ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI

PENDAHULUAN Latar Belakang

G091 ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK

ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI

KAJIAN PENANDA GENETIK GEN CYTOCHROME B DAN DAERAH D-LOOP PADA Tarsius sp. OLEH : RINI WIDAYANTI

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DNA MITOKONDRIA SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA ULFI FAIZAH

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

The Origin of Madura Cattle

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

menggunakan program MEGA versi

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

ANALISIS STRUKTUR GENETIK HIU Carcharhinus falciformis (SILKY SHARK) DI INDONESIA BERDASARKAN GEN CONTROL REGION DNA MITOKONDRIA

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

PENDAHULUAN. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 4B (27 32), 2011

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN Growth Hormone PADA DOMBA EKOR TIPIS SUMATERA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

KAJIAN KERAGAMAN GENETIK DAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAIS DI SUNGAI KAMPAR RIAU ROZA ELVYRA

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR

SKRIPSI. Oleh: ROSLINA HULU / AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

KARAKTERISASI GENETIK SAPI ACEH MENGGUNAKAN ANALISIS KERAGAMAN FENOTIPIK, DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA DAN DNA MIKROSATELIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

VARIASI DNA KLOROPLAS Shorea leprosula Miq. DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENANDA PCR-RFLP RURI SITI RESMISARI

KERAGAMAN GENETIK CYTOCHROME B PADA BURUNG MAMBRUK (Goura sp.)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROFIL PLASMID Bacillus thuringiensis ISOLAT JAKARTA, BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI WISNU HERLAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

ANALISIS MOLEKULER SEBAGIAN GEN HBsAg VIRUS HEPATITIS B YANG MENGINFEKSI PASIEN HIV DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH CYTOCHROME 8 SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA

IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

KAJIAN EKOLOGI, POPULASI DAN KRANIOMETRI BANGE (Macaca tonkeana) DI KABUPATEN MOROWALI SULAWESI TENGAH MOHAMAD IRFAN

KERAGAMAN GENETIK AREN ASAL SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

DETEKSI DAN ANALISIS EKSPRESI TRANSGEN (PhGH) PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F3 FERY JAKSEN SIHOTANG

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

PEMBAHASAN UMUM Evolusi Molekuler dan Spesiasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI SPESIES BAKTERI STAFILOKOKUS PADA IKAN KERAPU DI KARANGASEM DENGAN ANALISIS SEKUENS 16S rrna SKRIPSI. Oleh. Ketut Wella Mellisandy

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MULTIRESISTEN GENUS Bacillus (ISOLAT MG 46) DENGAN PCR MENGGUNAKAN PRIMER UNIVERSAL 16S rrna

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

STUDI KEKERABATAN KULTIVAR KAMBOJA (Plumeria sp.) DENGAN TEKNIK RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

PROTOZOA PARASITIK PADA TINJA BADAK SUMATERA

UJI EFEKTIFITAS GEN CHD SEBAGAI PENANDA MOLEKULER UNTUK IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN PADA BURUNG AIR

AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER

MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA

Keanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria

VARIASI MORFOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca. fascicularis) DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO DAN TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

POLIMORFISME LOKUS MIKROSATELIT D10S1432 PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI SANGEH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

CEPI TRI SUMANTRI B

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA

KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS (Pterophyllum scalare) WESLY KURNIADI SIAGIAN

POLA EKSPRESI GEN HbACO2 PADA KULIT BATANG DAN LATEKS KARET (Hevea brasiliensis) AKIBAT STRES EKSPLOITASI CHAIRUNISA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OLEH : HERMANYANTO LAIA / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati.

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

Transkripsi:

ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis saya dengan judul Analisis DNA Mitokomdria Badak Sumatera dalam Konservasi Genetik adalah benar-benar hasil asli karya saya dengan arahan komisi pembimbing, dan bukan jiplakan atau tiruan dari tulisan siapapun serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Bogor, 3 September 2008 Handayani NIM. G351050101

3 ABSTRACT HANDAYANI. DNA Mitochondria Analysis to Sumatran Rhino (Dicerorhinus sumatrensis) in Genetic Conservation. Under the supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN, and HADI S ALIKODRA Research on the genetics of Sumatran Rhino had been conducted at the Laboratory of Molecular Biology in March 2007 to March 2008. The aims were determining level of genetic diversity of inter-species individual, determining the phylogeny of inter-species individuals, and finding out the genetic distance of four individuals. Blood samples were taken from 2 female Sumatran rhinos (Rosa and Bina) and 2 male Sumatran rhinos (Torgamba and Andalas) from the SRS (Sumatran Rhino Sanctuary), Way Kambas National Park. Analyses was conducted using the CO I gene and D-loop mtdna. The primers used to amplified sequence of D-Loop partial were RHDLF and RHDLR, while sequence of CO I partial were RHCOIF and RHCOIR. Data were analyzed using the MEGA (Molecular Evolutionary Genetic Analysis) program with African White rhino, African black rhino and Indian rhino from GenBank as the out-groups. The phylogeny were analyzed Neighbor-Joining (NJ) method with 1000 bootstrapped. The PCR product was 711 bp long of CO I gene area, while the D-Loop partial was 677 bp-size DNA fragments. The D-loop DNA sequence also showed that the Sumatran rhinos were significantly different with the African rhinos despite their similarity in appearance, both rhinos had two horns. The Sumatran rhinos apparently had a closer genetic distance with Indian rhinos which had single horn. This suggested that the geographical distribution more influenced by the phylogeny rather than the number of horn. Keyword: Sumatran Rhino, DNA, mitochondrial, Conservation

4 RINGKASAN HANDAYANI. Analisis DNA mitokondria badak Sumatera dalam konservasi genetik. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN, dan HADI S ALIKODRA Terdapat lima jenis badak yang masih hidup di dunia, tiga jenis berada di Asia dua jenis diantaranya hidup di Indonesia, namun kedua jenis badak ini yaitu Rhinoceros sundaicus (badak Jawa), dan Dicerorhinus sumatrensis (badak Sumatera) statusnya terancam punah (endangered). Badak sumatera adalah satusatunya badak Asia yang memiliki dua cula dengan struktur tubuh gelap dan warna kulit coklat kemerahan serta tertutup rambut, sehingga seringkali disebut hairy rhinoceros.. Badak Sumatera tersebar di Pulau Sumatera dan Kalimantan (Borneo). Akan tetapi daerah penyebaran badak di Kalimantan sudah sangat langka dan jarang ditemui, hanya terdapat di Sabah dengan jumlah populasi 25 individu. Demikian pula di Sumatera jumlahnya semakin menurun dengan peta sebaran yang sudah sangat terbatas pada daerah tertentu saja terutama berada di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Kerinci Seblat (Bengkulu), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Sumatera Selatan) dan Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Diketahui populasi badak sumatera berdasarkan data jejak (footprint) yang terdapat di dalam kawasan hutan Taman Nasional Way kambas Lampung hanya berjumlah 15-25 ekor, sedangkan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan 60-80 ekor, dan Taman Nasional Kerinci Seblat 2-3 ekor, dan hasil survey terbaru pada tahun 2005 populasi badak Sumatera berdasarkan data jejak (footprint) yang dilaporkan hanya tinggal 20-27 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa populasi yang ada sekarang ini sangat mencemaskan, dan dikhawatirkan kondisi populasi yang sudah kecil itu akan semakin menurun. Kondisi ini disebabkan oleh masih terus berlangsungnya perambahan dan penjarahan hutan di TN Way Kambas termasuk aktivitas perburuan liar. Dari informasi yang didapat terlihat bahwa populasi badak Sumatera dewasa ini semakin terancam keberadaannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah semakin maraknya perburuan liar, rusaknya habitat alamnya yang disebabkan oleh konversi hutan yang cenderung tidak terkendali. Populasi kecil lebih rentan pada penurunan keragaman genetik karena efek inbreeding serta terfiksasinya beberapa alela tertentu dalam populasi sehingga hewan tersebut menjadi monomorf dan mengalami penurunan kemampuan berevolusi atau adaptasinya pada lingkungan yang berubah. Selain itu berkurangnya populasi, faktor lain adalah terjadinya fragmentasi suatu habitat yang akan mendorong putusnya aliran gen (gen flow) dan meningkatnya genetic drift. Keragaman genetik turut menentukan keberhasilan konservasi populasi. Oleh karena itu penelitian keragaman genetik dari populasi Badak Sumatera merupakan langkah penting yang harus dilakukan, dan keberhasilan penelitian ini merupakan langkah dalam konservasi badak Sumatera. Pengumpulan sampel darah berasal dari SRS (Suaka Rhino Sumatera) TN Way Kambas. Sample berupa darah dari 2 ekor badak sumatera berjenis kelamin

5 betina (Rosa & Bina) dan 2 ekor badak jantan (Torgamba& Andalas). Isolasi dan purifikasi DNA Total DNA dilakukan menggunakan metode Duryadi. Amplifikasi daerah CO I pada badak Sumatera dilakukan dengan menggunakan pasangan primer RHCOIF dan RHCOIR Sedangkan amplifikasi daerah D-Loop partial pada badak Sumatera menggunakan primer RHDLF dan RHDLR Amplifikasi daerah CO I pada badak Sumatera dilakukan dengan menggunakan pasangan primer RHCOIF dan RHCOIR menghasilkan fragmen DNA berukuran 711 bp. Jarak genetik digunakan untuk melihat kedekatan hubungan genetik antar individu badak Sumatera dan spesies badak lain melalui penggunaan analisis perhitungan Pairwie Distance dengan p-distance dapat ditunjukkan matriks perbedaan genetik antara badak Sumatera dan badak outgroup (badak India dan badak Afrika), hasil perhitungan berdasarkan daerah CO I parsial menunjukkan nilai jarak genetik berkisar antara 0.016 sampai 0.147. Jarak genetik pada Bina ( ) terlihat dekat dengan Torgamba ( ) sebesar 0.007. Hubungan kekerabatan CO I menggunakan Neighbor-Joining dengan pengolahan bootstrap 1000 terlihat bahwa badak putih Afrika berbeda kelompok dengan badak Asia. Di dalam kelompok badak Asia terlihat bahwa badak India sama dengan kelompok dengan badak Sumatera (Indonesia). Di dalam badak Sumatera (Indonesia) sendiri terjadi keragaman. Sedangkan amplifikasi daerah D-Loop partial pada badak Sumatera menggunakan primer RHDLF dan RHDLR menghasilkan fragmen DNA berukuran 677 bp. Berdasarkan sekuen D-loop parsial menunjukkan nilai jarak genetik berkisar antara 0.007 sampai 0.164. Jarak genetik pada Rosa ( ) 0.007 terlihat dekat dengan Torgamba ( ). Hubungan kekerabatan badak Sumatera dengan badak India dan badak putih Afrika berdasarkan daerah D-loop polanya hampir sama dengan hasil pada COI yaitu badak Asia terpisah dengan badak Afrika. Akan tetapi antara badak Sumatera dan badak India walaupun berbeda dalam jumlah culanya tetapi masuk dalam satu kelompok. Berdasarkan hasil sekuen gen CO I terdapat situs-situs spesifik pada badak Sumatera sebesar adalah 67%, sedangkan berdasarkan daerah D-loop sebesar 77% hasil tersebut dapat digunakan sebagai data base dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa marka genetik yang lebih akurat digunakan adalah D-loop dibandingkan dengan marka genetik CO I. Kata kunci: badak Sumatera, DNA, mitokondria, konservasi

6 PRAKATA Sujud syukur Alhamdulillah dan segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Sasaran yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Maret 2008 adalah keragaman genetik, yang berjudul Analisis DNA Mitokondria Badak Sumatera dalam Konservasi Genetik. Bagian utama penelitian adalah daerah CO I dan daerah D-loop DNA mitokondria untuk mengetahui keragaman genetik dan hubungan kekerabatan diantara individu badak saumatera dan spesies badak lain di dunia. Penelitian analisis DNA badak Sumatera di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya dan pertama di Indonesia. Penelitian ini memberikan informasi yang sangat penting sebagai database badak Sumatera. Penelitian ini dapat terlaksana dengan adanya dukungan dari semua pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada guruguru yang baik Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Hadi S Alikodra, MS sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah mendukung, meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dalam membimbing penulis sejak dalam perkuliahan, penulisan proposal sampai selesai penulisan karya Ilmiah ini. Semoga Guru-guru penulis diberikan pahala oleh Allah SWT. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Islam Assyafiiyah atas dukungannya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Tatang Mitra Setia, M. Si, dan dr. Marcel Adi CTR, Justuhadi dan Waladi atas dukungan dan kerjasamanya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Candra dan dr. Andri beserta para Keeper-keeper SRS atas bantuan selama koleksi sample darah di SRS. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jakaria, S.pt, M.Si dan Heri atas bantuannya dan dukungannya selama di Laboraturium. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboraturium Biologi Molekuler Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknlogi (PPSHB) Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA, atas segala fasilitas alat dan bahan yang dapat penulis gunakan mulai dari isolasi, ekstraksi DNA total sampai pelaksanaan amplifikasi PCR daerah CO I dan D-loop DNA Mitokondria. Akhirnya, terima kasih penulis sampaikan kepada Aan Tukiman (Bapak) dan Muminah (Alm/Ibu), atas dukungan, pengertian dan doanya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi manajeman konservasi di Indonesia dan khususnya di Suaka Rhino Sumatera (SRS) TN. Way kambas Lampung. Bogor, 3 September 2008 Handayani

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1981 sebagai anak ke enam dari enam bersaudara dari pasangan Aan Tukiman dan Mu minah (Alm). Pendidikan Sekolah Dasar (MI Darussa adah) Jakarta ditamatkan pada tahun 1994, kemudian dilanjutkan pada MTS Darussa adah tamat tahun 1997 dan MA Saadatudarain tamat pada tahun 2000. Kesempatan melanjutkan pendidikan sarjana dengan beasiswa pendidikan dari NAGAO-Jepang selama empat tahun dimulai pada tahun 2000 sampai 2004 pada Program Studi Biologi Jurusan Konservasi Fakultas MIPA Universitas Islam Assyafi iyah, lulus pada tahun 2005. Dan pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan ke program Magister pada program Studi Biologi, Sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 2005 dan lulus 2008. Penulis memperoleh kesempatan penelitian ini pada laboratorium Biologi Molekuler Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSH) Institut Pertanian Bogor atas kerja sama Pembimbing Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA. Penulis bekerja sebagai Genetics Analys di WWF- Indonesia sejak bulan Juli sampai sekarang untuk penelitian DNA badak Jawa.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 4 Manfaat Penelitian... 4 Hipotesis Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Badak Sumatera... 6 Morfologi... 7 Ekologi... 8 Penyebaran... 10 Genetika Konservasi... 10 Tekanan Silang Dalam (Inbreeding Depression)... 11 Tekanan Silang Luar (Out breeding Depression)... 11 Struktur DNA Mitokondria... 12 Polymerase Chain reaction (PCR)... 16 Peranan Konservasi Genetik... 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu... 19 Koleksi contoh darah... 20 Isolasi DNA total... 20 Amplifikasi CO I dan D-loop DNA Mt... 21 Analisis Data... 22 HASIL DAN PEMBAHASAN DNA Total... 23 Amplifikasi Cytocrom Oksidase I (CO I)... 23 Sekuensi Daerah CO I Parsial dan Keragaman Runutan Nukleotida... 24 Jarak Genetik badak Sumatera dan Outgrupnya badak India dan Afrika... 26 Hubungan Kekerabatan Badak Sumatera Berdasarkan Sekuen CO I Amplifikasi D-loop DNA Mt... 27 Sekuensi Daerah D-loop Parsial dan Keragaman Runutan nukleotida... 28 Jarak Genetik badak Sumatera dan Outgrupnya badak India dan Afrika... 30 Hubungan kekerabatan berdasarkan sekuen D-loop DNA Mt... 31 PEMBAHASAN UMUM... 33

9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 35 Saran... 35 DAFTAR PUSTAKA... 37 DAFTAR LAMPIRAN... 43

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Ciri dari tiga sub spesies badak Sumatera... 7 2. Morfologi lima spesies badak di dunia... 8 3. Primer untuk sekuen CO I parsial dan D-Loop pada badak Sumatera... 21 4. Perbedaan susunan basa nukleotida bdak Indoa, badak putih Afrika, dari GenBank dan empat individu badak Sumatera hasil penelitian... 25 5. Jarak genetik berdasarkan metode Pairwie Distance dengan p-distance pada badak India dan badak putih Afrika GenBank dan empat individu badak Sumatera hasil penelitian... 26 6. Perbedaan susunan basa Nukleotida empat individu badak Sumatera hasil penelitian ini dengan standar nukleotida badak India dari GenBank (679 nukleotida)... 29 7. Perbedaaan susunan basa Nukleotida empat individu badak Sumatera hasil penelitian ini dengan standar nukleotida badak India dari GenBank (667 nukleotida )... 30 8. Jarak genetik berdasarkan metode Pairwier Distance dengan P-dinstance pada empat individu badak Sumatera dengan badak India dan badak putih Afrika (n = 679)... 30

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Dicerorhinus sumatrensis... 6 2. Lima spesies badak di dunia... 8 3. Peta penyebaran badak Sumatera di TNWK dan TNBBS... 10 4. Genom mitokondria mamalia... 14 5. Spektrofotometer DNA total badak Sumatera setelah dimigrasikan dalam gel agarose 1,2 % pada tegangan 90 volt selama 45 menit... 23 6. Sketsa letak penempelan primer RHCOIF dan RHCOIR untuk mengamplifikasi pada daerah CO I badak Sumatera... 24 7. Hasil amplifikasi daerah CO I dengan menggunakan pasangan primer RHDLF dan RHDLR setelah dimigrasikan dalam gel agarose 1.2 % pada tegangan 90 volt selama 45 menit... 24 8. Dendogram Neighbor-Joining dengan pengolahan bootstrap 1000 ulangan dari nukleotida daerah CO I parsial badak Sumatera, badak India dan badak putih Afrika (berukuran 716 nt)... 27 9. Hasil amplifikasi daerah CO I dengan menggunakan pasangan primer RHDLF dan RHDLR setelah dimigrasikan dalam gel agarose 1.2 % pada tegangan 90 volt selama 45 menit... 27 10. Sketsa letak penempelan primer RHCOIF dan RHCOIRmengamplifikasi pada daerah D-loop DNA Mt... 28 11. Dendogram Neighbor-Joining dengan pengolahan bootstrap 1000 ulangan dari nukleotida daerah D-loop DNA Mt parsial badak Sumatera, badak India dan badak putih Afrika (berukuran 679 nt)... 31 12. Dendogram D-Loop berdasarkan p-distance dengan Neighbor- Joining menggunakan pengolahan bootstrap 1000 ulangan (667 nukleotida)... 32

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lokasi pengambilan sampel darah di SRS... 43 2. Profil sample darah empat badak Sumatera untuk analisis gen CO I dan daerah D-loop DNA Mt... 44 3. Lokasi penempelan primer RHCOIF dan RHCOIR pada sekuen basa nukleotida gen COI parsial badak Sumatera... 46 4. Lokasi penempelan primer RHDLF dan RHDLR pada sekuen basa nukleotida daerah D-loop parsial badak Sumatera... 47 5. Komposisi bahan pereaksi yang digunakan untuk isolasi DNA dari Sample darah... 48 6. Pensejajaran nukleotida berdasarkan hasil sekuen gen CO I... 49 7. Pensejajaran nukleotida berdasarkan hasil sekuen D-loop DNA Mt... 52 8. Situs-situs spesifik badak Sumatera berdasarkan sekuen CO I... 55 9. Situs-situs spesifik badak Sumatera berdasarkan sekuen D-loop DNA Mt 57 10. Hasil blast sekuens badak Sumatera pada situs NCBI dan nomor akses... 59

13