II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

HALAMAN PENGESAHAN...

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB V PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DI GUNUNG BATUR, WEDIOMBO, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DI YOGYAKARTA

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.

BAB II TATANAN GEOLOGI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten. (Hasil Penelitian yang didanai oleh HIBAH BERSAING DIKTI )

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH GUNUNG BULEUD, DESA GARUMUKTI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

DAFTAR ISI. SKRIPSI... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2.

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ALTERASI LAPANGAN SARIDI, KABUPATEN DOMPU

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DAN BATUPASIR, DAERAH GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

Transkripsi:

v DAFTAR ISI Hal. JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PERNYATAAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv SARI... xv ABSTRACT... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakang Penelitian... 1 I.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian... 3 I.3. Rumusan Masalah... 5 I.4. Tujuan Penelitian... 5 I.4. Manfaat Penelitian... 6 I.6. Batasan Masalah... 6 I.6.1. Batasan Lokasi Penelitian... 6 I.6.2. Batasan Pembahasan... 7 I.7. Peneliti Terdahulu... 7 I.8. Keaslian Penelitian... 11 BAB II GEOLOGI DAN MINERALISASI REGIONAL... 12 II.1. Fisiografi Regional... 15 II.2. Stratigrafi... 16 II.2.1. Stratigrafi Regional... 16 II.2.2. Stratigrafi Lokal... 21

vi II.3. Struktur Geologi Regional... 23 II.4. Mineralisasi Regional... 25 BAB III DASAR TEORI DAN HIPOTESIS... 27 III.1. Endapan Epitermal... 27 III.2. Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Tinggi... 30 III.3. Alterasi Hidrotermal Pada Sistem Epitermal Sulfidasi Tinggi... 33 III.4. Mineralisasai Bijih Pada Sistem Epitermal Sulfidasi Tinggi... 36 III.5. Hipotesis... 38 BAB IV METODELOGI PENELITIAN... 40 IV.1. Alat dan Bahan... 40 IV.1.1. Alat... 40 IV.1.2. Bahan... 41 IV.2. Tahapan Penelitian... 43 IV.3. Jadwal Penelitian... 48 BAB V GEOLOGI DAERAH PENELITIAN... 50 V.1. Geomorfologi Daerah Penelitian... 50 V.1.1. Satuan Perbukitan Volkanik Teralterasi... 51 V.2. Stratigrafi Daerah Penelitian... 54 V.2.1. Satuan Tuf Lapili Karbonatan... 55 V.2.2. Satuan Batugamping... 58 V.2.3. Satuan Tuf... 60 V.2.4. Satuan Breksi Tuf... 64 V.2.5. Satuan Lava Andesit... 68 V.2.6. Satuan Intrusi Andesit... 70 V.3. Struktur Geologi Daerah Penelitian... 74 V.3.1. Kekar... 75 V.3.2. Sesar... 78 V.3.3. Lipatan... 83

vii V.3.1. Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Daerah Penelitian... 84 BAB VI ALTERASI DAN MINERALIASASI DAERAH PENELITIAN... 87 VI.1. Alterasi Hidrotermal Daerah Penelitian... 87 V.1.1. Alterasi Silisik... 89 V.1.2. Alterasi Argilik Lanjut... 92 V.1.3. Alterasi Argilik... 93 V.1.4. Alterasi Propilitik... 96 VI.2. Mineralisasi Bijih Daerah Penelitian... 97 VI.2.1. Mineralisasi Bijih... 97 VI.2.2. Tekstur Bijih... 103 VI.2.3. Paragenesis Mineral Bijih... 106 VI.2.3. Paragenesis Mineral Daerah Penelitian... 112 VI.2.4. Geokimia Mineral Bijih... 116 BAB VII DISKUSI... 119 VII.1. Kontrol Geologi Terhadap Alterasi dan Mneralisasi... 119 VII.1.1. Kontrol Struktur Geologi... 119 VII.1.1. Kontrol Litologi... 121 VII.2. Karakteristik Endapan... 124 VII.3. Genesa Endapan... 129 VII.4. Tipe dan Model Endapan... 131 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN... 136 VIII.1. Kesimpulan... 136 VIII.2. Saran... 138 DAFTAR PUSTAKA... 139 LAMPIRAN... 142

viii DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Grafik peningkatan harga emas per gram dalam mata uang rupiah dalam 15 tahun terakhir per juni 2016. (www.goldprice.org, dengan modifikasi)......1 Kenampakan tambang Rasik yang telah mencapai tahap selesai produksi......3 Gambar 1.3 Peta lokasi penelitian... 4 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Peta Geologi sederhana Pulau Sulawesi (Sukamto, 1975b; Hamilton, 1979; Silver dkk., 1983; Parkinson, 1991 dalam Van Leeuween dan Pieters, 2011)... 14 Kolom kesebandingan satuan Daerah Kotamobago dan sekitarnya (Apandi dan Bachri, 1997 dengan modifikasi)... 16 Peta Geologi regional Daerah Kotamobago dan sekitarnya (Apandi dan Bachri, 1997 dengan modifikasi)... 20 Gambar 2.4 Stratigrafi lokal Daerah Lanut dan Bakan (Ali dan Marpaung, 2009 dalam Lubis 2004)... 21 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Peta struktur regional Lengan Utara Sulawesi (A) Struktur Neogen Akhir (B) reaktifasi struktur pada Pliosen (Sidarto dan Bachri, 2007 dengan modifikasi).... 24 Peta mineralisasi regional Lengan Utara Sulawesi (Van Leeuween dan Pieters, 2011 dengan modifikasi)..... 25 Gambar 3.1 Kisaran temperatur kestabilan mineral (Hemley dan Elis, 1983; Reyes, 1990; E. Izawa dan M. Aoki, 1994 dalam White dan Hedenquist, 1995).... 28 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Model konseptual endapan epitermal Au- Ag, Au-Cu (Corbett dan Leach, 2004)... 29 Skema tatanan tektonik gunung api untuk endapan epitermal sulfidasi tinggi. (a) Busur tekanan netral dan sedikit ekstensi. (b) Kompresi busur belakang saat volkanisme. (c) Busur kompresi dengan volkanisme subduksi (Sillitoe, 2003 dengan modifikasi).. 31 Model fase alterasi dan mineralisasai endapan epitermal sulfidasi tinggi. (A) fase terjadinya altrasi pada batuan samping oleh fluida yang didominasi gas. (B1) fase mineralisasi oleh fluida gas yang mengalami dilusi oleh air tanah. (B2) fase mineralisasi oleh fluida

ix yang salinitasnya tinggi (White 1991; Rye 1993; Hedenquist dkk,. 1994 dalam Arribas, 1995 dengan modifikasi)... 33 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Model endapan epitermal sulfidasi tinggi Cu-Au (Corbett dan Leach, 1997)... 33 Model zonasi alterasi pada sistem epitermal sulfidasi tinggi (Soffregren, 1977 dalam Arribas, 1995 dengan modifikasi)... 35 Gambar 3.7 Model konseptual endapan epitermal sulfidasi tinggi (Sillitoe 1999 dengan modifikasi)... 35 Gambar 3.8 Distribusi vertikal dan lateral mineralisasi pada sistem epitermal sulfidasi tinggi (Soffregren, 1977 dalam Arribas, 1995)... 38 Gambar 4.1 Diagram alir penelitian... 42 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Kenampakan morfologi artifisial yang disebabkan oleh aktivitas penambangan yang telah berlangsung pada Daerah Rasik... 51 Peta interpretasi kondisi geomorfologi regional. Daerah penelitian berada pada bagian lereng selatan gunung api... 54 Gambar 5.3 Gerakan masa pada bagian utara Daerah Rasik... 54 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Sumur EFD 614 (A). Kenampakan breksi polimik (1) dan kenampakan kontak erosi (2) pada kedalaman 117,40-118,10 m. (B) Kenampakan tuf lapili karbonatan pada kedalaman 137,50-137,80 m... 57 Kenampakan sayatan tipis litologi tuf lapili karbonatan teralterasi propilitik pada sampel batuan inti sumur EFD 676 kedalaman 137,80-137,90 m (A). PPL (B). XPL... 57 Gambar 5.6 (A) Kenampakan sampel batugamping pada sumur EFD 686 kedalaman 64,65-67,70 m. Kenampakan sayatan tipis litologi batugamping pada sampel batuan inti sumur EFD 686 kedalaman 66,65-66,70 m (B). PPL (C). XPL (Tabel abreviasi pada lampiran 6).... 60 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 (A) Kenampakan singkapan litologi tuf pada STA 53. (B) Kenampakan Sampel setangan tuf kristal STA 25... 64 Kenampakan sayatan tipis litologi tuf kristal pada STA 36 (A) Kenampakan PPL. (B) Kenampakan XPL... 64 (A) Kenampakan singkapan litologi breksi tuf pada STA 3. (B) Kenampakan fragmen arang pada litologi breksi tuf. (C)

x Kenampakan fosil daun pada litologi sisipan batulanau pada STA 113.... 67 Gambar 5.10 Kenampakan sayatan tipis litologi breksi tuf teralterasi silika-vuggy pada STA 4. (A) Kenampakan nikol bersilang (x) fragmen breksi tuf. (B) Kenampakan nikol bersilang (x) matriks breksi tuf.... 67 Gambar 5.11 Kenampakan singkapan litologi andesit teralterasi propilitik pada (A) STA 54. (B) STA 75... 69 Gambar 5.12 Kenampakan sayatan tipis lava andesit teralterasi propilitik pada sampel batuan STA 75 (A). Kenampakan nikol sejajar (//) (B). Kenampakan nikol bersilang (x)... 69 Gambar 5.13 Kenampakan intrusi andesit teralterasi propilitik pada sumur EFD 614 kedalaman 74,75-79,40 m... 71 Gambar 5.14 Kenampakan sayatan tipis intrusi andesit teralterasi propilitik pada sampel batuan inti sumur EFD 614 kedalaman 82,45-82,50 m (A). Kenampakan pada nikol sejajar (//) (B). Kenampakan pada nikol bersilang (x)... 72 Gambar 5.15 Peta geologi daerah Prospek Efendi-Rasik dan sekitarnya... 73 Gambar 5.16 Kolom kesebandingan antara stratigrafi regional daerah lanut oleh Ali dan Marpaung (2009) dalam lubis (2014) dengan kolom stratigrafi daerah penelitian oleh penulis.... 74 Gambar 5.17 (A) Kenampakan kekar gerus pada STA 1 beserta hasil analisis arah tegasan kekar gerus pada daerah Rasik. (B) Kenampakan kekar gerus pada STA 13 beserta hasil analisis arah tegasan kekar gerus pada Daerah Efendi.... 76 Gambar 5.18 (A) Kenampakan kekar gerus pada STA 54 beserta hasil analisis arah tegasan kekar gerus pada Daerah Ayam putih.... 77 Gambar 5.19 Kenampakan kekar tarik pada STA 96 beserta hasil analisis arah tegasan kekar tarik pada Daerah Rasik..... 78 Gambar 5.20 Kenampakan bidang gores garis pada STA 20 dan beserta hasil analisisis gaya pembentuk kekar pada Daerah Rasik...... 80 Gambar 5.21 Kenampakan striasi dan breksiasi pada bidang Sesar Turun Rasik beserta hasil analisis arah gaya pembentuknya.... 81 Gambar 5.22 Kenampakan striasi dan pada morfologi beranjak (step) pada bidang Sesar Geser Dekstral Rasik-Efendi beserta hasil analisi arah gaya pembentuknya...... 82

xi Gambar 5.23 Kenampakan lembah sinklin menunjam pada Daerah Rasik beserta hasil analisis arah gaya pembentuknya...... 84 Gambar 5.24 Peta struktur geologi pada daerah penelitian beserta hasil analisis arah gaya tegasan pembentukan...... 86 Gambar 6.1 Peta zona alterasi daerah Prospek Efendi-Rasik dan sekitarnya.... 87 Gambar 6.2 Gambar 6.3 (A) Kenampakan singkapan batuan teralterasi silisik dengan tingkat oksidasi tinggi pada STA 3. (B) Sampel setangan batuan teralterasi silisik dengan tingkatoksidasi rendah dari STA 105..... 91 (A) Kenampakan singkapan batuan teralterasi argilik lanjut pada STA 10. (B) Sampel setangan batuan teralterasi argilik lanjut dari STA 10... 93 Gambar 6.4 (A) Kenampakan batuan teralterasi argilik pada sumur EFD 614 kedalaman 33,50-38,25 m. (B) Kehadiran mineral epsomit pada sumur EFD 199 kedalaman 40,25-40,30 m.... 95 Gambar 6.5 Kenampakan batuan teralterasi propilitik pada sumur EFD 676 kedalaman 153,10-157,80 m... 97 Gambar 6.6 Gambar 6.7 Gambar 6.8 Gambar 6.9 (A) Kenampakan mineral pirit (Py) dan kovelit (Cov) pada sampel batuan sumur EFD 676 kedalaman 88,40-88,50 m.(b) Kenampakan mineral kalkopirit (Cpy) pada rekahan pirit (Py) pada sampel batuan sumur EFD 196 kedalaman 74,15-74,19 m... 99 Kenampakan mineral bornit (Bn) dan kovelit (Cov), enargit (En), dan (Py) pada sampel batuan sumur EFD 196 kedalaman 74,80-74,84 m..... 101 Kenampakan mineral tenantit (Ten), tetrahedrit (Tet), enargit (En), dan emas (Au) yang hadir bersama pada sampel batuan sumur EFD 196 kedalaman 77,30-77,35 m.... 102 Kenampakan mineral hematit (Hem), goetit (Goe), dan pirit (py) pada sampel batuan sumur EFD 614 kedalaman 23,50-23,56 m. 103 Gambar 6.10 Kenampakan mineral pirit (Py) pada sampel batuan sumur EFD 676 kedalaman 88,40-88,50 m... 104 Gambar 6.11 Kenampakan mineral pirit (Py) dan enargit (En) pada sampel batuan STA 1.... 105 Gambar 6.12 Kenampakan mineral pirit (Py) dan enargit (En) dengan inklusi emas (Au) pada sampel batuan sumur EFD 196 kedalaman 74,80-74,84 m... 105

xii Gambar 6.13 Kenampakan mineral kovelit (Cov) yang memakan tubuh enargit (En) dengan pirit didalamnya (Py) pada sampel batuan sumur EFD 196 kedalaman 74,80-74,84 m..... 106 Gambar 6.14 Kenampakan mineral pirit (Py) dan emas (Au) terinklusi dalam mineral enargit (En)..... 108 Gambar 6.15 Kenampakan mineral enargit (En) dan emas (Au) terinklusi dalam mineral tenantit (Ten) dan tetrahedrit (Tet)...... 109 Gambar 6.16 Kenampakan mineral pirit (Py), enargit (En), mineral tenantit (Ten), tetrahedrit (Tet), dan mineral kovelit (Cov)..... 110 Gambar 6.17 Kenampakan mineral goetit (Goe) dan hematit (Hem) dengan sisa mineral pirit (Py) dalamnya... 111 Gambar 7.1 Gambar 7.2 Model endapan epitermal sulfidasi tinggi daerah penelitian berdasarkan penampang alterasi A-B... 123 Perbandingan model endapan epitermal sulfidasi tinggi daerah penelitian dengan model zonasi alterasi pada sistem epitermal sulfidasi tinggi (Soffregren, 1977 dalam Arribas, 1995 dengan modifikasi) dan model konseptual endapan epitermal sulfidasi tinggi (Sillitoe 1999 dengan modifikasi)... 135

xiii DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jadwal rangkaian penelitian... 49 Tabel 5.1 Klasifikasi morfologi oleh Zuidam dan Cancelado (1997) dalam Soetoto dan Setianto (2005)...... 51 Tabel 6.1 Persebaran mineral logam dan bijih pada setiap zona alterasi.... 98 Tabel 6.2 Hubungan paragenesis mineral pirit dan kalkopirit.... 107 Tabel 6.3 Hubungan paragenesis mineral pirit, enargit dan emas... 108 Tabel 6.4 Hubungan paragenesis mineral pirit, enargit, bornit dan kovelit..... 109 Tabel 6.5 Hubungan paragenesis mineral enargit, tenantit, tetrahedrit, dan emas... 110 Tabel 6.6 Hubungan paragenesis mineral enargit, tenantit, tetrahedrit, dan emas... 111 Tabel 6.7 Hubungan paragenesis mineral pirit, geotit, dan hematit... 111 Tabel 6.8 Paragenenis mineral bijih dan logam daerah penelitian... 115 Tabel 6.9 Hasil analisis geokimia bijih pada sampel permukaan... 117 Tabel 6.10 Nilai kadar tertinggi emas (Au), perak (Ag), dan tembaga (Cu) yang dapat ditemui pada setiap zonasi alterasi berdasarkan sampel batuan inti..... 118 Tabel 7.1 Perbandingan antara daerah penelitian dengan klasifikasi endapan epitermal sulfidasi tinggi. (Lindgren, 1933; Buchanan, 1981; Heald dkk., 1987; Sillitoe, 1993a, 1999; White dkk., 1995; John dkk., 1999, dalam Hedenquist dkk., 2000, dengan modifikasi)... 134

xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Geologi... 142 Lampiran 2 Geomorfologi... 148 Lampiran 3 Alterasi Hidrotermal... 151 Lampiran 4 Deskripsi Petrografi... 154 Lampiran 5 Deskripsi Mikroskopi Bijih... 190 Lampiran 6 Abreviasi Istilah... 205 Lampiran 7 Data Assay Sumur Pemboran... 207 Lampiran 8 Analisis ASD... 216 Lampiran 9 Deskripsi Batuan Inti... 224 Lampiran 10 Analisis XRD... 232