PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya e-mail : dimasrinaldy@google.com ABSTRACT PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan plywood. Perusahaan tersebut terdiri dari 2 divisi, yaitu divisi plywood dan wood working. Sistem supply chain yang diamati dalam penelitian ini adalah sistem supply chain produk fancy pada divisi wood working yang beroperasi dengan sistem produksi yang berbasis make to order. Masalah yang sering terjadi pada PT XYZ, khususnya produk fancy, adalah pengiriman produk jadi ke konsumen sering terlambat, waktu pemesanan bahan baku ke supplier cukup lama, permintaan konsumen yang sering berubah ubah sehingga membuat rencana produksi sering berubah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka usaha pertama kali yang perlu dilakukan adalah mengetahui bagaimana kinerja supply chain perusahaan agar dapat dilakukan perbaikan pada bidang bidang yang kinerjanya masih buruk. Selama ini PT XYZ belum pernah melakukan pengukuran kinerja terhadap supply chainnya, sehingga diperlukan pengukuran kinerja supply chain. Metode yang akan digunakan untuk mengidentifikasikan indikator indikator kinerja supply chain adalah model SCOR. Model SCOR mempunyai lima ruang lingkup, yaitu plan, source, make, deliver, return. SCOR juga memiliki lima aspek, yaitu reliability, responsiveness, flexibility, cost dan assets. Dengan menggunakan metode SCOR diharapkan dapat diidentifikasikan indikator indikator supply chain yang sebaiknya digunakan oleh PT XYZ. Untuk pembobotan indikator kinerja supply chain digunakan metode AHP, sedangkan untuk scoring system digunakan metode Objective Matrix (OMAX). Dari hasil pengukuran kinerja supply chain di PT XYZ di dapat 27 indikator kinerja supply chain, yang terdiri dari 7 indikator untuk ruang lingkup plan, 4 indikator untuk ruang lingkup source, 8 indikator untuk ruang lingkup make, 5 indikator untuk ruang lingkup deliver dan 3 indikator untuk ruang lingkup return. Sedangkan dari hasil perhitungan OMAX didapat 5 indikator yang jauh dari target perusahaan dan memerlukan tindakan perbaikan. Kelima indikator tersebut adalah percentage of production schedule revision (KPI 1), on time delivery supplier (KPI 8), supplier delivery lead time (KPI 11), customer relationship (KPI 22), delivery lead time (KPI 24). Keywords : Supply Chain, SCOR, AHP, OMAX PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan plywood. Perusahaan tersebut terdiri dari 2 divisi, yaitu divisi plywood dan divisi wood working. Seiring dengan perkembangan waktu, persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat sehingga perusahaan dituntut untuk menciptakan model model baru dalam
pengelolaan aliran produk dan informasi. Perubahan persaingan sekarang ini mulai mengarah pada persaingan antar supply chain perusahaan, bukan hanya persaingan antar perusahaan saja. Perusahaan yang memiliki kinerja supply chain yang lebih baik akan dapat memenangkan persaingan. Perubahan kondisi tersebut membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pengelolaan perusahaan. Perusahaan yang sukses adalah yang mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya yang rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk, mengelola industri secara cermat dan fleksibel dengan supply chain management. Melalui aktivitas aktivitas supply chain management, perusahaan mempelajari bahwa mereka dapat memperbaiki profitability secara drastis dengan memfokuskan pada operasi lintas perusahaan dalam satu kesatuan supply chain. Selain itu perubahan kondisi tersebut juga mendorong perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja supply chain yang bertujuan untuk mengurangi biaya biaya, memenuhi customer satisfaction dan meningkatkan keuntungan perusahaan (Klapper et al., 1999). Masalah yang sering terjadi pada PT XYZ, khususnya produk fancy, adalah pengiriman produk jadi ke konsumen sering terlambat, waktu pemesanan bahan baku ke supplier cukup lama, permintaan konsumen yang sering berubah ubah sehingga membuat rencana produksi sering berubah. Berdasarkan permasalahan diatas maka perusahaan ingin memperbaiki masalah tersebut. Usaha pertama kali yang perlu dilakukan adalah mengetahui bagaimana kinerja supply chain perusahaan agar dapat dilakukan perbaikan pada bidang bidang yang kinerjanya masih buruk. Untuk mengetahui kinerja perusahaan di bidang supply chain apakah sudah berada dalam kondisi baik atau belum maka perlu dilakukan suatu pengukuran. Salah satu model pengukuran kinerja supply chain adalah SCOR (S upply Chain Operation Reference) yang dikembangkan oleh sebuah lembaga profesional yaitu Supply Chain Council (SCC). SCOR merupakan suatu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan sebuah kerangka yang menjelaskan mengenai supply chain secara detail, mendefinisikan dan mengkategorikan proses proses yang membangun metriks metriks atau indikator indikator pengukuran yang diperlukan dalam pengukuran kinerja supply chain. Dengan demikian akan didapat pengukuran yang terintegrasi antara supplier, internal perusahaan dan konsumen. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Ukuran ukuran kinerja supply chain apa saja yang sebaiknya digunakan oleh PT XYZ khususnya untuk produk fancy? 2. Bagaimanakah kinerja supply chain PT XYZ diukur menggunakan ukuran kinerja supply chain yang didapat dari rumusan masalah no.1? 3. Langkah langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja supply chain PT XYZ? Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasikan ukuran kinerja supply chain PT XYZ khususnya untuk produk fancy. 2. Mengukur kinerja supply chain PT XYZ dengan menggunakan metode SCOR. A-5-2
3. Mengidentifikasi langkah langkah perbaikan yang perlu dilakukan PT XYZ untuk memperbaiki kinerja supply chain. METODE Survey Pendahuluan Perumusan Masalah dantujuan Penelitian Studi Pustaka: 1. Supply Chain Management. 2. Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model. 3. Analythical Hierarchy Process (AHP). 4. Order Winner dan Qualifier Criteria 5. Objective Matrix (OMAX) Pengumpulan Data: 1. Data data tentang supply chain PT XYZ Membuat kerangka supply chain perusahaan Mengidentifikasi indikator indikator kinerja supply chain Validasi indikator kinerja supply chain Menentukan bobot indikator kinerja supply chain dengan metode AHP Menghitung nilai keseluruhan dari kinerja supply chain perusahaan Analisa Hasil dan Indentifikasi Langkah langkah Perbaikan Kesimpulan dan Saran A-5-3
HASIL DAN DISKUSI Hasil identifikasi KPI yang didapat dari order winner dan qualifier criteria dari PT XYZ seperti pada Tabel 1: Order Winner dan Qualifier criteria Cost Quality Delivery Service Product Variability Tabel 1. Identifikasi KPI dari order winner dan quqlifier Indikator 1. Budget of Total supply chain management cost 2. Budget of Cost of good sold 3. Cash to cash cycle time 1. Percentage of production schedule revision 2. Percentage of production schedule revision 3. Product failure in process 4. Packing failure rate 5. Company s quality system 6. Defect rate 7. Make employee reliability 8. Internal Relationship 9. Plan employee reliability 10. Percentage of faultness delivery 11. Deliver employee reliability 1. On time delivery supplier 2. On time delivery to customer 3. Delivery lead time 4. Supplier delivery lead time 5. Inventory innacuracy for finished product 6. Time to produce production schedule 7. Time to revise production schedule 8. Production lead time 9. Machine repair time 1. Customer relationship 2. Customer complaint 3. Time to solve complaint 1. Production item flexibility Setelah diidentifikasi menurut order winner dan qualifier criteria maka KPI tersebut didentifikasikan kedalam metode SCOR karena model SCOR memberikan indikator-indikator kinerja yang dapat digunakan pada masing-masing ruang lingkup, tetapi model SCOR tidak memberikan cara yang bisa digunakan untuk memilih indikator kinerja yang sesuai untuk suatu perusahaan tertentu. Untuk dapat mengidentifikasikan indikator kinerja yang sesuai untuk PT. XYZ, dalam penelitian ini digunakan konsep order winner dan qualifier criteria. Untuk mengetahui order winner dan qualifier dilakukan dengan cara brainstorming dengan pihak marketing. Hasil identifikasi KPI berdasarkan SCOR model dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: A-5-4
Aspek Supply Chain Reliability 1.Percentage of production schedule revision. 2.Inventory accuracy for finished product. 3. Internal Relationship. 4.Plan employee reliability Tabel 2. Hasil Perhitungan KPI Berdasarkan SCOR Ruang Lingkup Supply Chain Plan Source Make Deliver Return 8.On time delivery supplier. 9.Defect rate. 12. Product failure in process. 13.Packing failure rate. 14.Company s quality sistem. 15. Percentage Machine repair 16. Make employee reliability. 20.On time delivery to customer. 21.Percentage of faultness delivery. 22.Customer relationship. 23.Deliver employee reliability 25.Customer complaint. Responsiv eness 5.Time to produce production schedule. 6.Time to revise production schedule. 10.Supplier delivery lead 17.Production lead 24.Delivery lead 26.Time to solve complaint. 27.Supplier material replacement Flexibility - - 18.Production item flexibility. Cost 7.Percentage Budget of Total supply chain management cost. - 19.Percentage Budget of Cost of good sold. - - - - Assets - 11.Cash to cash cycle - - - Hasil dari identifikasi KPI menurut SCOR model di dapat 27 indikator yang dapat digunakan pada PT XYZ. Setelah diidentifikasi dilakukan validasi KPI dengan menggunakan kusesioner kepada pihak perusahaan apakah KPI tersebut dapat digunakan atau tidak untuk pengukuran kinerja supplty chain pada PT XYZ. Langkah selanjutnya dilakukan pembobotan KPI dengan menggunakan metode AHP dan scoring system dengan metode OMAX. Untuk pembobotan dengan menggunakan metode AHP dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk scoring system dengan metode OMAX pada lampiran 2. KESIMPULAN Setelah dilakukan pembobotan dengan metode AHP, ruang lingkup SCOR yang memiliki bobot paling tinggi adalah ruang lingkup source dengan bobot 0.419, sedangkan KPI yang memiliki bobot paling tinggi adalah KPI cash to cash cycle time dengan bobot 0.267. Dari hasil scoring system dengan menggunakan metode OMAX untuk indikator yang berada dilevel 7 10 sebanyak 14 indikator dan dilevel 4 6 sebanyak 8 indikator, A-5-5
sedangkan dilevel 1 3 ada 5 indikator dengan total 6,44. Hasil ini menunjukkan bahwa pencapaian kinerja perusahaan tetap dituntut untuk meningkatkan pencapaian kinerjanya. Karena pada dasarnya pencapaian kinerja tersebut masih belum memenuhi target yang ditetapkan oleh pihak perusahaan tentang strategi bisnisnya dituntut untuk selalu mengacu pada peningkatan pencapaian indikator kinerja yang tentunya didukung oleh proses dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Beamon, B.M. (199 6) Performance measures in supply chain management. Proceedings of the 1996 Conference on Agile and Intelligent Manufacturing Systems, Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, New York, NY, 2-3 October, 1996. Beamon, B.M. and Ware, T.M. (1998) A process quality model for the analysis, improvement and control of supply chain systems. International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol 28, no. 9-10, h. 704-715. Chopra, S. and Meindl, P. (2001) Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Gunasekaran et al. ( 2001) Performance Measures and Metrics in Supply Chain Environment. International Journal of Operations and Production Management, vol 21, no.172, h.71-87. Hakanson, B. (2001) Supply Chain Management: Where Today s Businesses Compete. <URL: http://hakanson.ascet.com> Hausman, W. (2000) Supply Chain Performance Metrics. Management Science and Engineering Department, Stanford University. Hill, T. (1994) Manufacturing Strategy: Text & Cases. London Business School. Klapper, L.S. et al. (1999) Supply Chain Management: A Recommended Performance Measurement Scorecard. Logistics Management Institute. Lapide, L. (2001) What about measuring supply chain performance?<url: http://lapide.ascet.com> Pires, S.R.I. and Aravechia, C.H.M. (2001) Measuring Supply Chain Performance. Proceedings of the Twelfth Annual Conference of the Production and Operations Management Society, POM-2001. March 30-April 2, 2001, Orlando FI. Riggs, J.L. (1983) Productivity By Objective. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. Saaty, T.L. (1991) Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo. A-5-6