BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

EVALUASI DOSIS WARFARIN DAN HASIL TERAPINYA PADA PASIEN RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

Tujuan Instruksional:

RUMAH SAKIT MATA PADANG EYE CENTER (RSMPEC) Ramah, Empati, Siaga, Proaktif, Exsclusive, dan Competence PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan Instruksional:

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

Panduan Interaksi Obat

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

rumah sakit. Selain hal tersebut, pasien juga dapat mengalami resistensi terhadap obat tertentu (Hayers dkk., 2009). Seperti halnya diagnosa suatu

BAB 8: UJI KLINIS SEDIAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah perkembangan konsep penilaian pemakaian obat dalam kedokteran

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB VIII UJI KLINIS SEDIAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik pada pasien dengan atrial fibrilasi dan katup jantung prostetik (Hirsh dkk., 2001). Penggunaan warfarin masih mendominasi diantara antikoagulan yang lain. Pasien yang diterapi dengan antagonis vitamin K di Swedia mencapai 200.000 orang, hampir 2% dari populasi, dan sebagian besar diterapi dengan warfarin (Arbring dkk., 2013). Selama beberapa dekade, warfarin merupakan satu-satunya antikoagulan yang tersedia untuk penggunaan klinis dalam mencegah kejadian tromboemboli vena dan arteri baik primer maupun sekunder. Warfarin terbukti sangat efektif dan digunakan oleh jutaan pasien di seluruh dunia (Ageno dkk., 2012). Warfarin bekerja dengan mengganggu siklus konversi vitamin K, yang akhirnya menghambat faktor koagulasi vitamin K-dependen (II, VII, IX, dan X) dan inhibitor protein C dan protein S. Hubungan dosis respon warfarin bervariasi pada subjek sehat, dan variasinya lebih besar pada subjek sakit (Hirsh dkk., 2001). Dua hal yang sangat menentukan efektivitas terapi dan mengurangi risiko perdarahan adalah intensitas terapi dan waktu mencapai rentang terapetik. Idealnya, INR (international normalized ratio) selalu berada dalam rentang terapetik, akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi. Diantaranya faktor farmakologi dan fisiologi, seperti interaksi obat-obat, atau obat-penyakit yang 1

mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika warfarin, faktor GI atau diet yang mempengaruhi availabilitas vitamin K 1 atau faktor fisiologi yang mempengaruhi metabolisme faktor koagulasi vitamin K-dependent. Faktor kepatuhan pasien juga sangat mempengaruhi. Terakhir, ketepatan dosis yang diberikan oleh dokter dan follow-up yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan pendosisan (Ansell dkk., 2001). Jendela terapetik warfarin sangat sempit yaitu sebesar 1 4 mg/l (Rowland dan Tozer, 2011). Jika kadarnya melewati jendela terapetik, akan terjadi perdarahan. Sehingga untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, dosis warfarin harus diberikan dengan tepat dan efek antikoagulannya harus dimonitor ketat untuk mencegah antikoagulasi yang berlebihan atau tidak adekuat. Efek antikoagulasi yang tidak adekuat atau berlebihan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi tromboemboli atau perdarahan (Sun dkk., 2006). Kejadian perdarahan terjadi pada 53% pasien dengan risiko tinggi (tiga atau empat faktor risiko), 12% pasien dengan risiko sedang (satu atau dua faktor risiko), dan 3% pada pasien dengan risiko kecil (tanpa faktor risiko). Kejadian perdarahan meningkat pada pasien lansia, dan risiko perdarahan intrakranial naik pada usia 75 tahun (Levine dkk., 2001). Penggunaan warfarin dimonitor berdasarkan efek farmakodinamik dari prothrombin time (PT) melalui nilai INR. Akan tetapi, INR memiliki beberapa keterbatasan dalam mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi efek antikoagulan, seperti kepatuhan pasien, resistensi terhadap antikoagulan, interaksi obat dan makanan, dan lain-lain. Pada beberapa situasi klinis, pengukuran kadar 2

warfarin dalam plasma sangat penting pada pasien yang PT nya meningkat tanpa diketahui penyebabnya. Pemantauan kadar warfarin dalam darah dapat membantu mendiagnosa dan memberikan terapi yang efektif pada intoksikasi berat. Selain itu, memantau kadar warfarin dalam darah juga membantu dalam menentukan ketidakpatuhan pasien dan resistensi antikoagulan (Sun dkk., 2006). Therapeutic drug monitoring (TDM) penting untuk dilakukan terutama untuk obat-obat dengan indeks terapi sempit seperti warfarin. Akan tetapi pelaksanaan TDM di Indonesia masih sangat jarang dan mahal. Perkiraan kadar obat dalam darah bisa dihitung dengan model farmakokinetika (Usman, 2007). Individualisasi regimen dosis obat berdasarkan kadar obat dalam plasma merupakan kegiatan monitoring kadar terapi obat dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan farmakoterapi atau untuk menilai respons penderita terhadap aturan dosis yang terjadi. Berbagai metode farmakokinetik dapat digunakan untuk menghitung dosis awal atau untuk aturan dosis (Shargel dkk., 2004). Maka perlu dilakukan penelitian untuk memperkirakan kadar warfarin dalam darah pasien berdasarkan perhitungan farmakokinetika, serta melihat outcome klinik pasien dilihat dari nilai INR. 1. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Berapa perkiraan kadar warfarin dalam darah pasien setelah pemberian dosis terapi pada pasien rawat jalan di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta? b. Bagaimana hasil terapi pasien yang mendapat terapi warfarin dilihat dari nilai 3

INR? c. Bagaimana korelasi antara perkiraan kadar warfarin dalam darah dengan nilai INR? 2. Keaslian penelitian Penelitian tentang evaluasi dosis warfarin sejauh ini belum pernah dilakukan, namun penelitian tentang warfarin sudah banyak dilakukan. Penelitian terkait yang pernah dilakukan diantaranya : a. Penelitian oleh Yasser (2011) yang berjudul Perbandingan Dosis Warfarin 3 dan 5 mg Pada Pasien Atrial Fibrilasi Di RSAL Dr.Ramelan Surabaya. Penelitian bersifat eksperimental dengan teknik pengumpulan data dilakukan secara prospektif terhadap 20 pasien untuk mebandingkan lama waktu terapi mencapai target INR serta efek samping obat pada pasien AF setelah pemberian warfarin 3 atau 5 mg. Hasil penelitian menunjukkan lama waktu mencapai INR untuk warfarin 5 mg adalah 4,30 ± 0,21 hari, sedangkan warfarin 3 mg 5,40 ± 0,22 hari. b. Penelitian oleh Kwon dkk (2009) yang berjudul Determination of Plasma Warfarin Concentrations in Korean Patients and Its Potential for Clinical Application. Peneliti melakukan penetapan kadar warfarin plasma menggunakan metode high-performance liquid chromatography (HPLC) dan menentukan apakah dapat digunakan dalam praktek klinis, serta menganalisa hubungan antara dosis warfarin, kadar dalam plasma, dan INR. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dosis warfarin dan kadar warfarin plasma pada pasien Korea dengan atrial fibrilasi. Selain 4

itu, monitor terhadap warfarin plasma dapat membantu dalam pengaturan dosis. c. Penelitian oleh Sun dkk (2006) yang berjudul Study on Warfarin Plasma Concentration and Its Correlation With International Normalized Ratio. Peneliti melakukan penetapan kadar warfarin plasma dengan metode HPLC dan mengukur nilai INR. Hasil penelitian menyatakan bahwa hubungan antara kadar warfarin plasma dengan INR sangat lemah, nilai INR hanya sedikit tergantung pada kadar warfarin plasma. Pengukuran kadar warfarin dalam darah dapat membantu dalam pengaturan dosis yang lebih akurat, terutama pada pasien dengan INR yang fluktuatif. 3. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : a. Memberikan informasi kepada pihak RSUP dr. Sardjito Yogyakarta mengenai perkiraan kadar warfarin dalam darah dan hasil terapi pasien yang dilihat dari nilai INR b. Bagi farmasis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam melaksanakan praktek farmasi klinis terutama dalam hal pemantauan kadar warfarin beserta hasil terapinya c. Bagi institusi pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu acuan untuk melanjutkan penelitian lain tentang warfarin. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perkiraan kadar warfarin dalam darah pasien setelah pemberian 5

dosis terapi pada pasien di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Mengetahui hasil terapi pasien yang mendapat terapi warfarin dilihat dari nilai INR. 3. Mengetahui korelasi antara perkiraan kadar warfarin dalam darah dengan nilai INR. 6