1
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Inventory) 2.1.1 Pengertian Inventory Menurut Margaretha (2006, p.145-146) Inventory adalah sejumlah barang atau bahan yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan, untuk menjaga kelancaran operasional perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. 2.2 Jenis-Jenis Inventory Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods. 2.2.1 Raw Materials Yaitu persediaan yang dibeli dari supplier untuk dirposes atau dirubah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan. 2.2.2 Work In Process Yaitu keseluruhan barang yang digunakan dalam proses produksi, tetapi masih membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap dijual. 2.2.3 Finished Goods Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual. 2.3 Keuntungan Memiliki Inventory Yang Cukup Adanya kesempatan untuk menjual barang Memungkinkan mendapatkan potongan Biaya pemesanan dapat dikurangi Menjamin kelancaran proses produksi 2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Inventory Volume penjualan Jangka waktu proses produksi 2
3 Daya tahan atau faktor mode produk akhir 2.5 Idoc 2.5.1 Pengertian Idoc Yaitu sekumpulan data yang ada di sistem, menjelaskan tentang detail dari suatu transaksi material yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang terdiri dari nomor artikel, jenis material, Batch dan Quantity. Gambar 2.1 Data Idoc 2.6 Stock Accuracy Data idoc akan error jika terdapat data quantity yang ada di SAP dan SCADA yang ditunjukkan oleh gambar 2.1 menjadi minus. Hal tersebut akan terjadi jika data quantity yang ada di SAP dan SCADA lebih kecil dibanding data quantity yang ada di fisik, lihat gambar 2.1. 2.6.1 Pengertian Stock Accuracy Yaitu sekumpulan data yang berasal dari perbandingan antara data inventory yang ada di sistem SAP dengan data jumlah material yang ada (Stock Opname). Tabel 2.1 Perhitungan Stock Accuracy
4 Dari Tabel 2.1 dijelaskan bahwa data yang ada di kolom difference merupakan data dari hasil selisih antara data jumlah material yang ada di SAP dan data jumlah material yang ada berdasarkan hasil dari stock opname. Dari data yang ada di kolom difference bisa dilihat bahwa ada yang memiliki selisih dan ada juga yang tidak, kemudian untuk data yang tidak ada selisihnya akan mendapat inisial ok dari kolom info. Kemudian untuk data yang berinisial ok dari kolom info tersebut akan dihitung berapa banyak jumlahnya dan akan dimasukkan ke data compliance, yang kemudian akan dihitung persentasenya dengan batch quantity dan akan menghasilkan data persentase berupa stock accuracy. 2.7 System Application And Product (SAP) 2.7.1 Pengertian SAP Menurut Lulu (2006, p.2-8) dalam bukunya yang berjudul System Application and Product pengertian SAP yaitu produk perangkat lunak yang mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai macam aplikasi bisnis, dimana setiap aplikasi mewakili area bisnis tertentu. Pada SAP transaksi terkinian dan transaksi proses dilakukan dengan cara real time dan mempunyai kemampuan untuk dapat dikonfigurasikan sesuai dengan kebutuhan bisnis. SAP menggunakan bahasa pemrograman generasi keempat yang dinamakan Advance Business Application Programming (ABAP) yang mempunyai banyak fitur dari bahasa pemrograman modern lainnya seperti visual C, visual basic, dan powder builder. Tampilan dari SAP menggunakan windows explorer screen format (semua menu terletak pada sisi kiri layar). 2.7.2 Fungsi SAP Fungsinya adalah untuk mengurangi jumlah biaya dan waktu yang digunakan untuk mengembangkan dan menguji semua program-program yang ada dalam satu perusahaan. Untuk itulah kebanyakan perusahaan akan mencoba untuk menggunakan tools yang tersedia dalam SAP. 2.7.3 Keuntungan Menggunakan SAP Keuntungannya yaitu SAP mempunyai level integrasi yang sangat tinggi antara aplikasi-aplikasi individu sehingga menjamin konsistensi data terhadap sistem dan perusahaan implementator. SAP juga merupakan a table drive customization software, sehingga perubahan persyaratan bisnis dapat dilakukan dengan cepat menggunakan sekumpulan program umum. Penambahan program sumbernya menggunakan user-exist dan juga perangkat seperti variasi layar untuk melakukan pengesetan terhadap attribute field baik itu untuk disembunyikan, ditampilkan atau menjadikan field utama.
5 2.8 Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) 2.8.1 Pengertian SCADA Menurut Tahir (2009, p.6-7) SCADA merupakan kependekan dari Supervisory Control And Data Acquisition. Sistem konfigurasi ini banyak dipakai terutama di perusahaan industri. Maksud dari SCADA yaitu pengawasan, pengontrolan dan pengumpulan data. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah master station atau RCC (Regional Control Centre), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station (MS). Dalam komunikasi antara Master Station dengan setiap RTU dilakukan melalui media yang bisa berupa fiber optik, power line carrier, atau melalui radio, dimana dalam hal ini data dikirimkan dengan protokol tertentu (biasanya tergantung vendor SCADA yang dipakai) dan digunakan untuk memonitor dan mengontrol areal produksi yang tersebar diarea yang cukup luas. Taveras (2013, p.3) juga mengatakan bahwa SCADA adalah sistem yang awalnya diciptakan untuk digunakan di lingkungan non-jaringan. Dalam beberapa tahun terakhir, sistem SCADA telah mengalami serangkaian perubahan yang mungkin meningkatkan risiko yang dihadapi dikarenakan dapat diamati bahwa konektivitas jadi meningkat karena dapat mengizinkan kendali jarak jauh melalui Internet. Namun, sistem SCADA memiliki persyaratan penting menjadi terus operasional dan karena itu penyidik forensik tidak dapat mematikan sistem SCADA untuk akuisisi data dan analisis. 2.9 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.9.1 Pengertian FMEA Menurut Carlson (2014, p.1-2) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode yang dirancang untuk mengidentifikasi dan memahami potensi dari suatu kegagalan dari penyebabnya dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan tersebut. FMEA adalah teknik analisis yang dilakukan oleh tim ahli materi pelajaran yang benar-benar menganalisis desain produk atau proses manufaktur, pada awal proses pengembangan produk. Tujuannya adalah menemukan dan memperbaiki kelemahan sebelum produk masuk ke tangan pelanggan. FMEA harus menjadi panduan bagi pengembangan satu set lengkap tindakan yang akan mengurangi risiko yang terkait dengan sistem, subsistem, dan komponen atau manufaktur / proses perakitan ke tingkat yang sesuai. Sangat penting untuk memulai dengan pemahaman tentang definisi dasar FMEA. Waktu yang dihabiskan untuk memahami konsep dan definisi dari FMEA mendasar akan mempersingkat waktu dalam pertemuan dan membantu memastikan hasil yang berkualitas tinggi. Tidak ada pengganti untuk memiliki pengetahuan menyeluruh dan pemahaman tentang definisi dan konsep FMEA.
6 Tabel 2.2 adalah contoh dari Generic FMEA Worksheet, sebelum Recommended Actions kolom. Angka-angka dalam ilustrasi sesuai dengan subbagian dalam makalah ini. Definisi disajikan dalam urutan, mereka biasanya dikembangkan dalam proyek FMEA. Tabel 2.2 Generic FMEA Worksheet FMEA harus bisa mengatasi semua keparahan yang tinggi serta kemungkinan kegagalan yang tinggi yang biasa disebut Risk Priority Number (RPN). Melengkapi FMEA worksheet, harus berkorelasi dengan tindakan spesifik yang direkomendasikan, dan dinilai untuk efektivitas oleh severity, occurence, detection, dan diperbaiki sesuai dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan RPN. Berikut adalah hubungan antara elemen elemen FMEA beserta perhitungan RPN, yang ditunjukkan oleh gambar 2.4. Gambar 2.2 Elemen Elemen FMEA
7