55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum meliputi enam kabupaten yaitu: Karawang, Purwakarta, Subang, Cianjur, Sumedang, Bandung, serta dua kota yaitu: Bandung, dan Cimahi (lihat Gambar 8). DAS Citarum memiliki fungsi strategis karena melayani kebutuhan air berbagai sektor yaitu untuk pertanian (irigasi), air minum, industri dan PLTA. Berdasarkan potensi ekonomi, lingkungan dan sosialnya, stakeholders DAS Citarum tidak hanya masyarakat pada wilayah diatas, tetapi juga termasuk masyarakat DKI Jakarta yang mengkonsumsi air minum yang berasal dari DAS Citarum. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 bulan dari bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2011 dari tahap persiapan, survey dan pengumpulan data, analisis dan penulisan disertasi. Gambar 8 Lokasi penelitian DAS Citarum 3.2 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai (Gambar 9). Tujuan penelitian pertama dicapai dengan beberapa tahapan yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan MDS (multi dimensional scalling) untuk mendapatkan status keberlanjutan DAS Citarum.
56 Tujuan kedua untuk mendapatkan kebijakan prioritas pengelolaan sumber daya air DAS Citarum dilakukan melalui FGD (focus group discussion) guna mendapatkan struktur hirarki terkait kebijakan prioritas. Hal ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif yang selanjutnya dijadikan bahan kuisioner guna diisi oleh para pakar sebagai bahan pembobotan alternatif kebijakan. Hasilnya dianalisis dengan menggunakan teknik AHP (analysis hierarchy process) untuk memperoleh kebijakan prioritas. Semua hasil di atas dijadikan sebagai bahan pemodelan menggunakan analisis sistem dinamik dan analisis kebijakan guna menghasilkan sintesa model konseptual kebijakan guna memenuhi tujuan ketiga dari penelitian ini. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sebagai berikut: a) Studi literatur dan pengumpulan data sekunder Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder ditunjang berbagai literatur pendukung. Data sekunder dilakukan melalui pengumpulan data, laporan dan dokumen serta publikasi yang diterbitkan oleh instansi terkait, serta berbagai jurnal, materi seminar dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian. Instasi terkait tersebut antara lain Perum Jasa Tirta II, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA, Balai PSDA Citarum, Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jendral Pengelolaan Sumberdaya Air Kementerian PU dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. b) Wawancara Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan beberapa narasumber kunci dan pihak-pihak lain yang terkait. Hasil wawancara ditunjang dengan pengumpulan data dari masyarakat dan stakeholders terkait melalui kuesioner. c) Focus Group Discussion (FDG) Focus group discussion dilaksanakan dengan para stakeholders pengelola sumber daya air di lingkungan kementerian PU dan institusi dari luar negeri yang bekerjasama dengan kementerian PU. Diskusi ini memberikan wawasan baru tentang pengalaman, kendala dan permasalahan dalam melaksanakan kebijakan
Tujuan Diagram Penelitian Metode Tools Data sekunder Studi Literatur Pustaka 1. Menganalisis sejauh mana status keberlanjutan DAS Citarum ditinjau dari berbagai prespektif Kondisi Kekritisan Persepsi Keberlanjutan Data primer Survey Pakar Wawancara Kuisioner Analisis MDS Rap-Citarum Status Keberlanjutan 2. Menganalisis urutan prioritas dalam merumuskan sistem pengelolaan SDA pada DAS Citarum yang berkelanjutan berdasarkan tujuan, kinerja serta alternatif lembaga pelaksananya; FGD Struktur Hirarki Kebijakan Prioritas Analisis Deskriftif AHP CDP 3.05 Pemodelan Analisis Sistem Dinamik Model Dinamik Model Kebijakan Analisis Kebijakan Powersim Studio 2005E 3. Merumuskan model kebijakan pengelolaan SDA pada DAS Citarum yang berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan kemampuan pusat daerah. Verifikasi & Validasi Fungsi Publik & Fungsi Ekonomi Face Validity AME Pembagian Kewenangan (Pusat Daerah) MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS CITARUM Model Kelembagaan Model Pendanaan Model Manajemen Gambar 9 Diagram alir penelitian. 57
58 dalam pengelolaan SDA, baik dari sudut kelembagaan, manajemen dan pendanaan pada negara yang lebih maju. 3.4 Metode Analisis Data Masalah pengelolaan SDA pada DAS Citarum rumit dan kompleks karena permasalahan ekologis berinteraksi dengan permasalahan ekonomi dan sosial, kemudian berimplikasi pada permasalahan kelembagaan yang menimbulkan beberapa faktor yang saling terkait dalam suatu ruang wilayah. Mengingat kompleksitas permasalahan tersebut, maka secara holistik penelitian dilakukan melalui pendekatan sistem (systems approach) yang dirancang guna merumuskan kebijakan pengelolaan SDA DAS Citarum secara berkelanjutan. Kebijakan tersebut dibangun melalui pendekatan manajemen basis data, manajemen basis model, dan manajemen basis knowledge. Analisis data yang digunakan terdiri dari: (1) analisis keberlanjutan yang terdiri dari analisis deskriptif dan analisis MDS guna memperoleh status keberlanjutan DAS Citarum; (2) proses hirarki analitik (AHP) guna mendapatkan kebijakan prioritas; serta (3) analisis analisis sistem dinamik dan analisis kebijakan guna merumuskan sintesa model konseptual kebijakan secara keseluruhan. 3.4.1 Analisis Keberlanjutan Analisis keberlanjutan ini dilakukan dengan dua cara yaitu analisis dengan menggunakan teknik multi dimensional scalling (MDS) dan analisis deskriptif berdasarkan data sekunder. (1) Analisis MDS Analisis indeks dan status keberlanjutan dilakukan dengan teknik ordinasi Rap-Citarum, modifikasi dari Rapfish yang menempatkan sesuatu pada urutan yang terukur dengan metode MDS. Metoda ini melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah. Pada penelitian ini, dimensi aspek keberlanjutan yang dipergunakan adalah ekologi, ekonomi, teknik, sosial budaya, kebijakan dan kelembagaan. Keenam dimensi tersebut memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan. Indikator yang digunakan dalam analisis keberlanjutan ini diadopsi dari Rapfish yang dimodifikasi (Rap-Citarum) sesuai dengan kondisi lingkungan
59 penelitian di DAS Citarum. Data untuk keperluan analisis diproses dengan kuesioner. Responden yang dipilih terdiri dari 16 pakar yang mewakili seluruh stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan SDA pada DAS Citarum dan memahami permasalahannya. Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multi dimensional yang mencerminkan posisi keberlanjutan. Melalui metode MDS, maka posisi keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Kemudian, dengan proses rotasi, posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (sangat baik). Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih besar atau sama dengan 50% (> 50%), maka sistem dikatakan berkelanjutan (sustainable) dan dinyatakan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50% (< 50%). (2) Analisis Deskriptif Analisis ini dikembangkan untuk mengevaluasi kinerja dari pengelolaan DAS Citarum yang berkaitan dengan kondisi kekritisan. Kondisi yang dikaji adalah kekritisan DAS pada kawasan hulu, kualitas air dan operasi kaskade tiga waduk. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi terkait. Analisis pada operasi kaskade tiga waduk menggunakan pendekatan model simulasi dari analisis deskriptif. Pada dasarnya pendekatan modul simulasi menganalogikan kondisi alam dan proses dari komponen-komponennya kedalam suatu konsep logika yang dapat dijabarkan dalam persamaan matematik. Output dari analisis ini dapat dibandingkan dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan. Hasil analisis, dapat diperoleh gambaran sampai sejauh mana tingkat kekritisan pada aspek tertentu, sekaligus untuk melengkapi status keberlanjutan dengan yang dihasilkan dengan teknik MDS. Hasil analisis kekritisan DAS pada kawasan hulu dan kualitas air akan digunakan sebagai komparasi terhadap dimensi lingkungan pada analisis MDS. Sedangkan analisis operasi kaskade tiga waduk merupakan komparasi terhadap dimensi kelembagaan dari analisis MDS. 3.4.2 Analisis Prioritas Kebijakan Analisis ini bertujuan mendapatkan alternatif kelembagaan yang paling efektif dan efisien dalam pengelolaan DAS Citarum. Analisis ini dilakukan
60 melalui pendekatan analytical hierarchy process (AHP). Pelaksanaan penelitian meliputi: (a) studi pustaka dan diskusi untuk menyusun rancangan hirarki; (b) Pembuatan kuesioner untuk pengumpulan data primer; (c) wawancara langsung dengan responden dan pengisian kuesioner; (d) tabulasi data kuesioner; (e) operasionalisasi model dengan criterium decision plus (CDP) versi 3.0.4. Data untuk keperluan analisis ini akan diperoleh dengan cara wawancara langsung dan pengisian kuesioner. Oleh karena pendekatan AHP berbasis pada experties judgement, maka pemilihan responden ditujukan pada responden yang benarbenar memahami permasalahan kelembagaan dalam pengelolaan DAS Citarum. Dalam hal ini responden dipilih dari kalangan pengguna air, birokrasi pemerintah baik pusat maupun daerah, perusahaan swasta, perguruan tinggi, BUMN (PLN dan PJT) dan LSM dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Hierarki atau struktur keputusan digambarkan dengan elemen sistem atau alternatif model dalam abstraksi sistem hierarki keputusan. Struktur hirarki dirumuskan melalui FGD yang dihadiri para pakar. Alternatif kelembagaan yang akan dianalisis adalah alternatif BBWS, PJT atau Balai PSDA, yang mana ketiganya mempunyai peran yang sama sebagai pengelola SDA. Keluaran hasil pengolahan data disintesis untuk menentukan prioritas lembaga pengelola SDA. Berdasarkan urutan prioritas tersebut maka alternatif kelembagaan yang berada di prioritas teratas adalah model kelembagaan yang dinilai paling efisien dan efektif untuk di terapkan dalam pengelolaan SDA pada DAS Citarum. Disamping itu, analisis ini akan menghasilkan juga urutan prioritas tujuan, faktor dan kinerja berdsarkan nilai skor tertinggi pada masingmasing tingkatan. 3.4.3 Analisis Model Kebijakan Perumusan sintesa model konseptual kebijakan secara keseluruhan disusun berdasarkan model dinamik hasil analisis sistem dinamik dan model kebijakan hasil analisis kebijakan. (1) Analisis Sistem Dinamik Analisis model dinamik dilakukan terhadap variabel-variabel yang telah teridentifikasi yang meliputi aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis model dinamik dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pembuatan diagram simpal kausal dan
61 diagram alir. Diagram simpal kausal menunjukkan hubungan antar variabel dalam proses sistem yang dikaji. Prinsip dasar pembuatannya adalah suatu proses sebagai sebab yang akan menghasilkan keadaan, atau sebaliknya suatu keadaan sebagai sebab akan menghasilkan proses. Sedangkan diagram alir dibuat berdasarkan persamaan model dinamik yang mencakup variabel keadaan (level), aliran (rate), auxiliary, dan konstanta (constant). Variabel tersebut berupa lambang-lambang yang digunakan dalam pembuatan model dengan menggunakan piranti lunak Powersim. Model yang dikembangkan selanjutnya digunakan sebagai alat simulasi. Simulasi ini dilakukan setelah uji validitas dan hasil pengujian menunjukkan adanya kesesuaian atau keabsahan antara hasil simulasi dengan data empiris (Muhammadi et al., 2001). Analisis dan simulasi sistem dinamik dilakukan dengan bantuan program powersim studio 2005E untuk memproyeksikan kecenderungan kondisi pengelolan sumber daya air DAS Citarum saat ini dan analisis prospekif dampak pengelolaan setelah adanya kebijakan. (2) Perumusan Model Kebijakan Data dan informasi yang dihasilkan dari analisis keberlanjutan dan analisis prioritas kebijakan digunakan untuk merumuskan rancang bangun model. leverage factor pada beberapa dimensi yang kritis menurut hasil MDS dan urutan prioritas teratas pada masing-masing tingkatan sebagai hasil dari metode AHP merupakan variabel yang digunakan sebagai dasar dalam membangun model kebijakan. Selanjutnya dengan rancang bangun model dinamik, dilakukan analisis perumusan kebijakan dengan tahapan sebagai berikut: a) Perumusan sistem kelembagaan untuk menentukan lembaga pengelola yang ditujuk sebagai RBO, dilakukan dengan teknik AHP. b) Pemisahan fungsi publik dengan fungsi ekonomi, melalui skenario ruang lingkup PJT II berdasarkan hasil cost recovery dengan menggunakan teknik sistem dinamik. c) Pembagian kewenangan Pusat Propinsi Daerah dalam penanganan komponen yang menjadi fungsi publik dengan memperhatikan efektifitas dan
62 kemampuan masing-masing instansi serta efisiensinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang optimal. d) Perumusan hirarki pengelolaan prasarana SDA dari hulu sampai hilir berikut sumber dananya dan mekanisme pertanggungjawabannya. e) Perumusan model kelembagaan, manajemen dan keuangan dilakukan dengan memperhatikan azas demokratis, akuntabel dan transparan. Tinjauan atas implikasi penerapan kebijakan pada pengelolaan DAS Citarum dengan indikator i) jangkauan layanan ketersediaan air baku untuk air minum, ii) kondisi lingkungan keairan dan iii) cost recovery PJT II. (3) Verifikasi dan Validasi Model Proses verifikasi model kebijakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berbagai kelemahan dan kekurangan dari model serta mengidentfikasi berbagai masalah yang perlu diantisipasi terkait dengan penerapan kebijakan yang dirumuskan (Eriyatno & Sofyar, 2007). Proses uji validasi pada penelitian kebijakan dilakukan terhadap dua aspek, yaitu proses perumusan kebijakan dan produk kebijakan. Verifikasi proses perumusan kebijakan dilakukan terhadap metode yang digunakan dalam pengembangan kebijakan. Sedangkan validasi produk kebijakan dilakukan melalui uji pendapat pakar atau dilakukan dengan membandingkan produk kebijakan hasil penelitian terhadap kebijakan yang sedang berjalan atau sudah dijalankan. Untuk model dinamik, kinerja beberapa variabel dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik dimaksudkan untuk melihat penyimpangan antara keluaran simulasi dengan data aktual. Pengujian statistik meliputi uji penyimpangan ratarata absolut (AME), penyimpangan variasi absolut (AVE), saringan Kalman (KF), koefisien diskrepansi (U-Theils) dan Durbin Watson (DW). Absolute means error (AME) adalah penyimpangan antara nilai rata-rata simulasi terhadap data aktual. Sedangkan absolute variation error (AVE) adalah penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap data aktual. U-Theils adalah koefisien diskrepansi antara nilai simulasi dengan data aktual. U-Theils dapat menggambarkan ada tidaknya penyimpangan yang menonjol.
63 Batas penyimpangan yang dapat diterima untuk AME, AVE dan U-Theils adalah antara 5-10%. Untuk mengamati pola penyimpangan dapat dilakukan melalui uji DW (Durbin Watson) dan KF (Kalman Filter). DW digunakan untuk melihat pola fluktuasi, jika DW > 2 maka terdapat fluktuasi yang tajam dan DW < 2 fluktuasi kurang tajam. Sedangkan KF digunakan untuk menjelaskan tingkat kesesuaian (fitting) antara hasil simulasi dan data aktual. Jika nilai KF = 0,5 maka model 100% sesuai, kurang 0,5 berarti nilai simulasi di bawah aktual dan lebih 0,5 berarti nilai simulasi melebihi data aktual (Muhammadi et al., 2001).