BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melangsungkan kehidupannya, akan tetapi karena tanah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin banyak manusia menginginkan dan memperoleh sebidang tanah untuk

RESUME KUTIPAN BUKU LETER C SEBAGAI ALAT BUKTI PERSIL TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan

KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan

BAB I PENDAHULUAN. lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 1 Berdasarkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai

dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.'

3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. 4 Ibid. 5 Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Sertifikat ganda..., Joshua Octavianus, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

LEGALITAS SURAT KETERANGAN TANAH YANG DIKELUARKAN OLEH KEPALA DESA SEBAGAI DASAR TRANSAKSI JUAL BELI TANAH

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PENGKAJIAN DAN PENANGANAN KASUS PERTANAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB 2 PEMBAHASAN. 2.1 Pendaftaran Tanah

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

SKRIPSI PENYELESAIAN TERHADAP SERTIFIKAT HAK MILIK (OVERLAPPING) OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (Rechstaat). Landasan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Tujuan pembangunan itu dapat tercapai, bila sarana-sarana dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. penghidupan masyarakat, bukan hanya aspek hubungan sosial-ekonomis, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD

PENDAHULUAN. 1 Ulfia Hasanah, Status Kepemilikan Hat Atas Tanah Hasil Konversi hak barat berdasarkan Undang-Undang No. 5

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

HASIL PENELITIAN. KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN SERTIPIKAT GANDA : (Studi Kasus Putusan PTUN No. 53/G.TUN/2005/PTUN-MDN) Oleh: KASMAN SIBURIAN, SH.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian-penelitian dan tulisan oleh para pakar berbagai disiplin ilmu 2, demikian

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk mahkluk. ciptaannya, oleh karena itu tanah mempunyai arti yang sangat penting

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

BAB II PROSEDUR PENERBITAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH. teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai dan

BAB I PENDAHULUAN. tanah menjadi sumber bagi segala kepentingan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

STATUS SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK GANDA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu pengertian yang telah dibatasi dalam Undang Undang. Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria

BAB IV PENUTUP. bertentangan dengan Pasal 19 ayat (2) huruf C UUPA yang menetapkan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia akan terus meningkat, baik sebagai tempat permukiman maupun untuk kegiatan usaha. Hal ini menyebabkan tanah menjadi suatu yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk dapat melangsungkan kehidupannya, akan tetapi karena tanah merupakan sumber alam yang terbatas sementara kebutuhan akan tanah terus meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk, maka hal ini akan menimbulkan berbagai macam masalah pertanahan. Masalah pertanahan merupakan masalah yang kompleks dan menyangkut berbagai aspek. Secara umum ada beberapa masalah pertanahan di daerah perkotaan cukup menonjol yang disebabkan meningkatnya kebutuhan dan terbatasnya persedian tanah, antara lain timbulnya daerah slum (perkampungan kumuh), penduduk dan pengguna tanah secara tidak sah (liar) dan tumpang tindihnya (overlapping) sertipikat. 1 Dua kenyataan tersebut di atas menempatkan posisi tanah menjadi objek yang sangat rentan sengketa dan konflik karena fungsinya sebagai komoditas ekonomi yang terancam menyusut dan populasi penduduk yang terus bertambah. Dalam kondisi seperti ini, status hukum seseorang atas penguasaan dan pemilikan terhadap sebidang tanah menjadi sangat penting. Sebab hanya 1 Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 305.

orang yang memiliki status hukum sah atas tanahnya yang akan dapat mempertahankan hak penguasaan atau kepemilikannya dan proses penangan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan menjadi tolak ukur atas suatu bidang tanah yang di miliki. Sengketa sertipikat ganda (overlapping) di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul dengan subyek pemohon Achmad Yuwana Pemegang Sertipikat Hak Milik Nomor 08810/Guwosari dan termohon Amat Zainuari Pemegang Sertipikat Hak Milik Nomor 8859/Guwosari, seluas 6.398 M², Sertipikat Hak Milik Nomor 8860/Guwosari, seluas 5.997 M² ke 2 (Dua) nya menjadi objek sengketa dinyatakan cacat hukum adminitrasi dikarenakan diterbitkan tumpang tindih dengan Sertipikat Hak Milik Nomor 08810/Guwosari yang telah diterbitkan terlebih dahulu. Tanah objek sengketa semula bersetatus tanah hak milik adat, Letter C Nomor 390 Persil 214 Klas D.V seluas 12.700 M² atas nama Amat Zainuari/Usup terletak di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Tanah hak milik adat Letter C Nomor 390 tersebut menjadi objek Perkara di Lembaga Peradilan dengan para pihak Dul Hasim alias Suradi, selaku penggugat melawan Amat Zainuari alias Usup selaku tergugat 1. Putusan Pengadilan Negeri Bantul tanggal 25-02-1988 Nomor 41/pdt.G/1987/PN. Btl Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Negeri Yogyakarta tanggal 29-06-1988 Nomor 49/PDT/1988/PTY Jo. Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 14-12-1991 Nomor 3469 K/Pdt/1988 yang telah berkekuatan hukum tetap dengan amar putusan: menyatakan tanah sengketa milik penggugat;

menyatakan jual beli antara Ronoikromo dengan tergugat I batal demi hukum; menghukum tergugat I atau siapa saja yang menguasai tanah sengketa untuk menyerahkan tanah tersebut kepada penggugat dalam keadaan kosong. Pelaksanaan eksekusi dilakukan berdasarkan Berita Acara Eksekusi tanggal 29 November 2006 Nomor 05/Eks/2006/PN Btl, telah dilakukan eksekusi terhadap tanah objek sengketa yaitu: sebagaian tanah yang telah di eksekusi diserahkan secara sukarela kepada termohon eksekusi (Amat Zainuari alias Usup), seluas 2.666 M² sedangkan sisanya seluas 9.803 M² diserahkan kepada pemohon eksekusi (Dul Hasim alias Suradi). Pemohonan eksekusi (Dul HasIm alias Suradi) selanjutnya menjual tanah yang menjadi haknya, yaitu tanah Letter C Nomor 390 Persil 214 Klas D.V seluas 9.803 M² sebagian dari 12.700 m² atas nama Amat Zanuari/Usup. Berdasarkan akta jual beli Nomor 007/2007 tanggal 30-05-2007 yang dibuat oleh Tri Heryanto, S.H, PPAT di Bantul terhadap Achmad Yuwono alias Djuwana yang kemudian didaftarkan haknya, sehingga terbit sertipikat hak milik Nomor 08810/Guwosari SU tanggal 28-08-2007 No. 08320/Guwosari/2007 Luas 9.860 M² a.n. Achamd Yuwono (warna putih) terbit tanggal 14-01-2008 terletak di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Terbitnya sertipikat ganda berarti timbulnya hak keperdataan dua subjek dengan objek yang sama, demikian juga masyarakat dan pejabat pemerintah sebagai pejabat Tata Usaha Negara yang menertibkan sertipikat telah

melakukan Maladminitrasi 2 atau perbuatan melawan hukum (onrecmatige overheidsdaad, akibatnya jaminan kapastian hukum pemilikan tanah menjadi kabur. Sertipikat hak atas tanah berlaku sebagai alat bukti yang kuat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA dan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 3, yakni sertipikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Berdasarkan prosedur penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan mulai dari Keputusan Kepala BPN RI No. 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan dengan menetapkan 10 (sepuluh) penunjuk teknis penanganan dan penyelesaian masalah pertanahan. Banyaknya kasus pertanahan yang belum terselesaikan secara tuntas, BPN RI kembali membuat Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan dalam rangka mempercepat penanganan dan penyelesaian masalah pertanahan, sesuai peta sebaran kasus sengketa dan konflik pertanahan di seluruh wilayah Indonesia. Penyelesaian sengketa sertipikat ganda oleh BPN, ada dua cara yaitu secara sistematik dan ad hoc. Secara sistematik, saat ini BPN dalam proses Indonesia 2 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudman Republik 3 Adrian Sutedi, 2012, Sertipikat Hak Atas Tanah, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.1.

hukum pertanahan dan kelembagaan untuk menangani kasus sengketa tanah. Sedangkan secara ad hoc, BPN sudah memiliki Deputi baru, yaitu Deputi Pengkajian dan Deputi Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahaan. 4 Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dan ketentuanketentuan yang ada, serta karena sertipikat merupakan produk Instansi Pemerintah yang dikeluarkan melalui proses yang ketat, berdasarkan tertib adminitrasi pertanahan, sehingga terjadi cacat adminitrasi akibat sertipikat ganda (overlapping). maka penyelesaiaanya harus memenuhi prosedur pembatalan di Kantor Wilayah BPN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul PENYELESAIAN SENGKETA AKIBAT HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH GANDA (OVERLAPPING) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 02/Pbt/BPN.34/2013). B. Perumusan Masalah Berkaitan dengan urain pada latar belakang masalah terebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penyelesaian (pembatalan) sertipikat ganda (overlapping) oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 4 Maria S.W. Sumardjo, 2009, Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Bidang Pertanahan, Jakarta, Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, hlm. 110.

2. Bagaimana peran Kantor Wilayah BPN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pencegahan terbitnya sertipikat ganda (overlapping) di Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses penyelesaian sertipikat ganda (overlapping) oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui peran Kantor Wilayah BPN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pencegahan terbitnya sertipikat ganda (overlapping) di Daerah Istimewa Yogyakarta. D. Manfaat penelitian 1. Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu hukum dan memberikan sumbangan pemikiran dalam memperbanyak referensi ilmu hukum khususnya bidang hukum agraria mengenai penyelesaian sengketa akibat hukum sertipikat hak atas tanah ganda (overlapping) oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Diharapkan para pihak yang berkepentingan dalam pembuatan sertipikat lebih berhati hati agar tidak terjadi sertipikat ganda. 2. Praktis a. Dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaian sengketa pertanahan mengenai sertipikat ganda.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan sumbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah hukum agraria khususnya mengenai penyelesaian sengketa sertipikat ganda.