MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

Kebutuhan cairan dan elektrolit

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stres juga didefinisikan sebagai

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT )

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2) Perasat (minimal 10 buah) Sop infus Sop injeksi Sop kateter Dll

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPENTENSI ASPEK KETRAMPILAN LATIHAN GERAK SENDI (ROM) EKSTREMITAS BAWAH

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1. Keterampilan Menyuntik Rini Rachmawarni Bachtiar Baedah Madjid

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT INFEKSI DAN TROPIS

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN SUHU

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Standar Prosedur Operasional (SPO) yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu

PENUNTUN PEMBELAJARAN

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

165

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

Tali Pusat Pada Janin

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari : TASBI blok J No. 12, Medan

SOP Tanda Tanda Vital

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan

LAMPIRAN 1 DATA ANTHROPOMETRI ORANG INDONESIA MENURUT EKO NURMIANTO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB III PEMBAHASAN. Laporan Prakerin SMK Hassina Program Keahlian : Keperawatan

Transkripsi:

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TAHUN 2013 i

KATA PENGANTAR Dengan memanjadkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas limpahan rahmad-nya penulis dapat menyelesaikan modul tentang Ketrampilan Klinik Pada Asuhan Kebidanan. Modul Keterampilan Klinik Asuhan Kebidanan ini disusun sebagai media pembelajaran bagi dosen dan mahasiswa agar lebih mudah memahami langkahlangkah dalam memberikan pelayanan Kebidanan, baik pembelajaran di kelas dan di laboratorium. Semoga modul ini dapat dipergunakan dengan baik sesuai kompetensi yang harus dicapai. Surabaya, Agustus 2013 Penulis ii

KETERAMPILAN KLINIK PEMASANGAN INFUS I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh peserta ketika melakukan pemasangan infus. Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk: Membantu peserta dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai peserta memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency) Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membehas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan pertolongan persalinan sungsang dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan pertolongan persalinan sungsang dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap peserta untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya. Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut : 0 Tidak dilakukan : langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa 1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 1

Pengertian Tujuan 2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau pembimbing perlu mengingatkan peserta tentang halhal kecil yang tidak terlalu penting 3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan Memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama. Dengan menggunakan infuse set. 1. Sebagai tindakan pengobatan 2. Untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit. 3. Sebagai makanan untuk pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut Indikasi 1. Pasien dengan dehidrasi 2. Pasien sebelum transfuse darah 3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program pengobatanya 4. Pasien yang tidak bisa makan dan minum meluli mulut 5. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya harus dengan cara infuse 6. Pasien dengan intoksikasi berat Kontra Indikasi 1. Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat, sesuia dengan program pengobaatan 2. Bila terjadi Haematoma, Bengkak dan lain lain pada tempat pemasangan jarum, maka infuse harus di hentikan dan di pindahkan pemasangannya ke bagian tubuh. 3. Perhatikan reaksi pasien selam 15 menit pertama. Bila timbul reaksi alergi ( misalya : menggigil, urticuria atau shock) maka infuse segera diperlambat tetesanya, jiks perlu dihentikan, kemudian segera dilaporakan kepada penaanggung jawab ruangan atau dokter yang bersangkutan. 4. Siapkan cairan atau obat untuk pemberian selanjutnya 5. Cara pemasangan infuse harus disesuaikan dengan perangkat infuse yang digunakan Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 2

RESIKO PEMASANGAN INFUS : Perdarahan Infiltrasi (dimana cairan infus masuk kedalam jaringan disekitar pembuluh darah Infeksi Overdose (karena respon obat i.v. lebih cepat) Inkompabilitas antara obat dengan cairan infus ketika dicampur D. PEDOMAN PEMILIHAN VENA : 1. Gunakan vena distal terlebih dahulu 2. Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin 3. Pilih vena diatas area fleksi 4. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat kedalam kateter 5. Palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh. 6. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktifitas pasien 7. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi pembedahan atau prosedur yang direncanakan HINDARI TIPE-TIPE VENA : 1. Vena yang telah digunakan sebelumnya 2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis 3. Vena yang keras dan sklerotik 4. Vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi sering terjadi 5. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke 6. Vena yang dekat area terinfeksi 7. Vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium ANATOMI TEMPAT PEMASANGAN INFUS : Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 3

Persiapan Alat Baki yang dialasi Perlak dan pengalasnya Handuk kecil Bengkok Tiang Infus Sarung Tangan Torniquet Kapas Alkohol Cairan Infus Infus Set Abbocath Plester ) Kassa steril Gunting Plester Jam Tangan Lembar Kerja Waskom berisi Larutan Chlorin 0,5% Pasien Pasien diberi penjelasan tentang hal hal yang akan dilakukan jika keadaan Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 4

memungkinkan Pakain pasien pada daerah yang akan dipasang infuse harus dibuaka Prosedur Tindakan Beri penjelasan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan Siapkan peralatan kedekat pasien Pasang sampiran atau penutup tirai Atur posisi pasien senyaman mungkin Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir Pakia sarung tangan Gantungkan flabot pada tiang infuse Buka kemasan steril infuse set Atur klem rol sekitar 2 4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada saluran infuse. Tusukkan pipa saluran infuse ke daalm botol cairan dan tabung tetesan diisi setangah denagan cara memencet tabung tetesan. Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada slang infuse lalu tutup kembali klem. Cari dan pilih vena yang akan di pasang infuse. Letakkan tourniquet 10 12 cm diatas tempat yang akan ditusuk. Desinfeksi dengan kapas alcohol 70 % secara sirkular. Tussukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang menghadap keatas. Dorong pelan pelan abbocath masuk ke dalam vena sambil menarik pelan pelan jarum abbocath hingga semua plastic abbocath masuk semua ke dalam vena. Sambungkan segera abbocath dengan selang infuse. Lepaskan tourniquet dan longgarkan klem untuk melihat kelancaran tetesan. Bila tetesan sudah lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester. Atur tetesan sesuai kebutuhan. Tutup tempat jarum dengan kassa steril. Atur letak anggota badan yang dipasang infuse agar tidak gerak dan agar jarum infuse tidak bergeser. Bereskan alat dan rapikan pasien. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih. Dokumentasi tindakan Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 5

DAFTAR PUSTAKA Dep Kes RI.1985. Keterampilan dasar praktek klinik kebidanan.t.k.:t.p Kusmiyati, yuni.2007. Ketrampilan dasar paktek klinik kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 6

Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 7

Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 8

Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 9

Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Infus 10

KETERAMPILAN KLINIK INJEKSI I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh peserta ketika melakukan pemasangan infus. Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk: Membantu peserta dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai peserta memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency) Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membehas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan pertolongan persalinan sungsang dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan pertolongan persalinan sungsang dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap peserta untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya. Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut : 0 Tidak dilakukan : langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa 1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan 2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Injeksi 11

Pengertian Tujuan pembimbing perlu mengingatkan peserta tentang halhal kecil yang tidak terlalu penting 3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan Memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama. Dengan menggunakan infuse set. 1. Sebagai tindakan pengobatan 2. Untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit. 3. Sebagai makanan untuk pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut Indikasi 1. Pasien dengan dehidrasi 2. Pasien sebelum transfuse darah 3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program pengobatanya 4. Pasien yang tidak bisa makan dan minum meluli mulut 5. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya harus dengan cara infuse 6. Pasien dengan intoksikasi berat Kontra Indikasi 1. Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat, sesuia dengan program pengobaatan 2. Bila terjadi Haematoma, Bengkak dan lain lain pada tempat pemasangan jarum, maka infuse harus di hentikan dan di pindahkan pemasangannya ke bagian tubuh. 3. Perhatikan reaksi pasien selam 15 menit pertama. Bila timbul reaksi alergi ( misalya : menggigil, urticuria atau shock) maka infuse segera diperlambat tetesanya, jiks perlu dihentikan, kemudian segera dilaporakan kepada penaanggung jawab ruangan atau dokter yang bersangkutan. 4. Siapkan cairan atau obat untuk pemberian selanjutnya 5. Cara pemasangan infuse harus disesuaikan dengan perangkat infuse yang digunakan Modul Ketrampilan Dasar Kebidanan Injeksi 12