MENATA PUZZLE LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN YAYASAN BUMI MITRA SETAPAK KALIMANTAN TIMUR
AKAR MASALAH Transparansi Perizinan yang belum benar-benar terbuka Konflik tenurial yang belum ingin diselesaikan TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN Kebijakan yang memberikan akses kelola kepada masyarakat lokal dan masyarakat adatmasih multi tafsir oleh pelaksana kebijakan
TRANSPARANSI PERIZINAN PERMASALAHAN Dalam hal keterbukaan informasi publik, sektor kehutanan telah memiliki acuan Permenhut No. P.02/Menhut-II/2010 tentang Sistem Informasi Kehutanan. Beragam aplikasi berbasis website telah diluncurkan oleh KLHK, mulai dari SIPUHH Online, PIAPS, NFMS, SIS-REDD, WebGIS, dan lainnya. Namun, KLHK menyatakan bahwa informasi geospasial berupa peta dengan format shapefile (shp) merupakan informasi dikecualikan, yang juga dikuatkan oleh keputusan PTUN. Ini menjadikan ketertutupan sebenarnya masih berlangsung dari KLHK. Dokumen Ijin masih tertutup, dan sebagian besar Instansi penerbit ijin menyatakan sebagai Informasi Dikecualikan. Walaupun berbagai putusan KI telah menyatakan sebagai informasi publik. GAGASAN Informasi spasialkawasan hutan, perijinan kehutanan (IUPHHK, IPPKH, Perhutanan Sosial), perijinan sektor berbasislahan lainnya, serta Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat, sehingga harus menjadi DOKUMEN PUBLIK, agar: Dapat mengetahui dampak kebijakan dan perjinan bagi masyarakat Mempercepat penyelesaian konflik tenurial Menegosiasikan kepastian kawasan kelola masyarakat
PENYELESAIAN KONFLIK PERMASALAHAN Sebagian besar konflik merupakan konflik tenurial. Terdapat Putusan MK No. 45 /PUU-IX/2011 dan Putusan MK No. 35/PUU-X/2012 Lembaga penyelesaian konflik di tingkat provinsi masih terbagi berdasarkan sektor Penerbitan Perpres No. 88/2017 belum memperoleh respon cepat daripemerintah daerah Tidak memadainya anggaran penyelesaian konflik dalam anggaran pemerintah GAGASAN Pembentukan lembaga penyelesaian konflik yang lintas sektor di tingkat provinsi Lembaga penyelesaian konflik nasional maupun provinsi harus proaktif bekerja, bukan sekedar menerima pengaduan Pembiayaan penyelesaian konflik harus disiapkan pemerintah
PENETAPAN KAWASAN HUTAN PERMASALAHAN Proses penetapan kawasan hutan berjalan lambat, karena harus dilakukan oleh KLHK atau UPTnya Kawasan yang sudah ditetapkan, masih belum benar-benar bebas konflik GAGASAN Audit proses penetapan kawasan hutan Memangkas birokrasi penetapan kawasan hutan, dengan pendelegasian kewenangan ke KPH, disertai dengan dukungan pembiayaan
PERCEPATAN PERHUTANAN SOSIAL PERMASALAHAN Pembiayaan percepatan perhutanan sosial tidak memadai Proses administrasi perhutanan sosial terlalu lama (tanpa standar) dan terlalu jauh (di KLHK) GAGASAN Penyediaan pembiayaan upaya percepatan perhutanan sosial yang memadai Penyegeraan pemberian perijinan perhutanan sosial oleh KPH atau setidaknya oleh Provinsi Proses perijinan tak hanya mengandalkan melalui online, tapi juga melalui KPH atau setidaknya provinsi
RESOLUSI Dalam 2 tahun, setidaknya penyelesaian konflik didahului dengan teridentifikasinya konflik yang ada, dan telah siapnya rekomendasi penyelesaian konflik. Dalam 2 tahun, dengan fokus TORA dan Percepatan Perhutanan Sosial, maka sudah selayaknya ada pemahaman utuh dan baik dari penyelenggara kehutanan tentang Perhutanan Sosial dan TORA, serta ketersediaan pembiayaan yang optimal untuk program tersebut. Pengakuan masyarakat adat merupakan salah satu bagian gagasan Nawacita, maka sudah selayaknya dalam 2 tahun tersedia perangkat kerja sistematis untuk proses pengakuan hingga tingkat kampung.
TERIMA KASIH