BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB IV ANALISA TAPAK

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

IV KONDISI UMUM TAPAK

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Gambar 2 Peta lokasi studi

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

KONDISI UMUM BANJARMASIN

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

KEADAAN UMUM WILAYAH

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

Transkripsi:

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor. Gedongjetis memiliki kebun rambutan yang cukup luas dan tersebar di sepanjang jalan desa. Hal ini membuat wisatawan leluasa menikmati panorama dan memetik rambutan ketika panen tiba. Pengunjung dapat membeli buah rambutan yang masih segar dari pohonnya dengan harga yang lebih murah. Pesona kebun rambutan seluas 20 ha dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata pertanian. Tapak penelitian berbatasan langsung dengan jalan raya penghubung Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali sehingga memudahkan akses pengunjung menuju tapak. Kondisi jalan raya menuju tapak sudah diaspal tetapi belum dapat mendukung pengembangan wisata karena banyak terdapat lubang di sepanjang jalan ini (Gambar 20). Sedangkan akses di dalam tapak sudah cukup baik kondisinya. Sebagian besar jalur sirkulasi dalam tapak telah diaspal. Namun lebar jalan terlalu sempit apabila ada dua kendaraan roda empat yang berpapasan. Apabila memungkinkan dapat dilakukan pelebaran jalan. Kondisi jalan seperti ini memerlukan perhatian khusus, mengingat aksessibilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam wisata. Jarak kawasan penelitian dengan kota Kabupaten Klaten cukup jauh yakni 15 km, sehingga memerlukan adanya sarana transportasi umum untuk memudahkan aksessibilitas pengunjung (Gambar 21). Sarana transportasi menuju tapak dapat menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Sarana transportasi umum tersedia dari pagi hingga sore hari. Keberadaan sarana transportasi menuju tapak sudah cukup baik, namun waktu pengoperasiannya cukup jarang, sehingga pengunjung yang ingin berkunjung dengan transportasi umum harus menunggu cukup lama hingga mendapatkan kendaraan untuk menuju Gedongjetis. Untuk itu perlu adanya peningkatan waktu pengoperasian demi kemudahan akses bagi pengunjung. Selain itu diperlukan adanya peta wisata dan

47 20

48 petunjuk akses untuk memudahkan pengunjung yang belum pernah berkunjung ke tapak agar tidak kesasar. 15 km 10 km 5 km Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Gambar 21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa lain untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Gedongjetis ada yang memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi. Potensi ini dapat menjadi wisata alternatif perikanan ketika pohon rambutan tidak sedang dalam masa berbuah. Kawasan perencanaan lanskap agrowisata Desa Gedongjetis yang akan dikembangkan menjadi agrowisata hanya sebagian dari kawasan Gedongjetis. Hal ini bertujuan agar kegiatan pertanian warga dan kehidupan masyarakat Gedongjetis tidak terganggu dengan adanya agrowisata ini. Untuk itu diperlukan pemilihan tapak yang tepat untuk dikembangkan menjadi agrowisata.

49 22

50 5.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Tapak yang direncanakan memiliki topografi yang relatif landai dengan ketinggian agak lebih rendah dari jalan, sehingga ketika melintasi jalan raya akan terlihat panorama tapak. Kelas kemiringan lahan yang dominan di tapak penelitian adalah 2-5% yakni 105,6 ha atau 65,3% dari luas keseluruhan tapak. Selain itu kemiringan lahan pada tapak ada yang sebesar 5-15% seluas 49,6 ha, kemiringan 15-40% seluas 2,4 ha, dan kemiringan lebih dari 40% seluas 4,1 ha. Tapak dengan kemiringan 2-5% dan 5-15% merupakan mayoritas keseluruhan tapak dan tapak yang termasuk dalam kelas kemiringan 15-40% dan lebih dari 40% terdapat di batas tapak yang merupakan badan air berupa sungai (Gambar 22). Kemiringan lahan pada tapak penelitian yang tergolong landai memberikan kemudahan untuk pengakomodasian aktivitas dan fasilitas wisata yang direncanakan. Berdasarkan kelas kemiringan lahan yang ada, keseluruhan tapak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata. Kesesuaian ketinggian tempat dengan ekologi tumbuh rambutan cukup sesuai. Dimana rambutan dapat hidup menyebar pada dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut). Hasil terbaik diperoleh pada daerah dengan ketinggian 0-250 mdpl. Tapak penelitian memiliki ketinggian 210-290 mdpl masih termasuk kategori sesuai untuk lingkungan tumbuh rambutan. 5.1.3 Hidrologi dan Drainase Sumber air untuk keperluan irigasi pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil dan sungai kecil di batas tapak memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Oleh karena itu banyak petani yang mengandalkan air hujan untuk pengairan. Saluran drainase untuk keperluan irigasi yang ada terbuat dari tanah yang dibuat cekungan. Akan tetapi drainase yang ada banyak yang tersumbat karena pengendapan lumpur yang ikut terbawa aliran air dan adanya sampah. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pembersihan saluran drainase dan pembuatan saluran drainase yang menyeluruh sehingga memudahkan aliran air irigasi, dapat dilihat pada Gambar 23. Kebutuhan air untuk pohon rambutan sendiri tidak terlalu banyak. Tanaman rambutan dapat tumbuh dengan mengandalkan air hujan. Sistem panen tanaman

51 rambutan juga mengikuti jadwal musim di Indonesia. Dimana rambutan akan mengalami pembungaan dan penyerbukan pada penghujung musim kemarau, dan pematangan buah akan dilakukan pada awal musim penghujan. Yang perlu diperhatikan dalam budidaya rambutan adalah saluran drainase. Hal ini agar tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air. 5.1.4 Geologi dan Jenis Tanah Tanah yang terdapat pada tapak penelitian adalah tanah regosol yang memiliki struktur lempung dan berwarna merah yang tergolong baik untuk area pertanian. Untuk tanaman rambutan sendiri tidak terlalu bergantung pada jenis lahan. Tanaman ini dapat bertahan pada berbagai jenis lahan. Menurut habitus dan sistem perakarannya, rambutan akan tumbuh dengan baik pada lahan yang berlempung subur, gembur dan dalam. Lahan yang seperti ini memiliki drainase dan aerasi yang baik sehingga dapat memberikan daya tumbuh, daya tahan dan daya produksi yang baik. Pengembangan untuk aktivitas wisata memerlukan pembangunan fasilitas sebagai pendukung wisata. Pembangunan fasilitas hendaknya memperhatikan daya dukung tanah agar keberadaan fasilitas tidak menyebabkan kerusakan tanah. Tanah jenis regosol menurut Soepardi (1983) memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas. 5.1.5 Iklim Curah hujan rata-rata tahunan Desa Gedongjetis berkisar antara 1500-2000 mm dengan bulan kering 5 bulan seharusnya kawasan ini mempunyai persediaan air yang cukup untuk musim kemarau. Akan tetapi perbedaan cuaca yang cukup terlihat ketika musim kemarau menyebabkan daerah ini terkadang mengalami kekeringan. Selain itu pergeseran waktu tiba musim kemarau dan penghujan pada akhir-akhir ini mengganggu sistem produksi tanaman rambutan. Curah hujan yang tinggi ketika tiba musim hujan tidak diimbangi dengan sistem drainase yang baik, sehingga perlu perbaikan sistem drainase untuk menyimpan cadangan air pada musim penghujan untuk mencukupi kebutuhan air terutama irigasi di musim kemarau.

52 23

53 Kelembaban rata-rata Desa Gedongjetis 69% - 84,7% termasuk kondisi kelembaban di atas batas nyaman manusia. Dimana kondisi nyaman manusia berada pada kelembaban 40% - 75% (Laurie, 1985). Untuk mengatasi kondisi ini dapat dilakukan dengan membuat ruang-ruang terbuka di antara ruang vegetasi untuk mengatur sirkulasi udara sehingga evapotranspirasi yang naik tidak terhambat oleh kanopi vegetasi. Selain itu, perlu pemilihan material yang kuat yang tidak mudah lapuk dan tahan pada kondisi kelembaban tinggi. Kecepatan angin Desa Gedongjetis termasuk rendah sehingga seringkali tidak terasa adanya hembusan angin di daerah ini. Kecepatan angin tertinggi menurut data BMKG Pusat tahun 2007-2010 terjadi pada bulan Agustus sebesar 3,6 m/sec. Angin dengan kecepatan 3,6 m/sec menurut derajat kecepatan angin Beaufort dalam Mori (2003) termasuk derajat 3, yang bermakna angin yang berhembus dapat menggerakkan daun-daun dan ranting-ranting kecil dan bendera dapat berkibar. Namun pada musim kemarau di daerah ini seringkali berhembus angin yang cukup kencang yang dapat merusak kenyamanan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan pengadaan tanaman yang mampu memecah angin. Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia menurut Laurie (1985) adalah apabila nilai indeks kenyaman (Thermal Humidity Index) kurang dari 27. Nilai Indeks Kenyamanan dihitung dengan rumus: THI = 0,8T + ((RHxT)/500) Keterangan : THI = Thermal Humidity Index T = Suhu Rata-rata ( C) RH = Kelembaban (%) Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, THI Desa Gedongjetis berkisar antara 21-25,9. Nilai tersebut kurang dari 27 sehingga kondisi suhu di Desa Gedongjetis masih termasuk dalam kategori nyaman. Hal ini dapat dikarenakan karena dominasi vegetasi pada kawasan ini sehingga suhu kawasan terjaga dalam kondisi nyaman. Tindakan perencanaan yang dapat dilakukan diantaranya dengan pengadaan tanaman peneduh untuk menjaga dan

54 meningkatkan kenyamanan kawasan. Selain itu pengadaan tanaman peneduh mampu mereduksi sinar matahari dan menjadi tempat penyerapan air sehingga kelembaban udara tetap terjaga. 5.1.6 Vegetasi dan Satwa Keanekaragaman vegetasi dan satwa menjadi daya tarik dalam wisata. Dominansi tanaman pertanian yang dipadukan dengan tanaman rambutan memberi kesan visual yang menarik. Selain itu perbedaan jenis tanaman yang dibudidayakan di setiap musim akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada musim penghujan banyak ditanam padi sawah, dan pada musim kemarau banyak tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah. Satwa-satwa seperti burung-burung pemakan biji menambah suasana ceria dalam kawasan. Tanaman rambutan yang dibudidayakan di daerah ini adalah jenis rapiah, binjai, dan silengkeng. Masa panen raya rambutan biasanya bulan Agustus hingga September. Hasil panen rambutan Gedongjetis berdasarkan arsip kelurahan tahun 2010 adalah 50 ton/ha, sehingga kebun seluas 20 ha menghasilkan 1000 ton. Rambutan yang dihasilkan dijual kepada konsumen dalam bentuk buah segar. Hasil produksi rambutan belum dikembangkan menjadi produk olahan yang lebih tahan lama. Untuk itu perlu adanya pengenalan dan pelatihan kepada warga mengenai produk olahan rambutan yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya belum adanya perencanaan penanaman pada tepi kanan kiri jalan yang menambah kesan visual kawasan, dapat dilihat pada Gambar 24. Vegetasi yang ada terlihat kurang sesuai dengan penataan ruang kawasan. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan rencana penanaman sesuai tata ruang kawasan, pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dengan fungsinya, ekologi tumbuhnya dan kemampuannya menyediakan lingkungan tinggal bagi satwa, pembersihan semak-semak liar yang memberi kesan kurang menarik, dan penanaman dilakukan secara bertahap untuk memudahkan proses pengembangan kawasan tahap berikutnya.

55 24

56 5.1.7 Tata Guna Lahan Tutupan lahan tapak penelitian sudah sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan BAPPEDA Kabupaten Klaten dalam RTRW Kabupaten Klaten tahun 2011-2031. Area persawahan yang terhampar di sepanjang desa dapat menjadi daya tarik wisata. Dengan perpaduan tanaman padi dan palawija dengan tanaman rambutan dapat dimanfaatkan secara fungsional dan estetis. Karena tapak didominasi oleh area persawahan, lahan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata menjadi kendala. Ditambah lagi, status kepemilikan lahan adalah milik warga sehingga cukup susah untuk mendapatkan ijin dari warga untuk memanfaatkan lahan mereka untuk kepentingan wisata. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara pihak kelurahan dan masyarakat untuk mewujudkan kawasan agrowisata yang lebih baik. Disamping itu perlu perencanaan yang berhubungan dengan pengalokasian ruang pada tapak untuk mewujudkan fungsi wisata pada tapak. Peta analisis tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 25. 5.1.8 Visual dan Akustik Hamparan kebun rambutan dengan kombinasi tanaman pangan dan palawija ketika musim kemarau memberikan daya tarik wisata. Dominasi kebun rambutan pada kawasan ini apalagi ketika musim panen merupakan daya tarik yang kuat untuk mengundang kehadiran wisatawan. Keindahan pemandangan sawah dan kebun turut menghadirkan akustik alami dari burung-burung, belalang, dan satwa lainnya. Perpaduan ini menciptakan suasana yang relaks sehingga mampu menyegarkan pikiran dan hati yang penat dengan rutinitas. Analisis visual tersaji dalam Gambar 26. Kendala yang sering terjadi adalah adanya gangguan bising yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di sekitar tapak. Hal ini karena tapak berbatasan langsung dengan jalan lintas kabupaten dan seringkali menjadi jalur alternatif kendaraan-kendaraan besar yang mengangkut bahan baku. Sehingga perlu dilakukan pengalokasian ruang wisata yang strategis namun terhindar dari kebisingan kendaraan bermotor. Selain itu, dapat pula dengan pengadaan tanaman peredam bising untuk meminimalisir kebisingan.

57 25

58 26

59 5.1.9 Fasilitas dan Utilitas Fasilitas umum yang menjadi pendukung wisata pada tapak kurang lengkap. Fasilitas yang telah ada adalah sekolah (taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama) dan sarana ibadah (mushola). Untuk sarana kesehatan terdapat puskesmas yang berjarak ± 2 km dari tapak penelitian. Fasilitas yang telah ada tersebut hendaknya dipertahankan keberadaannya dan ditingkatkan kualitasnya. Sedangkan untuk kekurangan fasilitas yang belum ada sebaiknya dilengkapi. Untuk menjadikan kawasan sebagai tempat tujuan wisata, fasilitas umum penunjang wisata sebaiknya dilengkapi dengan disesuaikan kondisi tapak dan fungsi keberadaannya di tapak. Penambahan fasilitas yang diperlukan antara lain kios cinderamata, kafetaria, dan tempat parkir. Kebutuhan listrik Desa Gedongjetis tercukupi dengan menggunakan jasa PLN. Sedangkan kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan karena debit air sungai tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat untuk pertanian. Untuk kebutuhan air bagi rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat warga di tiap keluarga. 5.2 Aspek Sosial 5.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Mata pencaharian penduduk Gedongjetis cukup beragam. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, peternak, dan buruh lepas. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh lepas pada saat musim tanam akan menjadi buruh tani, dan ketika musim panen telah lewat akan mencari pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan. Hal ini berpotensi untuk menjadikan tapak sebagai kawasan wisata agro, selain menjadikan lanskap pertanian serta kegiatannya sebagai daya tarik juga sebagai sarana untuk menambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ditambah lagi dengan potensi perikanan dan kerajinan anyaman lidi dapat menambah daya tarik wisatawan. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan kerajinan yang dapat menjadi ciri khas Desa Gedongjetis.

60 5.2.2 Pengunjung Pengunjung yang datang berwisata ke tapak penelitian cukup beragam, mayoritas adalah ibu-ibu dan anak-anak. Pengunjung biasanya datang pada musim libur dan meningkat jumlahnya pada musim panen rambutan. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari luar Desa Gedongjetis dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Pengunjung dapat lebih puas membeli buah rambutan dengan diijinkan untuk memetik sendiri buah yang diinginkan. Potensi ini dapat diarahkan untuk menjadikan Desa Gedongjetis sebagai kawasan wisata. Di samping itu, di sekitar tapak penelitian belum terdapat kawasan wisata agro yang dapat menjadi pesaing Desa Gedongjetis. Dengan potensi tersebut, konsentrasi pengunjung agrowisata dapat terfokus pada tapak penelitian. Pengunjung yang datang ke kawasan ini mayoritas menggunakan motor atau kereta mini. Pengembangan tapak menjadi tempat wisata harus diimbangi dengan pengadaan fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata tersebut. Beberapa fasilitas wisata yang diharapkan keberadaannya oleh pengunjung adalah kios cinderamata, tempat parkir, toilet, kafetaria, kendaraan untuk menuju kawasan (kendaraan umum), tempat ibadah (mushola), dan tempat istirahat. 5.3 Analisis - Sintesis Alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan pada tapak penelitian dihasilkan dari tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dapat dikembangkan dari hasil analisis berupa kegiatan rekreasi pertanian yang edukatif dan disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan. Hasil analisis dan sintesis tapak penelitian tersaji dalam Tabel 10.

61 Tabel 10. Analisis dan Sintesis Tapak No. Aspek yang Dianalisis Aspek Fisik 1 Letak, Luas, dan Aksessibilitas Tapak 2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Potensi Permasalahan Solusi Letak strategis, dekat dengan tempat wisata lainnya. Tapak merupakan daerah pertanian dengan komoditas utama rambutan yang tersebar luas di sepanjang desa. Akses menuju tapak merupakan jalan lintas kabupaten berupa jalan aspal dan dilalui angkutan umum Akses di dalam tapak sebagian besar merupakan jalan aspal dengan kondisi cukup baik. Posisi tapak lebih rendah dari jalan menjadi daya tarik pengguna jalan yang melintas untuk berkunjung ke tapak. Tapak merupakan area yang cukup datar dengan variasi ketinggian yang kecil. Ketinggian tapak termasuk dalam kategori sesuai untuk pengembangan tanaman rambutan. Kondisi jalan menuju tapak rusak, banyak yang berlubang sehingga menimbulkan kemacetan karena harus berhati-hati ketika melintas. Jalan yang berlubang akan tergenang ketika hujan turun dan menjadi tidak terlihat yang dapat membahayakan pengguna jalan yang melintas. Transportasi umum untuk menuju tapak waktu pengoperasiannya masih jarang. Jalan di dalam tapak cukup sempit untuk dilalui kendaraan besar, penggunaan yang berbaur. Tapak yang cukup datar kurang memberikan irama dalam perjalanan wisata. Potensi ini berpeluang untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak. Perlu koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk kemudahan transportasi umum. Pengaturan jalur sirkulasi yang tepat pada tapak untuk menghindari kemacetan. Perlu variasi ketinggian untuk memberi kesan dinamis.

62 Tabel 10. Lanjutan Aspek yang No. Dianalisis Aspek Fisik 3 Hidrologi dan Drainase 4 Geologi dan Jenis Tanah Potensi Permasalahan Solusi Petani mengandalkan air hujan untuk irigasi. Sistem irigasi kawasan cukup baik, merata ke seluruh kawasan sehingga mengurangi terjadinya genangan air, erosi, dan banjir. Jenis tanah pada tapak adalah Regosol kelabu yang cukup baik untuk pertanian dengan diimbangi pemupukan dan pengairan yang cukup. Tanah Regosol memiliki daya dukung yang cukup baik untuk pengembangan fasilitas pendukung wisata. 5 Iklim Curah hujan berkisar 1500-2000 mm/th, cocok untuk pengembangan tanaman rambutan. 6 Vegetasi dan Satwa Tapak merupakan daerah dengan kisaran suhu nyaman untuk manusia, kecepatan angin termasuk dalam zona nyaman manusia. Tanaman pertanian mendominasi vegetasi kawasan, jenisnya berubah mengikuti musim. Sumber air yang ada memiliki debit yang kecil, tidak dapat mencukupi kebutuhan irigasi pertanian. Sistem drainase hanya berupa cekungan yang mudah terjadi pengendapan lumpur yang terbawa aliran air. Kelembaban ratarata lebih tinggi dari zona nyaman manusia. Angin berhembus cukup kencang pada musim kemarau. Perlu pengadaan vegetasi di sekitar sumber air untuk menjaga kondisi badan air, sehingga ketersediaan air pada badan air dapat bertahan lebih lama. Perlu pembersihan saluran drainase secara berkala. Perlu diimbangi dengan sistem drainase yang baik agar air tidak tergenang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan rambutan. Perlu adanya rekayasa iklim mikro dengan pengadaan tanaman sebagai peneduh dan pemecah angin, dapat pula dengan pengadaan gazebo untuk berteduh. Perbedaan jenis tanaman dibudidayakan setiap musimnya menjadi daya tarik tersendiri.

63 Tabel 10. Lanjutan No. Aspek yang Dianalisis Aspek Fisik 7 Tata Guna Lahan 8 Visual dan Akustik 9 Fasilitas, dan Utilitas Potensi Permasalahan Solusi Tutupan lahan pada tapak sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan oleh BAPPEDA Klaten Tapak merupakan daerah permukiman dan persawahan. Hamparan kebun rambutan di sepanjang tapak menjadi daya tarik tapak. Akustik alami berasal dari burung-burung, belalang, dan satwa lain. Sarana transportasi umum tersedia hingga sore hari. Kebutuhan listrik dipenuhi dari PLN yang terdapat di tapak. Kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat oleh warga di rumah masing-masing. Belum adanya alokasi ruang untuk wisata. Lahan bekas perombakan kebun rambutan yang sudah tua terkadang mengganggu pemandangan tapak Gerbang masuk kebun rambutan kurang menarik perhatian. Tapak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga cukup bising. Waktu pengoperasian sarana transportasi umum cukup jarang. Fasilitas pendukung wisata belum tersedia di tapak. Kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan. Perlu koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan agrowisata lebih lanjut. Pembersihan dengan segera lahan bekas perombakan kebun rambutan untuk menjaga kualitas visual tapak. Perencanaan gerbang kebun yang lebih menarik dan memberi kesan estetis. Potensi akustik alami memberi kesan damai dan tenang pada tapak, kebisingan dapat diatasi dengan pengadaan tanaman yang dapat meredam suara. Perlu koordinasi dengan pemerintah mengenai jadwal pengadaan sarana transportasi umum. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak.

64 Tabel 10. Lanjutan Aspek yang No. Dianalisis Aspek Fisik 10 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat 11 Data Pengunjung Potensi Permasalahan Solusi Mata pencaharian penduduk beragam, kebanyakan menjadi petani, peternak, dan buruh tani. Potensi lain adalah pemijahan ikan dan anyaman dari lidi yang ditekuni beberapa warga. Kegiatan yang sering dilakukan pengunjung adalah piknik dan belanja buah rambutan langsung dari kebun. Pengunjung yang datang secara rombongan biasanya menggunakan kereta mini sebagai transportasi untuk menuju tapak dan berkeliling tapak. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani akan berpindah pekerjaan setelah musim panen lewat. Fasilitas pendukung wisata pada tapak belum ada. Pengembangan agrowisata dapat menjadi peluang pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat dan dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Perlu pengembangan pemijahan ikan dan pemberdayaan potensi anyaman lidi sebagai daya tarik yang dapat menjadi ciri khas pada lokasi. Pengadaan fasilitas pendukung wiata pada tapak sesuai harapan pengunjung dan disesuaikan dengan kondisi tapak. Kereta mini dapat memberikan keunikan tapak dengan menjadikannya sebagai sarana transportasi di dalam tapak. 5.4 Program Ruang Peta tematik yang dihasilkan pada tahap analisis dioverlay untuk menghasilkan peta komposit (Gambar 27). Peta komposit dihasilkan dengan memperhatikan standar kesesuaian ruang untuk wisata, dapat dilihat pada Tabel 11. Dari peta komposit dapat ditentukan program ruang yang dapat dikembangkan pada tapak (Tabel 12). Luas tapak yang direncanakan secara keseluruhan adalah 161,7 ha dan akan dikembangkan menjadi area rekreasi dengan tiga ruang peruntukan, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata dan ruang konservasi.

65 Tabel 11. Standar kesesuaian ruang Aspek Penggunaan lahan Kemiringan lahan Standar Kesesuaian Tapak didominasi penggunaan lahan terbuka. Tidak terdapat struktur bangunan dan vegetasi selain groundcover. Tapak cukup didominasi lahan terbuka. Namun, terdapat beberapa struktur bangunan dan vegetasi selain grondcover. Tapak dominan bangunan dan vegetasi. Datar dan Landai Agak Curam Curam Kriteria Kesesuaian Optimum Cukup Minimum Optimum Cukup Minimum Tabel 12. Pengembangan Program Ruang pada Tapak Ruang Sub Ruang Fungsi Aktivitas Wisata Fasilitas Wisata Wisata Wisata Pertanian Wisata Non Pertanian Rekreasi Mengenal Rambutan Kebun dan Papan informasi Mengenal Padi dan Palawija Sawah dan Papan infomasi Mengenal Tanaman Hias Papan infomasi Mengenal Ikan dan belajar pemijahan Kolam ikan Rekreasi Belajar anyaman lidi Workshop Menikmati pemandangan Bermain Piknik Photo hunting Outbond Olahraga Saung Area bermain Area piknik Gazebo Area outbond Area olahraga Pendukung Wisata Penerimaan Penerimaan Keluar masuk area Pintu gerbang Membeli tiket Loket tiket Informasi tentang kawasan Ruang pengelola dan informasi Pelayanan Pelayanan Memarkir kendaraan Tempat parkir Beribadah Mushola Makan dan minum Kafetaria Keamanan Pos keamanan Membeli oleh-oleh Toko cinderamata Belanja hasil pertanian Kios Masyarakat Permukiman - - Konservasi Konservasi Konservasi - -

66 27