BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Setiap keluarga dinamis memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Paradigma baru program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi Keluarga berkualitas 2015 untuk mewujudkan keluarga berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah 2 anak lebih baik, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Prawirohardjo, 2003, p. 902) Di Indonesia jumlah peserta KB AKDR pada tahun 2009 hanya 0,043 % (43.184 PUS) dari jumlah peserta KB yaitu 1.003.015 PUS. Dari data BKKBN Provinsi Jawa Tengah, bahwa terjadi penurunan peserta KB baru metode AKDR dari tahun 2008 ( 81,07 %) dari PUS 31.666 dan tahun 2009 menjadi ( 65,09 % ) dari PUS 49.809. (BKKBN, 2008, 2009) Keadaan di Kota Semarang, berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Semarang didapatkan bahwa terjadi penurunan peserta KB AKDR pada tahun 2007 (8,03 %) dari PUS 243.194 menjadi (7,79%) dari PUS 247.228 pada tahun 2008. (Bapermas, Perempuan dan KB, 2007, 2008) 1
2 Di Kota Semarang terdapat 16 kecamatan. Diantara 16 kecamatan tersebut jumlah peserta KB AKDR yang paling rendah adalah di kecamatan Mijen. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Semarang. Bahwa di kecamatan Mijen jumlah peserta KB AKDR mengalami penurunan, pada tahun 2008 (3,38 %) dari PUS 10.676 menjadi ( 3,16 %) dari PUS 11.020 pada tahun 2009. (Bapermas, Perempuan dan KB, 2008, 2009) Data diatas dapat diambil simpulan bahwa metode AKDR belum dapat menarik akseptor untuk menggunakannya sebagai alat untuk menjarangkan kehamilan. Padahal metode AKDR ini merupakan salah satu metode jangka panjang (MKJP), yang mempunyai efektifitas 0,6-0,8 kehamilan dari 100 perempuan dalam satu tahun pertama penggunaan.(saifuddin, 2006, p.mk - 75) Menurut survei pengamatan sementara pada bulan Januari sampai Maret tahun 2010 peserta KB baru yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas Mijen sejumlah 54 PUS. Berdasarkan metode yang dipilih adalah metode Suntik sejumlah 34 ( 62,96 % ), Pil 11 ( 20,37 % ), AKBK 7 ( 12,97 % ), AKDR 2 (3,70 %), MOW/ MOP dan Kondom (0%). Menurut hasil studi pendahuluan dari 10 orang peserta KB baru yang tidak memilih metode AKDR menyatakan tidak bersedia menggunakan metode AKDR antara lain 1) semua (100 %) Ibu menyatakan takut, karena dimasukan benda asing dalam tubuh, 2) 50 % menyatakan malu saat diperiksa, 3) 40 % menyatakan harganya mahal.
3 Berdasarkan data diatas menunjukkan peserta KB baru yang memilih metode kontrsepsi AKDR kurang. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Puskesmas Mijen Kota Semarang tahun 2010. B. Rumusan Masalah Menurut hasil studi pendahuluan dari 10 orang peserta KB baru yang tidak memilih metode AKDR menyatakan tidak bersedia menggunakan metode AKDR. Semua (100 %) Ibu menyatakan takut, 50 % Ibu menyatakan malu saat diperiksa, dan 40 % Ibu menyatakan harganya mahal. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Apa saja faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ) di Puskesmas Mijen Kota Semarang tahun 2010. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Puskesmas Mijen Kota Semarang tahun 2010.
4 2. Tujuan Khusus a) Mendiskripsikan faktor faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode AKDR meliputi, pendidikan kesehatan tentang AKDR, pekerjaan, pendapatan perkapita, dan pengetahuan tentang AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang. b) Mendeskripsikan pemilihan metode kontarsepsi AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang. c) Menganalisis hubungan pendidikan kesehatan tentang AKDR dengan pemilihan metode AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang. d) Menganalisis hubungan pekerjaan dengan pemilihan metode AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang. e) Menganalisis hubungan pendapatan perkapita dengan pemilihan metode AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang. f) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang AKDR dengan pemilihan metode AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang.
5 D. Manfaat 1. Manfaat Teoretis ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti lain, dan sebagai acuan pembelajaran terutama mengenai metode KB AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi tentang alat AKDR. b. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan pelayanan AKDR demi terciptanya metode efektif dan berjangka panjang. c. Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarkat setempat untuk mengerti dan memahai tentang fungsi, manfaat, serta efektifitas AKDR sehingga masyarakat semakin mengenal dan pemakaian AKDR semakin bertambah.
6 E. Keaslian Tabel : 1.1 Keaslian penelitian No Nama Judul 1 Suyanti (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih alat IUD di Puskesmas Wonosalam di dalam wilayah kecamatan Wonosalam kabupaten Demak. Jenis penelitian deskriptif Hasil Perbedaan Persamaan Bahwa faktor umur, paritas, tingkat ekonomi, dan dukungan suami sangat mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat IUD. yang akan saya lakukan adalah penelitian analitik. Variabel penelitian yang akan saya lakukan adalah, tingkat pengetahuan, pekerjaan, dan tingkat ekonomi. Sama meneliti tentang pemilihan metode AKDR. 2 Iswatun Nadhofah (2009) 3 Sujinah (2005) Hubungan konseling oleh bidan tentang KB IUD dengan pemilihan KB IUD di masyarakat puskesmas kecamatan kota Kendal tahun 2009 Hubungan pengetahuan klien tentang IUD terhadap pemilihan metode IUD di wilayah Susukan kabupaten Semarang tahun 2005 korelasi korelasi Ada hubungan konseling tentang KB IUD yang dilakukan oleh bidan dengan pemilihan KB IUD di masyarakat. Tidak ada hubungan antara pengetahuan klien tentang terhadap pemilihan metode IUD di wilayah Susukan tahun 2005 Variuabel penelitian ini hanya konseling, sedangkan variabel dalam penelitian yang akan saya lakukan meliputi pendidikan kesehatan, pekerjaan, pendapatan perkapita, dan pengetahuan Ibu tentang metode AKDR. Variabel penelitian ini hanya pengetahuan klien tentang IUD, sedangkan variabel yang akan saya teliti meliputi pendidikan kesehatan, pekerjaan, pendapatan perkapita, dan pengetahuan Ibu tentang metode AKDR. Populasi penelitiannya sama yaitu peserta KB baru selama 3 bulan terakhir. Populasi penelitiannya sama yaitu peserta KB baru.