IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Metode Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH. NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO BANGUNAN SINAR MULIA 2. Rendy Niechual

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

IV METODE PENELITIAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB V RENCANA AKSI. tantangan kebutuhan bahan bangunan dikawasan Tapanuli. Tahapan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil Menengah

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

ASPEK FINANSIAL Skenario I

III. METODE PENELITIAN

BAB V RENCANA AKSI. dan juga penanggung jawab pada masing-masing kegiatan yang dilaksanakan. serta pengukuran kinerja dari NgeLamar EO.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

Studi Kelayakan Pembukaan Cabang Baru Apotek Roxy Kaliabang

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

IV METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH : MUHAMMAD FADLI NPM :

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE

IV. METODE PENELITIAN

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan UKM Batik Bogor Tradisiku memiliki tempat produksi di dua tempat yang berbeda, tempat pertama terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Selain digunakan untuk produksi, tempat kedua juga digunakan sebagai Gallery untuk menjual produk yang diproduksi. Lokasi kedua tempat produksi UKM Batik Bogor Tradisiku ini berada di tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi. Batik Bogor Tradisiku telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009. UKM Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh pendirinya Bapak Siswaya. Pria yang dilahirkan di Sleman-Yogyakarta ini telah melanglangbuana di Bogor selama lebih dari 26 tahun sehingga tumbuh rasa kecintaan beliau terhadap kota yang kerap dijuluki sebagai Kota Hujan ini dengan memberikan sesuatu untuk mengharumkan Kota Bogor ini. Gagasannya membuat Batik Bogor Tradisiku yang mengambil ikon-ikon khas Kota Bogor ini bertujuan untuk melestarikan budaya Batik dan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap Batik Bogor serta membawa nama harum Kota Bogor ke seluruh penjuru Nusantara hingga ke dunia Internasional. Alasan pemilik mendirikan Batik Bogor Tradisiku, yaitu:

26 1. Sebagai bentuk kecintaannya kepada Kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun. 2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu Batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya Bangsa Indonesia yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia yang memang sudah diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009. 3. Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan karena benca Gempa Bumi 2006 silam dan juga tentunya menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar UKM yang membutuhkan pekerjaan. Awalnya berdirinya Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang memang membawa ikon kedaerahan Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang di launching oleh Walikota Bogor sendiri. Setelah itu motif tersebut di patenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor. Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon Kota Bogor, salah satunya yang paling laris adalah motif Hujan Gerimis yang merupakan julukan Kota Bogor yaitu Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemsarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sudah mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai mengenal keberadaan reputasi akan kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku menunjukkan eksistensinya di dunia batik, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja, tetapi Batik Bogor Tradisiku turut menopang mahakarya Batik Indonesia. 4.2. Analisis Kelayakan Usaha Dalam melakukan pengembangan usaha, Batik Bogor Tradisiku melakukan pengembangannya dengan meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pasar yang telah ada selama ini. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah selama ini jumlah produksi yang dilakukan oleh UKM sudah

27 mencapai titik optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan melakukan peramalan penjualan terhadap pengembangan produksi yang akan dilakukan berdasarkan deret waktu (time series). Perhitungan untuk mengetahui banyaknya kapasitas produksi optimum yang perlu dikembangkan oleh Batik Bogor Tradisiku dilakukan menggunakan aplikasi Lindo dengan membuat model linear. Model linear dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. Penentuan formulasi persamaan linear tersebut berdasarkan margin laba, harga pokok produksi, modal, dan waktu pengerjaan sehingga menghasilkan formulasi yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan dari data yang telah diolah, didapat kapasitas optimum produksi sebesar 34 unit per bulan untuk batik tulis, 242 unit per bulan untuk batik cap, dan 325 unit per bulan untuk kain printing. Dapat dilihat pada Tabel 2 Kapasitas optimum produksi Batik Bogor Tradisiku. Tabel 2. Kapasitas optimum produksi Jenis Batik Kondisi Normal (unit/bulan) Kapasitas Optimum (unit/bulan) Penambahan produksi (unit/bulan) Batik Tulis 34 34 0 Batik Cap 224 242 18 Kain Printing 325 325 0 Total 583 601 18 Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum diperoleh bahwa hanya batik cap saja yang mengalami peningkatan produksi. Hal tersebut dikarenakan dalam penentuan kapasitas optimum yang dilakukan pada tiga jenis batik yang berbeda terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah laba yang dihasilkan, harga pokok produksi, dan waktu pengerjaannya. Pada batik cap akan lebih menguntungkan untuk ditingkatkan produksinya bila dilihat dari margin laba yang dihasilkan dengan waktu pengerjaannya yang tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan batik tulis yang memerlukan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya walaupun memiliki margin laba yang lebih besar. Selain itu bila dilihat dari sisi penjualan, batik cap lebih banyak dipilih atau dibeli oleh konsumen dibandingkan dengan batik tulis.

28 Setelah dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi, diperlukannya peramalan penjualan pada batik cap agar dapat dilihat apakah pasar dapat menyerap produksi batik cap yang bertambah dalam pengembangan usaha yang dilakukan UKM. Data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalam penjualan adalah data penjualan pada batik cap selama 48 bulan (4 tahun, Januari 2008-Desember 2011) dan menggunakan aplikasi Minitab. Diperlukan uji stasioner terlebih dahulu untuk menentukan jenis peramalan yang tepat. Berdasarkan hasil yang telah diolah, data penjualan Batik Cap menunjukkan tidak stasioner maka jenis peramalan yang tepat adalah Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing. Tidak stasioner dimaksud bahwa pada data menunjukkan adanya tren atau seasonal (Santoso, 2009). Hasil dari uji stasioner menggunakan aplikasi Minitab dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil peramalan dengan menggunakan ketiga metode Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing menunjukkan bahwa metode yang paling tepat adalah metode Analisis Tren Linear karena metode ini menunjukkan tingkat kesalahan yang paling kecil. Metode peramalan yang tepat adalah yang memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil. Hasil tingkat kesalahan dari jenis peramalan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Autocorrelation Function for SALES (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 1 2 3 4 5 6 7 Lag 8 9 10 11 12 Gambar 4. Uji Stasioner dengan Autocorrelation

29 Tabel 3. Metode peramalan dan nilai kesalahan Jenis Peramalan MAPE MAD MSD Analisis Tren Linear 103,95 59,47 6893,71 Analisis Tren Kuadratik 111,07 59,75 6407,91 Double Exponential Smoothing 105,23 59,60 7539,65 Berikut hasil analisis tren menggunakan metode analisis tren linear sehingga menghasilkan peramalan penjualan yang menggunakan aplikasi minitab dapat dilihat pada Gambar 5. TREND ANALISIS LINEAR Linear Trend Model Yt = 19.8014 + 5.28957*t SALES 400 300 200 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 103,95 MAD 59,47 MSD 6893,71 100 0 1 6 12 18 24 30 Index 36 42 48 54 60 Gambar 5. Model Tren Linear Pada studi kelayakan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku aspek yang perlu dikaji untuk menentukan bahwa usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan adalah dengan memperhatikan aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial. 4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku memiliki prospek yang cukup potensial di daerah Bogor. Hal tersebut dididasarkan pada ketentuan Walikota Bogor yang mewajibkan kepada seluruh Dinas di wilayah Bogor untuk mengenakan Batik Bogor pada hari-hari tertentu. Pada tahun 2011 sudah hampir semua dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor di Batik Bogor Tradisiku sehingga memiliki potensi untuk seluruh Dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor tersebut. Selain

30 itu, permintaan Batik Bogor untuk Dinas di Bogor berpotensi untuk naik karena setiap tahun Dinas selalu memesan Batik untuk seragam yang mereka kenakan setiap minggunya. Tidak hanya itu saja, sekolahsekolah di wilayah Bogor sudah ikut memesan batik Bogor. Penjualan Batik Bogor sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2011 cenderung turun tetapi meningkat kembali dengan peramalan yang telah dilakukan untuk satu tahun kedepan. Dengan mempertimbangkan peramalan yang meningkat dan kapasitas optimum yang produksi, maka ditetapkan penjualan untuk tahun kedepan sebesar 7212 unit batik/tahun dan penjualan pakaian jadi serta seragam sebesar 4044 unit/tahun sehingga penjualan total sebesar 11256 unit/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum bahwa kenaikan penjualan hanya terlihat pada penjualan Batik Cap saja sehingga peramalan penjualan juga dilakukan untuk Batik Cap saja. Dapat dilihat perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi Batik Cap per bulan pada Tabel 4. Melihat dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa peramalan penjualan Batik Cap sebesar 3691 unit/bulan. Dengan kapasitas sebesar 2904 dapat diasumsikan bahwa produksi sebesar 2904 dapat diserap oleh pasar seluruhnya. Batik Bogor Tradisiku memiliki satu pesaing di industri Batik Bogor. Pesaingnya yaitu Batik Bogor Handayani Geulis yang baru mulai merintis usahanya pada awal tahun 2012. Posisi Batik Bogor Tradisiku masih berada diatas pesaingnya dikarenakan Batik Bogor Tradisiku sudah merintis usahanya lebih lama, yaitu sudah berjalan 4 tahun dan sudah memiliki banyak pelanggan sehingga cukup susah pelanggan untuk beralih ke pesaingnya. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku memiliki hubungan yang sangat baik dengan pelanggannya. Dengan menambahkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pelanggan tidak akan mudah pelanggan berpaling ke tempat lain.

31 Tabel 4. Ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi batik cap Tahun 2011 Kapasitas Optimum Ramalan Penjualan Produksi Batik Cap Batik Cap (unit/bulan) (unit/bulan) Januari 278 242 Februari 284 242 Maret 289 242 April 294 242 Mei 300 242 Juni 305 242 Juli 310 242 Agustus 316 242 September 321 242 Oktober 326 242 November 331 242 Desember 337 242 Total 3691 2904 Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P), yaitu Produk, Lokasi, Harga, dan Promosi menunjukkan produk yang akan dipasarkan tersebut. Produk yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah berupa batik tulis, batik cap, kain printing, batik dalam bentuk pakaian jadi, dan seragam untuk siswa sekolah di wilayah Bogor dan sekitarnya. Lokasi Batik Bogor Tradisiku berada di Jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor dekat dengan pusat kota Bogor sehingga konsumen mudah menjangkau dan fasilitas transportasi yang mudah sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh konsumen. Harga yang ditawarkan untuk Batik Tulis antara Rp 450.000,00 hingga Rp 1.500.000,00, Batik Cap antara Rp 200.000,00 hingga Rp 400.000,00, kain printing antara Rp 65.000,00 hingga Rp 120.000,00, pakaian jadi sekitar Rp 160.000,00 hingga Rp 400.000,00, dan seragam Rp 39.000,00. Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam pembuatan batik. Bentuk promosi yang dilakukan Batik Bogor Tradisiku adalah dengan mengikuti pameran yang ada di Bogor dan juga diluar Bogor. Salah satu pameran yang selalu diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku adalah Ina Craft, Batik Bogor Tradisiku selalu mengikuti pameran ini setiap tahunnya. Selain itu, bentuk promosi lainnya adalah dengan membuat website Batik Bogor Tradisiku sehingga tidak hanya penduduk lokal yang bisa memesan tetapi

32 penduduk nasional dapat memesan lewat website Batik Bogor Tradisiku. Word of mouth dan pamflet juga digunakan sebagai bentuk promosi yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, dari aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan. 4.2.2 Aspek Teknis Aspek teknis dimaksudkan apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah lokasi usaha, kebutuhan bakan baku dan proses produksi. 1. Lokasi usaha Faktor lokasi merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha karena lokasi usaha erat hubungannya dengan pemasran hasil produksi. Lokasi usaha Batik Bogor Tradisiku berada di dua tempat, tempat produksi pertama yaitu terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Tempat pertama merupakan tempat yang hampir seluruh proses produksi dilakukan disini kecuali proses pembuatan batik tulis dan batik cap berada di tempat kedua yang selanjutnya juga diproses di tempat pertama. Tempat kedua juga digunakan sebagai tempat pemasaran hasil produksi yang siap dipasarkan. Tempat pertama cocok sebagai tempat produksi karena lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk kota Bogor yang ramai sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu yang lokasinya dekat dengan hutan, maka dapat mencari kayu bakar dengan mudah untuk tambahan bahan baku. Awalnya tempat produksi batik bogor hanya di tempat pertama saja tetapi agar tempat pemasaran dapat mudah dijangkau oleh konsumen di Bogor, yang sejak awal target utama pemasarannya adalah masyarakat Bogor, maka pemilik mulai mencari tempat yang

33 lebih tepat. Tempat kedua digunakan sebagai gallery dan proses pembuatan batik tulis dan cap agar selain membeli konsumen dapat melihat proses produksi batik. Selain itu tempat pertama merupakan tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi. 2. Kebutuhan bahan baku dan proses produksi Bahan baku berasal dari beberapa tempat, ada dari Pekalongan dan Bogor. Untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem pemesanan dan dipaket dari Pekalongan ke Bogor untuk menghemat biaya distribusi. Untuk pembelian bahan baku di Bogor dilakukan dengan sistem pembelian sendiri atau langsung ke tempat penjualan karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat produksi. Bahan baku langsung dibeli di tempat yang kualitasnya lebih baik dari tempat yang lain untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Berikut merupakan proses produksi kain batik yang merupakan produk utama yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku. Tahapan proses produksi kain batik dapat dilihat pada Gambar 6. Membuat gambar atau desain Menyanting Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Perebusan atau pelodoran Gambar 6. Tahap Proses Produksi Kain Batik

34 a. Membuat gambar atau desain Proses pertama dalam membuat batik adalah membuat gambar atau desain dari batik bogor sendiri dengan menggunakan pinsil, ini merupakan tahapan untuk batik tulis dan cap saja. Sedangkan untuk kain printing tidak melewati tahapan ini. b. Menyanting Proses kedua adalah menyanting atau menggambar dengan menggunkan malam untuk menutupi kain agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan. Batik tulis menggunakan canting tulis, batik cap menggunakan canting cap, sedangkan pada kain printing tidak melewati tahapan ini. c. Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Proses ketiga adalah memberi warna pada kain. Pada batik tulis dan cap proses pemberian warna adalah dengan mencelupkan kain ke air yang sudah diberi pewarna selama waktu yang ditentukan. Pada kain printing proses pertama langsung pada pemberian warna terhadap kain dengan menggunakan cetakan warna yang disebut plangkan. Sebenarnya proses printing sama dengan proses menyablon hanya saja pada kain printing di usaha Batik Bogor Tradisiku menggunakan obat berkualitas yang baik. Untuk batik tulis, cap, dan printing proses pewarnaan bisa dilakukan berkali-kali tergantung berapa warna yang digunakan. Pada kain printing warna yang berbeda digunakan pada plangkan yang berbeda pula. d. Perebusan atau pelodoran Proses terakhir adalah perebusan atau pelodoran malam yang tercetak di kain. Proses ini dilakukan kepada ketiga macam batik yang diproduksi. Hanya saja pada obatnya saja yang berbeda dalam setiap perlakuaan ketiga batik tersebut. Untuk batik tulis dan cap perebusan dilakukan biasa saja menggunakan air yang sudah diberi obat lalu malam akan luntur secara perlahan. Sedangkan untuk kain printing setelah pemberian warna kain di

35 rebus di obat yang berbeda setelah itu diberi pelembut kain. Setelah direbus lalu kain di angin-anginkan atau dijemur. Untuk proses produksi pakaian jadi dan seragam setelah membuat kain langsung dijait ke penjahit rekan dari usaha Batik Bogor Tradisiku. Yang dimaksud rekan atau mitra usaha Batik Bogor Tradisiku adalah Batik Bogor Tradisiku melakukan kerjasama dengan beberapa penjahit untuk membuat baju ke para penjahit tersebut. Tetapi Batik Bogor Tradisiku memiliki satu penjahit yang stand by dan bekerja secara langsung dengan Batik Bogor Tradisiku hanya saja segala kebutuhan bahan baku jahitan langsung dibebankan kepada penjahit sehingga pembayaran jahitan langsung diberikan kepada penjahit. 4.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum Setelah membahas aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis, selanjutnya akan membahas aspek manajemen dan hukum. Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum meliputi masalah perizinan dan legalitas, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan tenaga kerja. 1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar, 2003). Usaha Batik Bogor Tradisiku secara resmi telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009.

36 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. UKM Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan UKM seperti kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan. Penanggung jawab produksi bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Penanggung jawab operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti dalam hal transportasi dan belanja bahan baku batik. Penanggung jawab pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik baik itu pada galeri dan pameran. Penanggung jawab keuangan bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas UKM Batik Bogor Tradisiku, sedangkan penanggung jawab SDM bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Adapun struktur organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Gambar 7. Direktur Utama Penanggung Jawab Operasional Penanggung Jawab Produksi Penanggung Jawab Pemasaran Penanggung Jawab Keuangan Penanggung Jawab SDM Gambar 7. Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku

37 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah semua tenaga kerja yang ada di Batik Bogor Tradisiku berjumlah 22 orang. Jam kerja yang berlaku bagi karyawan mulai dari jam 08.00 hingga 17.00 WIB atau sekitar 9 jam per hari. Pada awal pendirian tahun 2008, UKM Batik Tradisiku Bogor hanya memiliki 8 karyawan yang terbagi ke beberapa pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dari awal usaha dapat dilihat pada Lampiran 5 yang menyajikan kebutuhan fisik dari tahun 0 (tahun 2008). Sistem perekrutan tenaga kerja di Batik Bogor Tradisiku tidak rumit. Tingkat pendidikan yang dibutuhkan juga tidak ditetapkan terlalu tinggi, tidak perlu juga mahir dalam membatik karena sebelumnya ada pelatihan terlebih dahulu dari Batik Bogor Tradisiku. Tenaga kerja yang direkrut juga tidak jauh dari orang sudah dikenal oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengontrol karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Dengan sistem seperti itu pemilik memiliki tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik. Sistem pemberian gaji yang diterapkan di usaha Batik Bogor Tradisiku adalah sistem bulanan dan sistem upah jika adanya kerja tambahan seperti menjaga pameran. Karyawan hanya mendapatkan libur seminggu sekali atau tergantung pesanan yang diterima. Selain itu karyawan diperbolehkan untuk meminta kasbon untuk keperluan mendadak dan mendapatkan bonus tambahan untuk tunjangan Hari Raya Idul Fitri. 4.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan menunjukkan apa dampak yang diberikan usaha tersebut terhadap masyarakat pada khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bila ditinjau dari aspek ekonomi dampak yang diberikan usaha Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang bertambahnya pendapatan bagi karyawan yang hampir sebagian karyawannya berasal dari Bogor dan pendapatan bagi

38 masyarakat sekitar tempat usaha. Selain itu bagi pemerintah, dampak yang dirasakan dari usaha Batik Bogor Tradisiku adalah memberikan pemasukan bagi pemerintah dengan pembayaran pajak yang dibayarkan Batik Bogor Tradisiku. Ditinjau dari aspek sosial dampak yang diberikan Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran walaupun dalam jumlah kecil. Selain itu tersedianya sarana dan prasarana berupa jalanan dan listrik bagi daerah sekitar tempat usaha. Bila dilihat dari aspek lingkungan, usaha Batik Bogor Tradisiku memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dan dampak yang ditimbulkan usaha tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari obat pewarna yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku ramah lingkungan karena tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu pada usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dikatakan tidak menghasilkan limbah yang dapat mengganggu lingkungan hanya kain hasil batik yang dapat diberikan atau dijual kembali kepada orang lain yang akan menghasilkan barang lain. Oleh karena itu, dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan. 4.2.5 Aspek Finansial Analisis aspek keuangan diteliti untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan (Umar, 2009). Penentuan layaknya suatu bisnis dapat dilihat dari beberapa kriteria. Pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku dilihat dari aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria investasi dilakukan dari awal usaha didirikan yaitu tahun 2008. Tahun persiapan (tahun 0) adalah tahun 2008 dan tahun pengembangan usaha (tahun 4). Hal tersebut dilakukan karena

39 pengembangan yang dilakukan UKM Batik Tradisiku Bogor berupa peningkatan produksi dengan melihat kapasitas optimum yang dapat dipenuhi dari sumber daya yang ada. Sehingga tidak memerlukan investasi berupa mesin atau peralatan lainnya dalam pengembangan yang dilakukan. 1. Rencana Kebutuhan Fisik Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan perencanaan kebutuhan fisik yang dibutuhkan oleh usaha tersebut. Kebutuhan fisik ini berupa kebutuhan bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan baku produksi, dan tenaga kerja. Dalam pengembangan kelayakan usaha ini yang meningkat adalah bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan dalam peningkatan produksi usaha tersebut. Peningkatan bahan baku hanya terjadi pada bahan baku produksi kain batik cap karena pada peningkatan kapasitas optimum yang meningkat hanya pada batik cap saja. Bahan baku yang meningkat adalah bahan baku pada aktivitas produksi batik cap berupa kain prima, malam cap, obat pewarna cap, soda ash, minyak tanah, gas kecil, blue gas, dan kayu bakar. Untuk peralatan yang meningkat adalah pada canting cap saja karena adanya peningkatan pada produksi batik cap juga. Tetapi pengembangan usaha ini tidak menyebabkan pertambahan tenaga kerja. Hal tersebut didasarkan pada pengoptimalan sumber daya yang dimiliki usaha tersebut. Rincian kebutuhan fisik dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 12. 2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan seluruh biaya yang diperlukan dalam pengembangan usaha ini. Rencana anggaran ini merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah direncanakan. Biaya-biaya yang termasuk dalam dalam rencana anggaran biaya adalah biaya bangunan, peralatan dan perlengkapan,

40 bahan baku, lain-lain, serta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Pada pengembangan usaha ini, rencana anggaran biaya yang diperlukan adalah biaya peralatan dan perlengkapan, biaya bahan baku, biaya lain-lain, serta biaya upah tenaga kerja dan bonus. Ringkasan rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 5. Rencana anggaran biaya lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 13. Tabel 5. Rencana anggaran biaya pada Batik Bogor Tradisiku Item Kondisi Kondisi Normal Pengembangan (Rp) (Rp) Biaya Peralatan dan Perlengkapan 5.100.000 15.100.000 Biaya Bahan Baku Produksi 490.461.000 612.890.000 Biaya Lain-lain 155.471.000 196.732.000 Biaya Upah tenaga kerja dan Bonus 302.564.000 318.776.000 Total 953.596.000 1.143.497.000 3. Biaya Operasional Biaya operasional dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya operasional yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar Rp 1.281.218.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp 1.101.317.000,00. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan (Ibrahim, 2003). Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tetap adalah biaya gaji tetap, biaya transportasi, biaya pemasaran, biaya listrik, biaya konsumsi, biaya ATK, biaya kebutuhan workshop, biaya pameran, dan biaya bunga pinjaman. Biaya Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan (Ibrahim, 2003). Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku, biaya upah tenaga kerja (penjahit) dan bonus. Ringkasan biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat

41 dilihat pada Tabel 6. Biaya operasional yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 15. Tabel 6. Biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Biaya Operasional Kondisi Normal Kondisi (Rp) Pengembangan (Rp) Biaya tetap 529.361.000 586.096.000 Biaya variabel 571.956.000 695.122.000 Total 1.101.317.000 1.281.218.000 4. Modal dan Penerimaan Modal merupakan keseluruhan modal yang diperlukan untuk membangun dan menjalankan usaha. Modal awal yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku murni dari uang pemiliknya. Tetapi pada pertengahan Batik Bogor Tradisiku meminjam pada Bank BRI Syariah. Pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku tidak diperlukan modal awal karena pengembangan pada usaha ini hanya penambahan produksi pada kapasitas optimal dari sumber daya yang sudah dimiliki. Penerimaan merupakan komponen pemasukan dalam usaha. Komponen pemasukan pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari hasil penjualan hasil produksi dan nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai barang yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Total penjualan dari kelima produk yang dipasarkan pada kondisi pengembangan usaha adalah sebesar Rp 1.649.412.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp 1.232.375.000,00. Jumlah penerimaan pada pengembangan usaha ini relatif sama untuk beberapa tahun kedepan, hanya saja dibedakan dari nilai akhir dari barang-barang. 5. Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan penilaian pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, apakah pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi memperhitungkan nilai waktu uang atau (time value of money). Adapun kriteria yang digunakan sebagai penilaian terhadap

42 pengembangan kelayakan usaha ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI). Hasil perhitungan dari analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 16. Tabel 7. Perbandingan kriteria investasi pada kondisi normal dan kondisi pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Kriteria Investasi Kondisi Normal Kondisi Pengembangan Net Present Value (NPV) Rp 222.947.000 Rp 778.901.000 Internal Rate Return (IRR) 23,9% 41,97% Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,804 3,729 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) 1,057 1,174 Payback Period (PBP) 4 thn 11 bln 22 hari 3 thn 9 bln 0 hari Profitability Index (PI) 2,774 6,341 a. Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009). Nilai NPV pada pengembangan sebesar Rp 778.901.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp 222.947.000,00. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha yang telah ditentukan dengan tingkat bunga sebesar 12%. Ketentuan suku bunga didasarkan pada bunga pinjaman BRI Syariah sebesar 12%. Makin tinggi nilai NPV maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada nol (NPV>0), sesuai dengan syarat. b. Internal Rate Return (IRR)

43 Internal Rate Return merupakan tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan. Nilai IRR pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku adalah 41,97% dan pada kondisi normal sebesar 23,9%. Angka ini lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 12% yang berarti modal yang ditanamkan usaha tersebut memiliki tingkat pengembalian yang menguntungkan dibandingkan melakukan investasi di Bank. Semakin tinggi nilai IRR maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena IRR yang dihasilkan lebih besar dari suku bunga pinjaman 12% (IRR>discount rate), sesuai dengan syarat. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan merupakan perbandingan antara present value kas masuk dengan present value kas keluar. Nilai Net B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 3,729 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,804. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Net B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Net B/C>1), sesuai dengan syarat. d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C merupakan present value manfaat kotor dengan present value biaya kotor. Nilai Gross B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 1,174 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,057. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan kotor dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Gross B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan

44 karena Gross B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Gross B/C>1), sesuai dengan syarat. e. Payback Period (PBP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain PBP mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan dapat kembali. Dapat dilihat dari hasil pengolahan menunjukkan bahwa PBP pada pengembangan usaha selama 3 tahun 9 bulan sedangkan pada kondisi normal selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Semakin cepat pengembaliannya maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PBP yang dihasilkan lebih kecil dari periode maksimum (PBP < periode maksimum), sesuai dengan syarat. f. Profitability Index (PI) Dari hasil perhitungan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 6,341 sedangkan pada kondisi normal sebesar 2,774. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PI yang dihasilkan lebih besar dari satu (PI > 1), sesuai dengan syarat. 6. Analisis Sesitivitas Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku analisis yang dilakukan menggunakan metode switching value, yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi. Alasan menggunakan tingkat inflasi dikarenakan dengan berubahnya tingkat inflasi dapat menyebabkan beberapa komponen

45 biaya juga berubah sehingga dapat dianalisis seberapa besar inflasi maksimum yang dapat diterima perusahaan. Dari hasil perhitungan pengembangan usaha ditunjukan bahwa tingkat inflasi yang dapat ditolerir oleh usaha ini sebesar 23,29 persen dan saat kondisi normal tingkat inflasi yang dapat ditolerir adalah sebesar 18,12 persen. Apabila angka inflasi melebihi 23,29 persen pada saat pengembangan dan melebihi 18,12 persen pada saat kondisi normal maka usaha Batik Bogor Tradisiku tidak layak dijalankan karena NPV yang negatif. Perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode Switching Value dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 17. Hasil rekapitulasi analisis aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria invesatasi dapat dilihat pada Tabel 8 dan analisis aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 9.

46 Tabel 8. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria investasi Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB) No. Item Kondisi Normal (Rp) Kondisi Pengembangan (Rp) 1 Biaya Peralatan dan Perlengkapan 5.100.000 15.100.000 2 Biaya Bahan Baku Produksi 490.461.000 612.890.000 3 Biaya Lain-lain 155.471.000 196.732.000 4 Biaya Upah tenaga kerja dan Bonus 302.564.000 318.776.000 Total 953.596.000 1.143.497.000 Ringkasan Biaya Operasional No. Biaya Operasional Kondisi Kondisi Normal Pengembangan (Rp) (Rp) 1 Biaya Tetap 529.361.000 586.096.000 2 Biaya Variabel 571.956.000 695.122.000 Total 1.101.317.000 1.281.218.000 Ringkasan Penerimaan No. Item Kondisi Normal (Rp) Kondisi Pengembangan (Rp) Hasil Penjualan&nilai 1 1.232.375.000 1.649.412.000 sisa Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Kondisi No. Item Kondisi Normal Pengembangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 222.947.000 Rp 778.901.000 2 Internal Rate Return (IRR) 23,9% 41,97% 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,804 3,729 4 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) 1,057 1,174 5 Payback Period (PBP) 4 thn 11 bln 22 hari 3 thn 9 bln 0 hari 6 Profitability Index (PI) 2,774 6,341

47 Tabel 9. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Normal Tingkat Inflasi No. Item 1 NPV (tahun 0 sampai tahun 5) 15% 20% (210.561) (228.552) (11.846) (25.590) (55.028) (83.434) 61.840 20.012 71.219 31.261 54.510 18.869 55.037 20.425 46.851 15.443 44.495 14.583 166.430 82.485 Total 222.947 (134.498) 2 Net B/C 1,804 0,602 Inflasi 18,12% Maksimum Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Pengembangan Tingkat Inflasi Item 15% 20% 25% 1 NPV (tahun 0 sampai tahun 5) No. 4.3. Implikasi Manajerial (210.561) (228.552) (246.543) (11.846) (25.590) (38.520) (63.050) (90.771) (116.692) 61.840 20.012 (11.398) 170.380 105.383 69.202 148.370 84.999 52.931 138.092 74.750 45.570 121.277 60.977 35.416 110.632 52.242 29.417 258.431 130.636 84.752 Total 723.566 184.086 (95.865) 2 Net B/C 3,535 1,534 0,768 Inflasi Maksimum 23,29% Implikasi manajerial merupakan rekomendasi dalam pengambilan langkah strategis atau pengambilan keputusan yang dapat dilakukan manajemen dalam menjalankan dan mengelola jalannya usaha. Implikasi manajerial ini dituliskan dalam bentuk fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). Implikasi manajerial dituangkan dalam beberapa aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek

48 ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek finansial. Implikasi manajerial pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Implikasi manajerial dalam fungsi manajemen pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Finansial Aspek Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian Pasar dan 1. Inovasi 1. Membuat motif-motif batik 1. Menjaga kualitas pemasaran 2. Memperlu yang baru, mengikuti trend produk. as pasar baju sesuai perkembangan 2. Menjaga untuk zaman, dan meningkatkan hubungan baik meningkat kualitas. dengan kan 2. Mengikuti pameran di pelanggan dan penjualan Bogor dan luar Bogor. mitra pada UKM ke pelosok 3. Karena perkembangan Batik Bogor kabupaten zaman menuntut perusahaan Tradisiku. Bogor untuk mengikuti trend, 3. Memperhatikan hingga perusahaan membuat keluhan dan keluar daerah Bogor. Website yang dipegang oleh salah satu pegawai agar tidak terbengkalai. saran pelanggan. 4. Memasarkan produk ke sekolah-sekolah dan pemerintah. Teknis Memperhatikan 1. Menyatukan lokasi produksi Melakukan efisiensi pada satu tempat agar proses controlling terhadap lokasi produksi menjadi lebih setiap kegiatan produksi dan efisien. pembelian bahan proses 2. Mencatat setiap bahan baku baku, pemakaian produksi yang terpakai. bahan baku, dan proses produksi. Manajemen Memperhatikan Memperhatikan kesejahteraan Memperhatikan laba dan Hukum tenaga karyawan dengan memberikan yang didapat untuk kerja dan reward kepada karyawan menentukan tingkat sistem kompensasi yang terbaik dan mengupayakan upah yang lebih baik. upah bagi karyawan untuk meningkatkan kesejahteraan dijalankan seluruh komponen perusahaan. perusahaan. Memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar tempat uasaha. Membuat laporan keuangan yang tertata dengan rapi. Membuat peluang kerja bagi masyarakat sekitar jika memadai dan menjaga kebersihan kingkungan sekitar tempat usaha. Mencatat segala pengeluaran (terutama pengeluaran bahan baku) dan pemasukan secara detail agar tercatat secara rapih. Menyesuaikan diri dengan kehidupan lingkungan sekitar dan mengontrol limbah setiap kegiatan produksi agar tidak mencemari lingkungan. Melakukan evaluasi terhadap pencatatan laporan keuangan setiap bulannya.