BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB VII. KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL (International Personality of International Organization)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama 1. Berdasarkan ruang

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 9 HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan hak-hak, kewajiban-kewajiban dan kepentingankepentingan. negara-negara. Biasanya ketentuan-ketentuan hukum

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Laut yang pada masa lampau didasari oleh kebiasaan dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berkaitan dengan kepentingan negara yang diwakilinya

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 10 HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL 1

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 3 SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Laut Bering lepas pantai Chukotka, Rusia. Juru bicara Kementerian Kelautan

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat mengadakan hubungan-hubungan internasional dalam segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. telah membentuk dunia yang tanpa batas, karena itu negara-negara tidak

PENANGGALAN KEKEBALAN DIPLOMATIK DI NEGARA PENERIMA MENURUT KONVENSI WINA Oleh : Windy Lasut 2

BAB I PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN ORGANISASI INTERNASIONAL 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peranan adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan perikelakuan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hak-hak dan kewajiban negara karena hal utama yang diurus hukum

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.

BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang secara permanen. tertentu, memiliki pemerintahan, dan kedaulatan.

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

HUBUNGAN HUKUM NASIONAL DENGAN HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu:

BAB III BANK DUNIA SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL A. STATUS HUKUM BANK DUNIA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 5 UNSUR-UNSUR NEGARA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 10 TAHUN 1969 (10/1969) Tanggal: 1 AGUSTUS 1969 (JAKARTA)

: Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit :

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1969 TENTANG KONVENSI INTERNATIONAL TELECOMUNICATION UNION DI MONTREUX 1965

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

IMPLIKASI TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK NEGARA PENGIRIM DAN NEGARA PENERIMA ATAS TINDAKAN PENANGGALAN KEKEBALAN (IMMUNITY WAIVER)

BAB VII PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

GOVERNMENT REGULATION OF THE REPUBLIC OF INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 CONCERNING TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga apabila kita substitusikan kepada

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1969 TENTANG KONVENSI INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION DI MONTREUX 1965

ISTILAH-ISTILAH DIPLOMATIK. Accreditation : Akreditasi. Wilayah negara penerima yang. : suatu persetujuan yang diberikan oleh negara

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Namru-2 merupakan unit kesehatan Angkatan Laut Amerika Serikat yang berada

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan negara lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

KEPPRES 87/2001, PANITIA NASIONAL PERTEMUAN TINGKAT MENTERI KOMISI PERSIAPAN; KONFERENSI TINGKAT TINGGI DUNIA UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB II KEDUDUKAN KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL. A. Organisasi Internasional sebagai Subjek Hukum Internasional

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 8 HUKUM KEWILAYAHAN NEGARA (BAGIAN 2)

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H.

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

BAB XIV DOKTRIN KEDAULATAN NEGARA DALAM PELAKSANAAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hasil analisis mengenai Peran ILO terhadap Pelanggaran. HAM berupa Perdagangan Orang yang Terjadi Pada ABK telah

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Unviversitas Andalas. Oleh. Irna Rahmana Putri

PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL OAI 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UTAMI DEWI

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 10 BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN (Bagian 1)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JURNAL OPINIO JURIS Vol. 13 Mei Agustus 2013

TINJAUAN HUKUM DIPLOMATIK TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PRAKTIK SPIONASE YANG DILAKUKAN MELALUI MISI DIPLOMATIK DILUAR PENGGUNAAN PERSONA NON-GRATA

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

DAFTAR PUSTAKA. J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2010

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak lahirnya negara-negara di dunia, semenjak itu pula berkembang prinsipprinsip

Pada waktu sekarang hampir setiap negara. perwakilan diplomatik di negara lain, hal ini. perwakilan dianggap sebagai cara yang paling baik dan

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup bersama dengan berbagai jenis benda tidak

HUKUM INTERNASIONAL TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS PELANGGARAN HUKUM DIPLOMATIK

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB II ASPEK ORGANISASI INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP]

II. TINJAUAN PUSTAKA. diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL Sebagai subjek hukum yang mempunyai personalitas yuridik internasional yang ditugaskan negara-negara untuk melakukan berbagai kegiatan, organisasiorganisasi internasional dilengkapi dengan hak-hak istimewa dan kekebalankekebalan. Hak-hak istimewa dan kekebalan ini bukan saja diberikan kepada organisasi tetapi juga kepada para pegawainya. 1 Tujuan dari pemberian kekebalan dan hak-hak istimewa pada suatu OI adalah untuk memungkinkan mereka melaksanakan fungsi-fungsinya secara mandiri, tidak berpihak dan efisien bukan untuk memberikan mereka suatu tingkat atau status pengecualian ekstra teritorialitas mereka. 2 Mengenai hak istimewa dan kekebalan ini, Ian Brownlie berpendapat in order to function effectively, international organization require a certain minimum or freedom legal security for their assets, headquarters and other establishments and for their personal and representative of members states accepted to the organizations (Terjemahan bebas: dalam rangka memfungsikan secara efektif, OI memerlukan beberapa jaminan kebebasan hukum untuk asset-aset mereka, markas besar, dan lain-lain serta untuk personal dan perwakilan dari negara anggota yang telah terakreditasi pada organisasi tersebut). Selanjutnya ia melakukan analogi dengan pejabat diplomat by analogy with the previleges and immunities accorded to diplomats, the requisite previleges and immunities in respect of the teritorial jurisdiction of host states are recognized in the customary law (terjemahan bebas: dianalogikan dengan kekebalan dan hak-hak istimewa diplomatik, syarat kekebalan dan hak-hak istimewa dalam hal menghormati yurisdiksi wilayah negara tuan rumah telah diakui dalam hukum kebiasaan). 3 Menurut Schermers subjek dari kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa adalah sebagai berikut: 4 (Ade Maman Suherman, 2003; 90) 1. Individual Experts (seorang ahli); 1 Boer Mauna, 2000, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung, hlm. 455. 2 Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 89. 3 Ibid., hlm. 89-90. 4 Ibid., hlm. 90.

2. Delegates of members (delegasi negara anggota); 3. Delegates of non members (delegasi bukan negara anggota); 4. Delegates of other public international organizations (delegasi organisasi internasional publik lainnya); 5. Delegates of private international organizations and individual (delegasi organisasi internasional privat dan pribadi). Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Terdapat beberapa konvensi yang mengaturnya, seperti untuk PBB telah dibuat Convention On The Privileges and Immunities of The United Nations 1946 yang diterima Majelis Umum PBB tanggal 13 Februari 1946 untuk mengembangkan Pasal 105 (1) Piagam PBB yang menyatakan The organizations should enjoy in the territory of its members such privileges and immunities are necessary for the fulfillment of its purposes and that representative of members and official of the organization shall similarly enjoy such privileges and immunities as are necessary for the independent exercise of their functions in the connection with the organization (Terjemahan bebas: organisasi ini akan dapat menikmati kekebalan dan hak-hak istimewa di wilayah setiap anggotanya sebagaimana diperlukan untuk pemenuhan dari tujuan-tujuannya dan perwakilan-perwakilan dari negara-negara anggota dan pegawai-pegawai organisasi hanya akan menikmati kekebalan dan hak-hak istimewa sebagimana diperlukan untuk pelaksanaan fungsi-fungsi independen dalam hubungannya dengan organisasi). 5 Kekebalan dan keistimewaan pejabat PBB dalam Convention On The Privileges and Immunities of The United Nations 1946 dibagi menjadi 3, yaitu kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada perwakilan-perwakilan negara anggota (representative of members), pegawai-pegawai organisasi (officials) dan para ahli (experts on missions for UN s). 6 Dalam Convention On The Privileges and Immunities of The United Nations 1946 yang dimaksud dengan perwakilan-perwakilan negara anggota (representative of members) adalah semua delegasi, wakil delegasi, penasehat, ahli teknis dan sekretaris delegasi sebagaimana ditentukan dalam ayat 16. Hak-hak istimewa dan kekebalan yang diberikan pada perwakilan negara-negara anggota ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (11) yang menyebutkan perwakilan negara anggota ketika sedang 5 Ibid., hlm. 91. Lihat juga Boer Mauna, Op.cit., hlm. 455) 6 Ibid.

melaksanakan fungsi dan selama melakukan perjalanan menuju dan dari tempat pertemuan akan diberikan kekebalan dan hak-hak istimewa seperti kebal dari penangkapan atau penahanan, kebal dari penggeledahan atau penyitaan dan kebal dari semua bentuk proses hukum yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan dalam kapasitasnya sebagai perwakilan negara anggota; tidak dapat diganggu gugatnya surat-surat dan dokumen-dokumen dan lain-lain. 7 Untuk pegawai-pegawai PBB, hak-hak istimewa dan kekebalannya diatur dalam Pasal 5 ayat (18) seperti kebal terhadap proses hukum dari semua tindakan yang dilakukan oleh mereka dalam kebijakan resminya; bebas dari perpajakan yang berasal dari gaji dan honor; kebal dari kewajiban dinas nasional; kebal dari pembatasan-pembatasan imigrasi dan pencatatan orang asing. Khusus untuk Sekjen dan keluarganya ayat 19 menegaskan, selain dapat menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan di atas, ia juga dapat menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan, pembebasan dan fasilitas lainnya layaknya utusan diplomatik sesuai dengan hukum internasional. 8 Kekebalan dan hak-hak istimewa yang diberikan kepada para ahli yang sedang menyelenggarakan misi untuk PBB diatur dalam Pasal 6 ayat 22. Kekebalan dan hak istimewa yang diberikan tidak berbeda jauh dengan kekebalan dan hak istimewa yang diberikan kepada perwakilan-perwakilan negara anggota (representative of members) dan pegawai-pegawai organisasi (officials). 9 Keistimewaan lain yang diatur dalam Convention On The Privileges and Immunities of The United Nations 1946 untuk pejabat-pejabat PBB ini adalah diberikannya dokumen perjalanan (laissez-passer) sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 ayat 24-27. Ayat 24 menetapkan bahwa laissez-passer yang dikeluarkan oleh PBB akan diakui dan diterima sebagai dokumen perjalanan yang sah dan pemegang akan diperlakukan secepatnya ketika sedang melakukan perjalanan singkat (ayat 25). Fasilitas yang diberikan ayat 25 akan diberikan juga kepada para ahli dan orang lain yang bukan pemegang laissez-passer (ayat 26) dan ayat 27 menegaskan Sekjen, Asisten Sekjen dan Direktur akan diberikan fasilitas yang sama seperti utusan diplomatik ketika mengadakan perjalanan dengan menggunakan PBB laissez-passer untuk urusan PBB. 10 7 Ibid., hlm. 91-92. 8 Ibid., hlm. 92. 9 Ibid., hlm. 92-93. 10 Ibid., hlm. 93.

Konvensi selanjutnya adalah Convention On The Previleges and Immunities of The Specialized Agencies 1947 yang diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 21 November 1947. Konvensi ini memuat tentang hak-hak istimewa dan kekebalan setiap badan-badan khusus PBB yang dibuat sesuai dengan sifat khusus dari badan khusus. Dalam The Specialized Agencies Convention, kekebalan dan hak-hak istimewa yang diberikan kepada pejabat OI dibagi menjadi 2, yaitu kekebalan dan hak-hak istimewa yang diberikan kepada perwakilan negara-negara anggota dan kepada pegawai-pegawai badan khusus PBB. 11 Dalam The Specialized Agencies Convention yang dimaksud dengan perwakilan negara anggota adalah semua perwakilan, wakilnya, penasehat, ahli teknik dan sekretaris delegasi. Hak-hak istimewa dan kekebalan yang diberikan pada perwakilan negara-negara anggota ditetapkan dalam Pasal 5 ayat (13) yang menyebutkan perwakilan negara anggota ketika sedang melaksanakan fungsi dan selama melakukan perjalanan menuju dan dari tempat pertemuan akan diberikan kekebalan dan hak-hak istimewa seperti kebal dari penangkapan atau penahanan, kebal dari penggeledahan atau penyitaan dan kebal dari semua bentuk proses hukum yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan dalam kapasitasnya sebagai perwakilan negara anggota; tidak dapat diganggu gugatnya surat-surat dan dokumen-dokumen dan lain-lain. 12 Sedangkan hak-hak istimewa dan kekebalan untuk pegawai-pegawai badan khusus PBB ditetapkan dalam Pasal 6 ayat (19) yang menyebutkan kebal terhadap proses hukum dari semua tindakan yang dilakukan oleh mereka dalam kebijakan resminya; bebas dari perpajakan yang berasal dari gaji dan honor; kebal dari pembatasan-pembatasan imigrasi dan pencatatan orang asing. Keistimewaan lain yang juga dinikmati pegawai-pegawai badan khusus dalam The Specialized Agencies Convention adalah diberikannya laissez-passer yang diatur dalam Pasal 8 ayat (26-30) yang isinya tidak jauh berbeda dengan ketentuan dalam General Convention. 13 Konvensi selanjutnya adalah Vienna Convention On The Representation of State In Their Relation With International Organizations of A Universal Character 1975 (Konvensi Wina 1975). Dalam Konvensi Wina 1975, yang dimaksud dengan OI yang bersifat universal adalah OI PBB, badan-badan khusus yang berada di bawah PBB dan organisasi lainnya yang keanggotaannya dan tingkat 11 Ibid., hlm. 93-94. 12 Ibid., hlm. 95. 13 Ibid., hlm. 96.

pertanggungjawabannya bersakala internasional. Ruang lingkup yang diatur dalam konvensi ini berdasarkan Pasal 2 adalah meliputi perwakilan suatu negara dalam hubungannya dengan setiap organisasi internasional yang bersifat universal dan keberadaan perwakilannya dalam menghadiri konferensi-konferensi yang diatur atau berada di bawah perlindungan dari organisasi tersebut. 14 Kekebalan dan keistimewaan pejabat OI dalam Konvensi Wina 1975 dibagi menjadi dua bagian, yaitu kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada pejabat OI yang bersifat permanen dan kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada pejabat OI yang bersifat sementara, yaitu delegasi suatu negara yang dikirim oleh negaranya menghadiri suatu acara yang diadakan oleh organ-organ tertentu atau untuk menghadiri konferensi. 15 Beberapa kekebalan dan keistimewaan yang diatur dalam konvensi ini antara lain seperti yang disebutkan dalam Pasal 28 bahwa pimpinan misi dan anggotaanggota dari staf diplomatik misi adalah bersifat tidak dapat diganggu gugat. Mereka tidak dapat ditangkap atau ditahan. Selain kekebalan pribadi, seorang pejabat OI juga mempunyai kebebasan bergerak (Pasal 26) dan kebebasan berkomunikasi (Pasal 27) serta beberapa kekebalan dan keistimewaan lain seperti yang diatur dalam Pasal 32-35 untuk seorang pejabat OI yang bersifat permanen. Selain beberapa konvensi sebagimana tersebut diatas, ada Protocol On The Privileges and Immunities of The European Communities 1965, protokol ini mengatur kekebalan dan hak-hak istimewa yang dimiliki pejabat-pejabat Uni Eropa. 16 MP7 14 Ibid., hlm. 97. 15 Ibid. 16 Ibid., hlm. 97-98.