TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging dapat

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

Karakteristik mutu daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

II. TINJAUAN PUSTAKA. karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi tinggi. (Sudarisman, 1996). Pramono (2002)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

DAGING. Pengertian daging

Mutiara Nugraheni

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

PENGOLAHAN DAGING PENGEMPUKAN (TENDERISASI) Materi 7 TATAP MUKA KE-7 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

PENGARUH LEVEL ASAP CAIR DAN JENIS OTOT TERHADAP NILAI DAYA IKAT AIR (DIA) DAN ph DAGING SAPI BALI YANG DITRANSPORTASIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

Harryara Sitanggang

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

HASlL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau (Bubalus bubalis)

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP DAYA IKAT AIR DAN DAYA PUTUS DAGING ABSTRACT

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

PENDAHULUAN. Populasi ayam ras petelur di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (Bos bibos atau Bos

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA STIMULASI LISTRIK. Disusun Oleh : Kelompok 3B. Akis Syarif Hidayatullah. Abdullah Naser Amirudi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Pengasapan pangan. Kuliah ITP

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Mekanisme Kerja Otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan Handiwirawan, 2006). Kerbau domestik (Bubalus bubalis) terdiri dari dua tipe

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakannya karena kandungan gizinya lengkap, sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi oleh masyarakat yang mengkonsumsi daging sapi tersebut (Soeparno, 2005). Defenisi daging terbatas pada beberapa 3000 spesies mamalia yang dikenal, sering pula diperluas dengan memasukkan organ-organ seperti hati dan ginjal, otot dan jaringan lain yang dapat dimakan atau dikonsumsi. Variasi yang sangat banyak dalam kualitas penyimpanan daging, selalu terlihat semu oleh konsumen. Pendapat yang mengatakan bahwa variabilitas dalam beberapa serat daging, mungkin secara rasional mencerminkan perbedaan sistematis dalam komposisi dan kondisi jaringan urat daging sebagai aspek pascamati (post mortem) secara perlahan dapat disadari (Lawrie, 2003). Daging tersusun dari jaringan ikat,epitelial,jaringan-jaringan saraf, pembuluh darah dan lemak.jumlah jaringan ikat berbeda daiantara otot,jaringan ikat berhubungan dengan kealotan daging.otot skeletal merupakan sumber utama jaringan otot daging dengan komposisi terbanyak dalam karkas,yaitu 35-36% dari berat karkas atau 35-40% dari berat hewan hidup (Lawrie, 1995). Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.selain mutu proteinnya tinggi, pada daging teradapat pula kandungan asam 6

amino esensial yang lengkap dan seimbang. Dari tingkat kealotan daging merupakan sekumpulan otot yang melekat pada kerangka.istilah daging dibedakan dengan karkas, daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisakan dari tulang atau kerangkanya (Astawan, 2008). Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral). Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, ph karkas dan daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging,hormondan antibiotika, lemak intramuskular atau marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi otot daging (Abustam, 2009). Menurut Cassens (1978) di dalam daging juga terdapat mineral-mineral seperti kalsium,magnesium,kalium,natrium,fosfor,klor,besi,belerang,tembaga,dan mangan. Vitamin yang terdapat pada daging terutama golongan vitamin B (B1, B12, B6, dan B2), vitamin C, A, D, E, dan K. Selain itu, daging juga mengandung pigmen pemberi warna merah (mioglobin). Daging merupakan sunber vitamin B yang baik disamping mengandung vitamin A dan vitamin C dalam jumlah kecil. Daging sapi mengandung 3,79 mg vitamin B tiap 100 mg daging, 2 UI vitamin A tiap 1 gram lemak daging,sedangkan sebagian besar kandungan vitamin C akan hilang dalam penanganan daging segar.sebanyak 100 gram daging dapat memenuhi kebutuhan gizi 7

orang dewasa setiap harinya, yang mengandung sekitar 10 % kalori, 50% protein, 35% zat besi (Fe), dan 25-60% vitamin B kompleks (Lukman et al.,2007). Rigormortis pada Daging Rigormortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelih diawali fase prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan terjadinya kekakuan pada otot. Pada saat kekakuan otot itulah disebut sebagai terbentuknya rigor mortis sering diterjemahkan dengan istilah kejang mayat (Abustam, 2009) Perubahan otot menjadi daging yang terjadi secara biokimia dan biofisika yang ditandai dengan penurunan ph lewat pembentukan asam laktat dan glikolisis secara anaerobik.mekanisme anaerobik ini terjadi karena otot-otot tidak mendapatkan lagi oksigen akibat terhentinya peredaran darah, sementara itu otot masih tetap hidup dengan menghabiskan cadangan energinya (Abustam, 2009) Proses kontraksi menyebabkan otot menjadi keras dan kaku sedangkan proses relaksasi menyebabkan jaringan otot menjadi lunak dan empuk. Fase-fase yang dialami jaringan otot hewan setelah dipotong adalah fase prerigor mortis, rigor mortis, dan pascarigor mortis. Pada fase pre rigor mortis daging masih lunak karena daya ikat air dari jaringan otot masih tinggi, lama fase pre rigor mortis berkisar antara 5-8 jam, tergantung dari jenis hewan. Penemuan baru menunjukkan bahwa ada penyusutan otot pada fase prerigor, oleh karena itu bertambah kerasnya otot dapat dikurangi dengan menyimpan daging pada temperatur 20 o C pada fase prerigor mortis (Abustam, 2009). 8

Darah yang keluar dari tubuh ternak mengakibatkan hilangnya mekanisme pengendalian temperatur didalam otot oleh sistem sirkulasi. Panas dari dalam tubuh tidak ada lagi yang diangkut ke paru-paru dan permukaan tubuh lain, sehingga terjadi kenaikan temperatur didalam otot dan tubuh setelah pemotongan, kenaikan temperatur dalam tubuh tergantung pada laju produksi panas metabolik dan lama produksi serta pelepasan panas. Faktor yang menyebabkan kenaikan temperatur otot postmortem, juga menyebabkan ph otot pacamerta (Soeparno, 2005). Pada fase rigor mortis jaringan otot menjadi keras dan kaku. Fase ini sangat tergantung pada kondisi penyimpanan. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menyebabkan fase rigor mortis berlangsung cukup lama. Sedangkan fase pascarigor adalah fase pembentukan aroma, pada fase ini daging kembali menjadi lunak dan empuk karena daya ikat air dalam otot kembali meningkat.lama pelayuan daging berhubungan dengan selesainya proses rigor mortis (proses kekakuan daging), dalam hal ini apabila proses rigor mortis belum selesai dan daging terlanjur dibekukan maka akan menurunkan kualitas daging atau daging mengalami proses cold-shortening (pengkerutan dingin) ataupun thaw rigor (kekakuan akibat pencairan daging) pada saat thawing sehingga akan menghasilkan daging yang tidak empuk (Abustam, 2009). Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada jumlah ATP yang tersedia pada saat ternak mati. Jumlah ATP yang tersedia terkait dengan jumlah glikogen yang tersedia pada saat menjelang ternak mati. Pada ternak yang mengalami kelelahan atau stress dan kurang istirahat menjelang disembelih akan menghasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigor mortis akan berlangsung cepat. Demikian pula suhu yang tinggi pada saat ternak disembelih akan 9

mempercepat habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim ATPase sehingga rogor mortis akan berlangsung cepat (Abustam, 2009). Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan ph daging masih tinggi (diatas ph akhir daging yang normal) pada saat terbentuknya rigor mortis. Jika ph > 5.5 5.8 pada saat rigor mortis terbentuk dengan waktu yang cepat dari keadaan normal maka kualitas daging yang akan dihasilkan menjadi rendah (warna merah gelap, kering dan strukturnya merapat) dan tidak bertahan lama dalam penyimpanan sekalipun pada suhu dingin (Abustam, 2009). Ternak yang telah disembelih, akan terjadi ikatan kimia antara filament tebal dan filament tipis yang akan merubah sifat-sifat kontraktil dari jaringan muskuler menjadi struktur tidak ekstensibel dan kompak, dikenal sebagai rigor mortis dan daging menjadi keras. Lawrie (2003) menyatakan bahwa kekerasan maksimal otot dicapai pada saat tingkat kontraksi otot mncapai 40% dari panjang semula. Kontraksi diatas 40% sampai 60% kekerasan menurun. kekerasan maksimal pada daging dicapai pada saat otot memendek antara 35 40% dari panjang semula. Jenis Otot pada sapi Otot merupakan penyusun utama daging, termasuk jaringan ikat epitel dan jaringan syaraf lain yang terdapat di dalam otot dan jaringan ikat serta keberadaan lemak di dalamnya merupakan penentu karakteristik kualitatif daging Korelasi yang erat antara kandungan kolagen dengan kekerasan daging yang dinilai dengan melakukan pemutusan paralel dengan arah serat daging, koefisien korelasi (R) 0,82 antara kandungan kolagen dengan indeks kekerasan daging yang 10

diukur menggunakan Warner Bratzles shear force. memperlihatkan koefisien relasi antara daya putus daging dengan kandungan kolagen yang terdapat pada daging mentah yang telah mengalami maturasi sebesar +0,87. Beberapa penilitian menemukan korelasi antara daya putus dengan kandungan kolagen pada Semitendinosus yang cukup rendah. Kandungan dan solubilitas kolagen hanya dapat menjelaskan variasi keempukan sebesar 15 20% pada otot Semitendinosus dari ternak dengan genotip yang sama (Abustam, 2004). Daging memiliki keempukan yang bervariasi diantara jenis otot, jumlah jaringan ikat dalam otot yang lebih banyak digerakkan selama ternak masih hidup seperti otot Semitendinosus memiliki tekstur yang lebih halus. Otot yang teksturnya kasar akan kurang empuk dibandingkan dengan otot yang teksturnya halus (Aberley et al, 2001). Asap cair Asap cair merupakan hasil pendinginan dan pencairan asap dari tempurung kelapa yang dibakar dalam tabung tertutup. Asap yang semula merupakan partikel padat didinginkan kemudian menjadi cair itu disebut nama asap cair atau liquid smoke. Asap cair berfungsi sebagai pengawet bahan makanan mengingat bahwa asap cair tidak saja mengandung formaldehid alami, tetapi juga dilengkapi dengan komponen lain yang juga bersifat mengawetkan seperti fenolat dan asam. Asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman sebagai pengawet alami. Asap 11

tempurung kelapa memiliki kemampuan mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil (Anonim a, 2010). Efektifitas formaldehid alami ini tidak sekuat formaldehid sintetik (formalin), tapi dengan dukungan kandungan asamnya yang terdiri dari asam asetat, asam butirat, iso valerat, valerat, maupun propionat yang pada ph 5 efektif mematikan kapang dan bakteri. Asam ini juga memberikan lingkungan yang tidak nyaman bagi mikrobial. Demikian juga dengan kandungan fenolatnya yang didominasi siringol, eugenol, berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi terhadap kerusakan akibat oksidasi pada lemak maupun protein pada bahan pangan (Anonim b, 2010). Senyawa karsinogen telah dikemukakan didalam asap kayu alami dalam jumlah yang sangat rendah, sehingga bahaya karsinogenis dapat diabaikan. Jumlah karsinogen tergantung ada temperatur pembentukan asap dan lignin. Senyawa 3,4 benzipiren dan 1,2,5,6 fenantrasen yang bersifat karsinogenik telah dikemukakan dan terbentuk dari pembakaran lignin pada teperatur diatas 35%. Asap cair dapat disuplementasi dengan substansi fenolik tertentu untuk meningkatkan atau menimbulkan bau dan flavor buah untuk menghasilkan asap cair yang bebas karsinogen yaitu dengan cara kondensasi, kemudian diikuti dengan destilasi fraksional, fraksi yang dipilih dilarutkan dalam air dan benzipiren tidak akan larut. Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol 4,13 %, karbonil 11,3 % dan asam 10,2 %. Asap cair ini memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan sangat aman sebagai pengawet alami. Kandungan senyawa fenol dengan titik didih 12

tinggi dalam asap cair merupakan zat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Asap cair sebagai pengganti formalin asap cair hasil pendinginan dan pencairan asap dari tempurung kelapa yang dibakar dapat sebagai bahan pengawet makanan, terutama ikan. Bahan pengawet ini bisa mengawetkan ikan sampai 25 hari dan tidak memiliki efek samping atau bahan beracun berbahaya seperti formalin (Broken, 2010). Kelebihan penggunaan asap cair dalam pengasapan yaitu beberapa aroma dapat dihasilkan dalam produk yang seragam dengan konsentrasi yang lebih tinggi, lebih intensif dalam pemberian aroma, kontrol hilangnya aroma lebih mudah, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan dan dapat digunakan oleh konsumen pada level komersial (Adawyah, 2007). Asap cair ini juga telah diaplikasikan pada pengawetan daging, termasuk daging unggas dan ikan salmon. Selain itu juga digunakan untuk menambah citrarasa pada saus, sup, sayuran dalam kaleng, bumbu dan rempah-rempah. Pengasapan adalah salah satu cara pengawetan ikan yang dikenal manusia. Namun, pada ikan asap yang proses pembuatannya konvensional, hanya diasapi dengan bara api, masih mengandung tar dan benzopyrene. Keduanya adalah penyebab kanker, sedangkan ikan yang diawetkan dengan asap cair tidak berbahaya bagi kesehatan, juga masih layak dikonsumsi hingga sebulan, sama seperti ikan yang diasapkan dengan cara konvensional. Kelemahan asap cair ini, kalau konsentrasinya cukup tinggi mengeluarkan bau asap yang sangat keras. Tetapi bau asap itu bisa dihilangkan dengan cara tertentu namun dampaknya bagi kesehatan jauh lebih aman dari formalin (Broken, 2010) 13

Hasil penelitian Susalam (2012), menunjukkan bahwa penggunaan asap cair efektif untuk memperpanjang masa simpan sehingga mampu mempertahankan kualitas nugget daging ayam dalam hal ini mempengaruhi nilai susut nugget daging ayam secara nyata. Susut Masak Besarnya susut masak dapat dipergunakan untuk mengistemasikan jumlah jus dalam daging masak. Daging dengan susut masak yang rendah mempunyai kualitas yang tinggi. Susut masak adalah proses selama pemasakan daging yang mengalami pengerutan dan pengurangan berat. Prodak daging olahan sebaiknya mengalami susut masak sedikit karena susut masak mempunyai hubungan erat dengan rasa/juiceness daging (Winarno, 1993). Pada temperatur pemasakan 80 o C daging yang mengalami pemendekan dingin Pada ph normal 5,4-5,8 menghasil kan susut masak yang lebih besar daripada susut masak daging regang dengan panjang serabut yang sama. Pemasakan pada temperatur 90 o C juga dapat menghasilakn susut masak otot (misalnya ST steer) pendek dingin yang lebih besar daripada otot regang. Susut masak menurun secara linear dengan bertambahnya umur tenak. Misalnya pada domba, susut masak otot SM yang dimasak pada temperatur 80 o C selama 90 menit, menurun dengan meningkatnya umur ternak. Konsumsi pakan dapat mempengaruhi besarnya susut masak. Misalnya susut otot LD sapi yang diberi pakan maintenans (imbangan energi nol) dan submaintenans (imbangan energi negatif) adalah lebih kecil daripadaotot LD sapi yang diberi pakan dengan imbangan energi positif (Harjono, 2008). 14

Menurut Shanks et al., (2002) menjelaskan bahwa besarnya susut masak dipengaruhi oleh banyaknya kerusakan membran seluler, banyaknya air yang keluar dari daging, umur simpan daging, degradasi protein dan kemampuan daging untuk mengikat air. Keempukan daging Keempukan daging dapat diukur dengan melihat daya putus daging dengan menggunakan alat CD Shear Force. Uji daya putus daging merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kealotandaging, semakin tingggi nilai DPD suatu sampel daging maka semakin tinggi pula tingkat kealotannya.faktor utama yang mempengaruhi tingkat kealotan daging adalah jumlah kolagen dan tingkat kelarutan kolagen (Lawrie, 2003). Keempukan daging adalahkualitas daging setelah dimasak yang didasarkan pada kemudahan waktu menguyah tanpa menghilangkan sifat-sifat jaringan yang layak. Salah satu penilaian mutu dagingadalah sifat keempukannya yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya dengan komposisi daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut daging, sel-sel lemak yang ada diantara serabut daging (Reny, 2009). Keempukan merupakan faktor yang mempengaruhi mutu produk terutama hubunganya dengan selera konsumen dan mempengaruhi penerimaan secara umum. Keempukan dapat diketahui dengan daya putusnya, Semakin rendah nilai daya putusnya, semakin empuk daging tersebut (Maruddin, 2004). Derajat keempukan dapat dihubungkan dengan tiga kategori protein dalam urat daging yaitu : 1) Tenunan pengikat (kolagen, miosin, tropomiosin), 2). Miofibril 15

(aktin, miosin, tropomiosin), 3). Sarkoplasma (protein-protein sarkoplasma, sarkoplasma retikulum). Kontribusi masing-masing kategori protein tergantung pada tingkat kontraksi miofibril, tipe urat daging dan suhu pemasakan (Lawrie, 1995). Soeparno (2005) menjelaskan bahwa keempukan daging tergantung dari temperatur dan waktu pemasakan, lama waktu pemasakan mempengaruhi kolagen, dan temperatur pemasakan lebih mempengaruhi kealotan miofibrilar. Fiems et al., (2000) menambahkan bahwa nilai keempukan daging sangat berpengaruh oleh faktor penanganan ternak sebelum pemotongan, pakan ternak, ph dan perlemakan. Menurut Lawrie (1995), faktor-faktor yang menentukan kekasaran tekstur adalah ukuran berkas serat dan jumlah perimisium yang merupakan tebal dalam urat-urat daging kasar. Berhubung elemen-elemen yang menentukan tekstur adalah aspek tenunan pengikat, maka mungkin dapat diharapkan bahwa ada hubungan/korelasi langsung antara kasarnya sususan serat dan kekerasan daging setelah dimasak. Kandungan kolagen memiliki korelasi yang sangat erat terhadap kekerasan daging yang dinilai dengan melakukan pemutusn paralel dengan arah serat daging untuk koefisien korelasi (Abustam dan Ali, 2005). Uji Organoleptik Semakin tua ternak, daging makin merah. Tiap jenis daging mempunyai aroma yang khas. Warna daging adalah satu parameter penting pada kualitas daging. Itu dapat diukur secara numerical menggunakan colorimeter atau secara obyektif. Beberapa faktor mempengaruhi warna daging seperti species / keturunan, usia, jenis kelamin, potongan daging, pelayuan daging dan kecacatan (Twelve, 2008). 16

Sifat organoleptik menggunakan indera manusia sebagai instrument penilaian. Beberapa sifat yang menentukan dari satu produk dapat dinilai secara organoleptik, misalnya aroma, warna, rasa, dan tekstur (Utami, 2008). Flavor/cita rasa adalah sensasi yang kompleks, melibatkan bau dan rasa/taste, tekstur, suhu dan ph (dari semua ini, bau adalah yang paling penting). Respon terhadap bau terjadi pada sel-sel alfactory dari permukaan asal dan dari situ disampaikan ke otak guna ditafsirkan oleh saraf alfactory. Pada umumnya diduga bahwa zat-zat yang mengandung kimia, reaktif dengan ujung-ujung saraf alfactory (Antonius, 2001). Bau daging masak sangat ditentukan oleh prekursor yang larut dalam air dan lemak dan pembebasan substansi volatil (kreatin, kreatinin dan purin ) yang terdapat didalam daging (Soeparno, 1992). Menurut Sitorus (2001), rasa digunakan sebagai salah satu parameter uji kesukaan karena rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan pilihan konsumen. Pada manusia dewasa, respon terhadap rasa terjadi dalam sel-sel terspesialisasi pada lidah langit-langit lembut dan puncak kerongkongan. Seperti halnya bau, ada kemungkinan terlibat reaksi-reaksi kimia antara molekul-molekul yang ada hubungannya dengan nerve ending dalam sel-sel pengecap dan hal diatur dalam otak. Sari rasa (juiceness) pada daging yang telah dimasak dapat dipisahkan menjadi dua hal. Pertama, karena pengaruh keluarnya cairan pada saat dikunyah dan kedua karena adanya rangsangan lemak dari saliva. Keempukan dan juiceness mempunyai hubungan yang erat, makin empuk daging makin cepat keluarnya cairan akibat dikunyah dan daging lebih juicy (Sitorus, 2001). 17

Menurut Bouton et al., (1975), juiciness atau jus daging mempunyai hubungan yang erat dengan susut masak. Juiciness daging yang rendah dapat disebabkan oleh susut masak yang tinggi. 18