Model laju pengeringan biasanya didasarkan pada mekanisme pergerakan air secara difusi intrapartikel menurut persamaan difusi Fick. (Srinivasakannan, ) Dutta dkk (1988) melakukan penelitian pengeringan dan menemukan bahwa gerakan air di dalam padatan merupakan proses difusi. Difusivitas air di dalam padatan tergantung Pemodelan Pengeringan Slab Cabai secara Fluidisasi 4

pada kandungan air dan suhu padatan selama berlangsungnya proses pengeringan. Abid dkk (199) meneliti pengeringan butir jagung dengan menggunakan unggun terfluidisasi. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa kelembaban dan laju udara hanya sedikit berpengaruh terhadap laju pengeringan, sedangkan suhu udara berpengaruh cukup besar. Suhu merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam pengeringan hasil pertanian. Suhu pengeringan yang aman untuk kebanyakan sayuran adalah antara 6 C sampai 75 C (Desresier, 1988). Menurut Reyes () kehilangan karoten pada pengeringan irisan wortel adalah minimum pada operasi dehidrasi bersuhu 1 C dengan waktu pengeringan selama 1 menit. Evaluasi nilai difusivitas (D e ) dan koefisien perpindahan massa air (k y ) yang berguna untuk perancangan alat pengering cabai dengan fluidisasi dapat dilakukan dengan menyusun persamaan matematis yang berhubungan dengan neraca massa dan panas. Kebanyakan model matematis pengeringan secara fluidisasi dibuat untuk partikel berbentuk bola. (Srinivasakannan, ) Studi kali ini bertujuan untuk mendapatkan model matematis pengeringan irisan cabai berbentuk slab secara fluidisasi. Selain itu juga untuk memperoleh nilai D e dan k y yang berguna untuk perancangan alat pengering cabai dengan fluidisasi serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai D e dan k y melalui analisis bilangan tak berdimensi. Persamaan matematis disusun dengan penyederhanaan peristiwa sebagai berikut : 1. Proses berlangsung secara isotermal.. Volum irisan cabai dan ukuran irisan cabai tetap.. Irisan cabai tersuspensi merata sepanjang kolom (kolom merupakan tangki teraduk sempurna (well mixed tank)). Irisan cabai dapat dianggap sebagai suatu slab tipis sehingga perpindahan massa air di dalam irisan searah tebal irisan. Persamaan neraca massa dapat disusun pada elemen volum A z seperti terlihat pada gambar 1. -L L Gambar 1. Elemen volum pada slab. Neraca massa air pada elemen volum padatan sebesar A z adalah X X X bde A bde A b A z z z z z (1) zzz t Persamaan (1) diatur dan diambil limit z mendekati nol diperoleh X 1 X () z D t Kondisi awal X,t X () Kondisi batas X z dan X z e, t L, t k D y e Y Y (4) (5) Hubungan keseimbangan kadar air di padatan (X) dan di udara (Y) mengikuti persamaan yang mirip dengan hukum Henry Y H X (6) Konstanta H dicari dari percobaan pada saat terjadi keseimbangan antara kadar air di padatan (X) dan di udara (Y). Hubungan Y dan X untuk waktu tertentu didekati dengan menggunakan neraca massa air dalam kolom yaitu air dalam air dalam air dalam air dalam udara mula mula padatan mula mula udara padatan L W Y + n A L X = W Y + n A X dz (7) E K U I L I B R I U M Vol. 7. No.. Juli 9: 4-47

atau Y = Y + n A L X W L X dz (8) Nilai difusivitas efektif (D e ) dan koefisien transfer massa (k y ) dihitung secara numeris dengan menggunakan metode Hooke-Jeeves sehingga diperoleh Sum of Square of Errors (SSE) minimum dengan SSE (Ydata Yhitung) (9) METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah cabai merah dalam keadaan basah, dipotong sehingga berbentuk slab berukuran 5 x 5 mm. Tebal slab rata-rata 1 mm. Alat-alat dan rangkaian alat yang digunakan bisa dilihat pada gambar. Keterangan: 1. Blower. Tabung pengaman. Manometer 4. Flowmeter 5. Pemanas 6. Slide Regulator 7. Termometer bola kering 8. Termometer bola basah 9. Kolom fluidisasi Gambar. Rangkaian alat percobaan pengeringan cabai dengan sistem fluidisasi Percobaan dilakukan dengan mengalirkan udara panas ke dalam kolom fluidisasi dari tabung kaca yang telah berisi 8,8 gram (15 buah) irisan cabai basah berbentuk slab. Kolom dilengkapi dengan blower, termometer dan flowmeter. Pada selang waktu tertentu (5 menit), cabai dikeluarkan dari kolom dan ditimbang. Kelembaban udara keluar kolom diukur pada selang waktu yang sama dengan penimbangan bahan. Percobaan dihentikan setelah tidak ada lagi pengurangan berat cabai pada selang waktu yang berurutan. Pada percobaan ini laju udara pengering divariasi besarnya yaitu 94,14 cm /s, 114,61 cm /s dan 187,8 cm /s, sedangkan suhu dibuat tetap yaitu 65 o C. Masing-masing variasi diulang sebanyak kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada gambar dan 4 dapat dilihat bahwa pada suhu yang sama, pengaruh peningkatan laju aliran udara pengering terhadap laju pengeringan tidak begitu nampak pada kisaran yang diteliti (94,14 187,8 cm /s). Ini berarti, turbulensi yang diakibatkan oleh aliran udara pengering belum cukup untuk mempertipis lapisan film pada permukaan padatan secara signifikan. Hasil ini mirip dengan hasil penelitian Abid dkk (199). Kisaran laju aliran udara yang diteliti memang cukup sempit, karena untuk memperoleh keadaan terfluidisasi kisaran ini sangat terbatas. Usaha lain yang perlu dilakukan untuk meningkatkan laju pengeringan adalah dengan mempertinggi suhu operasi sampai batas tidak merusak bahan yang dikeringkan. Variasi suhu operasi belum dilakukan pada penelitian kali ini. Pada gambar 4, bisa dilihat bahwa pengeringan slab cabai dengan cara fluidisasi ini terdiri atas dua bagian, yaitu periode laju pengeringan konstan dan periode laju pengeringan menurun. Pada keadaan awal di mana padatan sangat basah, permukaan terselimuti oleh suatu lapisan film cair yang tipis. Jika padatan tersebut dikontakkan dengan udara yang relatif kering, maka penguapan akan terjadi pada permukaan. Air yang menguap di permukaan padatan selalu tergantikan oleh air yang berada di dalam padatan. Jumlah air di dalam padatan relatif banyak sehingga permukaan selalu basah oleh air. Keadaan ini adalah periode pengeringan konstan. Pengeringan yang dilakukan lebih lanjut mengakibatkan lapisan film di permukaan tidak lagi menutup seluruh permukaan padatan, sehingga terdapat daerah-daerah kering pada permukaan. Akibatnya laju pengeringan akan menurun. Pemodelan Pengeringan Slab Cabai secara Fluidisasi 45

N (gr/mnt.cm ) Y hasil perhitungan X (gr air/gr padatan kering) 6 5 4 94.19 cm /detik 114.6115 cm /detik 187.875 cm /detik persamaan kelompok tak berdimensi maka akan diperoleh persamaan :,4189 k,494 y d 5,15617 μ ρ v d D e ρ D e μ (1) 1 5 1 15 5 5 t (detik) Gambar. Grafik hubungan waktu dengan kadar air dalam padatan (X) pada suhu 65 C dengan laju udara pengering 94,14 cm /s, 114,61 cm /s dan 187,8 cm /s.9.8.7.6.5.4...1 1 4 5 X (gr air/gr padatan kering) 94.19 cm /detik 114.6115 cm /detik Gambar 4. Grafik hubungan kadar air dalam padatan (X) dengan laju pengeringan (N) pada suhu 65 C dengan laju udara pengering 94,14 cm /s, 114,61 cm /s dan 187,8 cm /s Tabel 1. Nilai k y dan D e pada berbagai variasi laju udara pengering (suhu 65 C) Laju k y udara (cm/detik) pengering (cm /s) 187.875 cm /detik D e (cm /detik) 94,14 1,85,51 114,61,155,64 187,8,5999,678 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa jika laju udara pengering diperbesar, maka nilai koefisien transfer massa (k y ) akan semakin besar. Namun demikian, peningkatan nilai koefisien transfer massa ini ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laju pengeringan. Jika hubungan koefisien transfer massa dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dinyatakan dalam Hasil penyusunan persamaan kelompok tak berdimensi [persamaan (1)], menunjukkan bahwa nilai koefisien transfer massa (k y ) sebanding dengan nilai D e.5811. Dengan demikian, hasil ini cukup dekat dengan teori penetrasi yang menyatakan bahwa nilai koefisien transfer massa (k y ) sebanding dengan D e.5. Gambar 5 menunjukkan perbandingan data kelembaban (Y) hasil percobaan dan hasil prediksi dengan model matematis, yang mana terlihat kesesuaian yang cukup memuaskan.,4,5,,5,,15,1,5,1,,,4 Y data percobaan Gambar 5. Grafik perbandingan Y data percobaan dengan Y hasil perhitungan dengan model matematis KESIMPULAN 1. Kurva pengeringan slab cabai secara fluidisasi ini terdiri dari dua bagian, yaitu periode laju konstan dan periode laju menurun.. Pengaruh peningkatan laju aliran udara pengering terhadap laju pengeringan tidak begitu nampak pada kisaran yang diteliti.. Model matematis yang dibuat cukup sesuai dengan data percobaan. 4. Hubungan antara koefisien transfer masa (k y ) dan difusivitas efektif (D e ) dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dalam persamaan kelompok tak berdimensi seperti terlihat pada persamaan (1) E K U I L I B R I U M Vol. 7. No.. Juli 9: 4-47

DAFTAR LAMBANG A luas panampang cabai [cm ] d diameter kolom [cm] D e difusivitas efektif air dalam cabai [cm /detik] H konstanta kesetimbangan Henry [g cabai kering/g udara kering] k y koefisien transfer massa volumetris [cm/detik] n jumlah slab cabai v kecepatan aliran udara superfisial [cm/detik] W massa udara pengering, [g] X kadar air dalam cabai, [g air/g cabai kering] Y kelembaban (humiditas) udara [g air/g udara kering] Y* kelembaban (humiditas) udara jenuh [g air/g udara kering] z tebal slab [cm] viskositas udara [g/(cm. detik)] ρ densitas udara [g /cm ] ρ b densitas padatan (cabai) [g /cm ] DAFTAR PUSTAKA Abid, M., Gilbert,R and Laguerie, C., (199), An Experimental and Theoretical Analysis of The Mechanism of Heat and Mass Transfer During The Drying of Corn Grains in a Fluidized Bed, Int. Chem. Eng., (4), pp. 6-64. Desresier, N.W., (1988), Teknologi Pengawetan Pangan, terjemahan oleh Maljohardjo, M., ed., hal. 7-9, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Dutta, S.K., Nema, V.K., and Bhardwaj, R.K., (1988), Drying Behaviour of Spherical Grains, I. J. Heat and Mass Transfer,1, p. 855-861 Reyes, A., Alvarez, P,I., and Marquadt, F.H., (), Drying of Carrots in a Fluidized Bed: I. Effects of Drying Conditions and Modelling, Drying Technology,, pp. 146-148. Srinivasakannan, C. and Balasubramaniam, N., (), A Simplified Approach to The Drying of Solids in a Batch Fluidised Bed, Braz. J. Chem. Eng., 19, pp. 9-98 Treybal, R.E., (1985), Mass-Transfer Operations, ed., pp. 655-716, McGraw- Hill International Book Company, Tokyo. Pemodelan Pengeringan Slab Cabai secara Fluidisasi 47