Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Profil Temperatur Pada Posisi Aksial Variasi (Psti = Pa, ṁco,i = 6,9 x 10-4 kg/s)

PERNYATAAN. Yogyakarta, 17 Agustus Immawan Wahyudi Ahyar. iii

Yogyakarta, Lucky.K.Octatriandi. iii

Lucky.K.Octatriandi. Program StudiTeknikMesin, FakultasTeknik, UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta (

SIMULASI CFD ALIRAN ANNULAR

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

SIMULASI CFD ALIRAN STRATIFIED AIR-UDARA SEARAH PADA PIPA HORISONTAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

PERNYATAAN. Yogyakarta, Februari Penulis. Achmad Virza Mubarraqah. iii

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

FISIKA FLUIDA YUSRON SUGIARTO, STP, MP, MSc yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id. Didit kelas D: Arga kelas G:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

DETEKSI MULAI TERBENTUKNYA ALIRAN CINCIN PADA PIPA HORISONTAL MENGGUNAKAN SENSOR ELEKTRODE Hermawan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EKSPERIMEN DAN NUMERIK PADA SPOT COLLING MENGGUNAKAN VORTEX TUBE (PENGARUH TEKANAN TERHADAP TEMPERATUR OUTLET)

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

STUDI EKSPERIMEN STRUKTUR ANTAR MUKA ALIRAN STRATIFIED PADA ALIRAN DUA FASA ADIABATIS SEARAH BERDASAR NILAI BEDA TEKANAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Bab IV Analisis dan Pengujian

Karakterisasi Aliran Uap-Kondensat pada Saluran Mendatar Berdasarkan Pengukuran Temperatur

MOTTO. (Q.S. Ar-Ra du : 11) (Dedy Milano) Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarsa Sun Tulodho, Tut Wuri Handayani (Ki Hajar Dewantara) (Ayahanda & Ibunda)

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB III METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

Panduan Praktikum 2012

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Penentuan Sub-sub Pola Aliran Stratified Air-Udara pada Pipa Horisontal Menggunakan Pengukuran Tekanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor ( September 2015)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI ` 2.1. Tinjauan Pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Deni Rafli 1, Mulfi Hazwi 2. Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

Pengaruh Variasi Sudut Water Injector Berbentuk Diffuser Terhadap Fenomena Flooding Pada Aliran Dua Fase Cair Udara Vertikal Berlawanan Arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

Analisis Perbandingan Velocity Dan Shear Stress Perkembangan Boundary Layer Flat Plate Menggunakan Turbulent Model k ε (Standard, Realizable, RNG)

*Mohammad Renaldo Ercho. *Ir. Alam Baheramsyah, MSc. *Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PENGOLAHAN DATA

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

STUDI KARAKTERISTIK LAJU ALIRAN ENERGI UNTUK FLUIDA AIR DAN UDARA PADA PIPA HORISONTAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN OSBORNE REYNOLDS APPARATUS PIPA HORIZONTAL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-673

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari simulasi penelitian fluktuasi tekanan pada kondensasi Steam pada pipa konsentrik dengan pendinginan searah pada ruang anulus dengan menggunakan software Ansys Fluent disajikan dalam 6 (enam) variasi kecepatan superfisial Steam. Proses simulasi dilakukan selama 5 detik pada titik aksial 10 Cm, 30 Cm, 55 Cm, 100 Cm dan 150 Cm. Arah aliran fluida adalah menuju sumbu Z. Berikut ini adalah hasil dari simulasi fluktuasi tekanan yang dikelompokkan berdasarkan variasi kecepatan superfisial Steam yang masuk kedalam ruang anulus pada pipa konsentrik horisontal. a) Aliran Dengan J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s Variasi pertama adalah menggunakan J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s, nilai kecepatan superfisial tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : Inlet : J G = 0,1409 m/s Temperatur Steam = 103,23 C J L = 0,5041 m/s Temperatur Air = 16,372 C Outlet: Tekanan Steam = 61.191,3 Pa Temperatur Steam = 78,30 C Tekanan Air = 101.325 Pa Temperatur Air = 25,332 C 45

46 Hasil dari proses simulasi adalah sebagai berikut : Gambar 4.1. Visualisasi Steam Aliran Pada J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s saat t = 1 detik Gambar 4.2. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s saat t = 3 detik

47 Gambar 4.3. Visualisasi aliran Steam pada J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s Simulasi dengan nilai J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s menunjukkan distribusi tekanan membentuk cincin. Tekanan pada posisi yang dekat dengan dinding lebih rendah dibandingkan dengan bagian tengah, ditunjukkan dengan Gambar 4.3. Pada Gambar 4.3 dijelaskan bahwa tekanan berfluktuasi sangat kecil sesuai dengan kondisi Steam pada Gambar 4.3 yang membentuk garis lurus. Cairan kondensat dibagian bawah membentuk lapisan yang teratur dengan ketebalan tertentu. Ketebalan dari lapisan cairan kondensat akan mempengaruhi bentuk pola aliran. Jika Lapisan cairan kondensat yang terbentuk masih tipis maka aliran Steam tidak akan mengalami gangguan yang berarti dan tetap berada pada aliran satu fasa. Berbeda halnya bila lapisan cairan kondensat semakin tebal, hal tersebut akan membuat aliran Steam terganggu karena alirannya menabrak cairan kondensat dan terbentuklah pola aliran wavy. Bila ketebalan cairan kondensat semakin bertambah maka akan tertabrak oleh aliran Steam dan terdorong menuju sisi outlet dan menyebabkan slug yang menginisiasikan terjadinya water hammer.

48 b) Aliran Dengan J G = 0,2697 m/s dan J L = 0,6112 m/s Variasi ke-2 adalah menggunakan J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s, nilai kecepatan superfisial tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : Inlet : J G = 0,2697 m/s Temperatur Steam = 103,23 C J L = 0,6112 m/s Temperatur Air = 17,889 C Outlet: Tekanan Steam = 64.981,5 Pa Temperatur Steam = 79,13 C Tekanan Air = 101.325 P Temperatur Air = 27,76 C Hasil dari proses simulasi adalah sebagai berikut:

49 Gambar 4.4. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,2697 m/s dan J L = 0,6112 m/s saat t = 1 detik Gambar 4.5. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,2697 m/s dan J L = 0,6112 m/s saat t= 3 detik

50 Gambar 4.6. Visualisasi aliran Steam pada J G = 0,2697 m/s dan J L = 0,6112 m/s Berdasarkan yang ditunjukkan oleh Gambar 4.6 akibat bertambahnya kecepatan superfisial Steam dan air menjadi J G = 0,2697 m/s dan J L = 0,6112 m/s distribusi tekanannya membentuk wavy. kecepatan superfisial Steam yang bertambah akan mengakibatkan meningkatnya bilangan Reynold, semakin tinggi bilangan Reynold maka akan meningkatkan kemungkinan turbulensi pada aliran. c) Aliran Dengan J G = 0,5949 m/s dan J L = 0,5219 m/s Variasi ke-3 adalah menggunakan J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s, nilai kecepatan superfisial tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

51 Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : Inlet : J G = 0,5949 m/s Temperatur Steam = 103,23 C J L = 0,5219 m/s Temperatur Air = 19,1 C Outlet: Tekanan Steam = 66.333,92 Pa Temperatur Steam = 79,43 C Tekanan Air = 101.325 Pa Temperatur Air = 29,02 C Hasil dari proses simulasinya adalah sebagai berikut : Gambar 4.7. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,5949 m/s dan J L = 0,5219 m/s saat t = 1 detik

52 Gambar 4.8. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,5949 m/s dan J L = 0,5219 m/s saat t = 3 detik Gambar 4.9. Visualisasi Aliran Steam pada J G = 0,5949 m/s dan J L = 0,5219 m/s

53 Pada Gambar 4.9 ditunjukkan hasil simulasi pada detik ke-5 kondisi distribusi tekanan steam terlihat membentuk pola wavy. Pola wavy terbentuk dikarenakan oleh lapisan cairan kondensat yang menebal dibagian bawah pipa kondensat. Cairan yang menebal tersebut bertabrakan dengan aliran steam sehingga membentuk pola wavy tersebut. Perubahan pola aliran bisa juga dikarenakan oleh aliran yang semakin turbulen akibat meningkatnya bilangan Reynold. d) Aliran Dengan J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s Variasi ke-4 adalah menggunakan J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s, nilai kecepatan superfisial tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : Inlet : J G = 0,8940 m/s Temperatur Steam = 97,75 C J L = 0.5374 m/s Temperatur Air = 19.831 C Outlet: Tekanan Steam = 66.347 Pa Temperatur Steam = 90,118 C Tekanan Air = 101.325 Pa Temperatur Air = 29,751 C Hasil dari proses simulasi adalah sebagai berikut :

54 Gambar 4.10. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s saat 1 detik Gambar 4.11. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s saat 3 detik

55 Gambar 4.12. Visualisasi aliran Steam pada J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s Gambar 4.12 menunjukkan pola distribusi tekanan steam yang terbentuk pada J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s adalah wavy. e) Aliran Dengan J G = 1,0755 m/s dan J L = 0,5132 m/s Variasi ke-5 adalah menggunakan J G = 1,0755 m/s dan J L = 0,5132 m/s, nilai kecepatan superfisial tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :

56 Inlet : J G = 1,0755 m/s Temperatur Steam = 103,23 C J L = 0,5132 m/s Temperatur Air = 20,63 C Outlet: Tekanan Steam = 65.625 Pa Temperatur Steam = 79,27 C Tekanan Air = 101.325 Pa Temperatur Air = 30,55 C Aliran yang terbentuk adalah sebagai berikut : Gambar 4.13 Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 1,0755 m/s dan J L = 0,5132 m/s saat t = 1,7 detik

57 Gambar 4.14. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 1,0755 m/s dan J L = 0,5132 m/s saat 3 detik Gambar 4.15. Visualisasi aliran Steam pada J G = 1,0755 m/s dan J L = 0,5132 m/s

58 Gambar 4.15 menunjukkan bahwa simulasi dengan J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s menghasilkan distribusi tekanan dengan pola wavy. Pola wavy terjadi karena ketebalan dari lapisan cairan kondensat yang semakin bertambah. Semakin tebal cairan kondensat yang terbentuk maka akan semakin berpotensi membentuk pola aliran slug. Pola aliran akan membentuk wavy-slug terlebih dahulu sebelum membentuk pola aliran slug. f) Aliran Dengan J G = 1,8620 m/s dan J L = 0,5133 m/s Variasi ke-5 adalah menggunakan J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s, nilai kecepatan superfisial tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : Inlet : J G = 1,862 m/s Temperatur Steam = 103,23 C J L = 0,5133 m/s Temperatur Air = 21,346 C Outlet: Tekanan Steam = 65.194,5 Pa Temperatur Steam = 79,17 C Tekanan Air = 101.325 Pa Temperatur Air =31,20 C Hasil dari proses simulasi adalah sebagai berikut :

59 Gambar 4.16. Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 1,8620 m/s dan J L = 0,5133 m/s saat t = 1 detik Gambar 4.17 Visualisasi Aliran Steam Pada J G = 1,8620 m/s dan J L = 0,5133 m/s saat t = 3 detik

60 Gambar 4.18 Visualisasi aliran Steam pada J G = 1,8620 m/s dan J L = 0,5133 m/s Pada saat kecepatan superfisial Steam ditingkatkan secara signifikan dari J G =1,0075 menjadi J G =1,8620 yang terjadi adalah fluktuasi tekanan berubah secara signifikan. Fenomena ini sesuai dengan hukum Bernoulli yang menjelaskan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan kecepatan pada aliran fluida akan mengakibatkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Gambar 4.18 tersebut menunjukkan bahwa terjadi pola wavy pada bagian yang mendekati sisi outlet pipa, hal tersebut dikarenakan oleh terbentuknya cairan kondensat pada sisi yang mendekati outlet pipa akibat dari proses kondensasi. Cairan kondensat yang terbentuk terdorong oleh aliran Steam sehingga menumpuk dengan ketebalan tertentu dan terkumpul didaerah yang mendekati outlet. Pola aliran wavy belum berpotensi membentuk slug, akan tetapi bila terbentuk aliran wavy-slug ini untuk menggambarkan bahwa pola alirannya adalah wavy yang mendekati slug. Pola aliran slug inilah yang merupakan inisiasi terjadinya water hammer.

61 4.2 Pembahasan Berdasarkan profil aliran steam dari hasil simulasi, didapatkan nilai fluktuasi tekanan yang diambil pada 5 titik berbeda pada sisi atas, samping dan bawah pada jarak 10 cm, 30 cm, 55 cm, 100 cm, dan 150 cm. Data fluktuasi tekanan tersebut ditampilkan pada grafik distribusi dibawah ini. Gambar 4.19. Grafik Distribusi Tekanan pada J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s Gambar 4.19 menunjukkan Distribusi tekanan untuk J G = 0,1409 m/s dan J L = 0,5041 m/s pada posisi atas dan bawah memiliki tekanan yang sama polanya, fluktuasi tertinggi pada posisi atas dan bawah yaitu pada posisi aksial 25 Cm dari inlet. Pada posisi samping fluktuasi tekanannya tidak mengalami perubahan yang signifikan, nilainya berada stabil pada 0.02 Pa.

62 Gambar 4.20. Grafik Distribusi Tekanan pada J G = 0,2697 m/s dan J L = 0,6112 m/s Gambar 4.21. Grafik Distribusi Tekanan pada J G = 0,5949 m/s dan J L = 0,5219 m/s Pada saat J G mengalami kenaikan, maka meningkat pula tekanan pada ruang anulus yang ditunjukkan oleh Gambar 4.20 dan Gambar 4.21 Tekanan pada posisi

63 samping cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan posisi atas dan bawah, hal tersebut bisa dikarenakan oleh faktor gesekan yang terjadi antara steam dengan dinding ruang anulus. Gambar 4.22. Grafik Distribusi Tekanan pada J G = 0,8940 m/s dan J L = 0,5374 m/s Gambar 4.22 menunjukkan bahwa pada saat kecepatan superfisial ditingkatkan maka menyebabkan naiknya tekanan pada ruang anulus. Tekanan tertinggi berada pada posisi samping di jarak 150 Cm dari inlet dengan nilai tekanan mencapai 0,62 Pa, Hal serupa juga terjadi pada posisi atas dan bawah yang mengalami kenaikan tekanan. Pada Gambar 4.22 posisi atas tekanan tertinggi pada nilai 0,11 Pa dan posisi bawah tekanan tertinggi pada 0,08 Pa, kemudian pada Gambar 4.22 tekanan tertinggi untuk posisi atas adalah 0,18 Pa dan pada posisi bawah 0,12 Pa.

64 Gambar 4.23. Grafik Distribusi Tekanan pada J G = 1,0755 m/s dan J L = 0,5132 m/s Gambar 4.23 menunjukkan bahwa fluktuasi tekanan pada posisi atas dan samping tidaklah jauh berbeda dengan yang ditunjukkan oleh Gambar 4.22, akan tetapi kenaikan tekanan justru terjadi pada sisi samping yang mencapai titik tertinggi pada nilai 1,03 Pa pada lokasi aksial 25 Cm dari inlet. Kecepatan superfisial yang semakin meningkat akan mempengaruhi pula bentuk pola aliran dari fluidanya, hal tersebut karena bilangan Reynold juga semakin bertambah yang mengakibatkan aliran menjadi turbulen. Steam yang mengalir pada ruang anulus akan mengalami proses kondensasi karena temperaturnya yang menurun akibat adanya air pendingin, dari proses kondensasi tersebut akan terbentuk lapisan cairan kondensat pada permukaan ruang anulus. Keberadaan lapisan cairan kondensat dengan ketebalan tertentu akan mempengaruhi bentuk pola aliran fluida.

65 Gambar 4.24 Grafik Distribusi Tekanan pada J G = 1,8620 m/s dan J L = 0,5133 m/s Pada saat kecepatan superfisial Steam ditingkatkan secara signifikan dari J G =1,0075 menjadi J G =1,8620 yang terjadi adalah fluktuasi tekanan berubah secara signifikan. Fenomena ini sesuai dengan hukum Bernoulli yang menjelaskan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan kecepatan pada aliran fluida akan mengakibatkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Penurunan tekanan tersebut karena adanya gesekan antara fluida yang mengalir dengan permukaan dinding pipa. Gambar 4.24 menunjukkan fenomena yang sesuai dengan hukum bernoulli, dimana posisi atas dan bawah merupakan steam yang bergesekan langsung dengan permukaan dinding pipa tekanannya mengalami penurunan. Aliran dengan J G = 1,8620 m/s dan J L = 0,5133 m/s perlu diwaspadai karena pada posisi samping fluktuasinya terus meningkat, karena salah satu inisiasi terjadinya fenomena water hammer adalah dengan adanya kenaikan tekanan signifikan secara tiba-tiba.