BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Frasa memiliki fungsi sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dan bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Richard dkk (1993:53), frasa merupakan sekelompok kata yang membentuk satu unit gramatikal dan tidak memiliki struktur subjek-predikat. Pada tingkat kedudukannya sebuah frasa berada di bawah satuan klausa dan di atas kata. Dalam Bahasa Indonesia contoh suatu frasa adalah: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis. Dalam bahasa Inggris contoh suatu frasa antara lain: the teacher, with the backpack, came to, on the bathroom floor. Quirk et all (1985:62) membagi frasa menjadi lima jenis berdasarkan kategori pembedanya, yaitu verb phrase, noun phrase, adjective phrase, adverbial phrase, dan prepositional phrase.dilihat dari kajian ilmu kebahasaan, suatu frasa memiliki beberapa bentuk, seperti frasa nomina (FN) yaitu, frasa adjektiva (FA),
frasa adverbial (FAd), frasa verba (FV), frasa preposisi (FPrep) dan frasa numerial (FNum). Preposisi atau yang lazim disebut dengan kata depan merupakan salah satu jenis kelas kata yang terdapat di dalam tata bahasa Indonesia dan Inggris baik dalam teks tertulis maupun dalam lisan. Preposisi (kata depan) ialah kata yang menunjukkan pertaliannya antara nomina dengan nomina lainnya atau dengan kata-kata lainnya, hal ini dikarenakan peran preposisi sebagai penghubung kata utama yang berupa kata nomina dengan bagian kalimat selanjutnya. Hal tersebut dikuatkan oleh Chalker (1984:214) yang menyatakan bahwa Prepositions are a minor word class. They serve to connect major words (usually nouns) to other parts of the tense. Menurut Chaer (1994:154) preposisi adalah kata-kata yang digunakan di muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain. Jika ditinjau dari perilaku semantisnya preposisi juga disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya, sedangkan jika ditinjau dari perilaku sintaksisnya preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang dinamakan frasa preposisi (Alwi 2003:288). Foley and Hall (2003:285) menerangkan bahwa frasa preposisi terdiri atas sebuah preposisi dan kata (kata-kata) yang mengikutinya, kata-kata yang sering mengikuti preposisi adalah nomina (noun) atau kata ganti (pronoun). Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori lain terutama
nomina (Tarigan, dalam Mulyadi, 2010:2 bdk. Ramlan, 1997: 178; Chaer, 1994: 373). Peneliti ingin menganalisis hasil terjemahan frasa preposisi pada novel Pride and Prejudice dalam bahasa Indonesia berdasarkan tiga alasan. Pertama frasa preposisi memiliki peranan yang sangat penting untuk diterjemahkan secara tepat dari teks sumber ke dalam teks sasaran. Hal ini disebabkan antara lain karena perbedaan perilaku pada masing-masing bahasa, misalnya suatu preposisi pada frasa preposisi lokatif di dalam bahasa Indonesia memiliki penggunaan perilaku yang berbeda dengan in, at, on.pada bahasa Inggris meskipun preposisi in on dan atmemiliki peranan dan fungsi preposisi yang berbeda namun sama-sama dapat diartikan menjadi di pada bahasa Indonesia, contoh pada bahasa Indonesia preposisi di meja memiliki arti yang berbeda jika diterjemahkan ke dalam in table, on table, at table meskipun fungsi di dalam bahasa Indonesia dan fungsi on, in, dan at sama-sama memilikifungsi lokatif yang menyatakan tempat/lokasi. Kedua karena penerjemahan suatu frasa preposisi sangat berpengaruh pada tingkat keakuratan terjemahan, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Swan (1995:444) it is difficult to learn how to use prepositions correctly in a foreign language, most english prepositions have a several different functions. Fungsi suatu frasa preposisi pada masing-masing bahasa baik TSu (Bahasa Inggris) dan TSa (Bahasa Indonesia) memiliki fungsi frasa preposisi yang berbeda-beda, hal ini dapat terlihat dari fungsi preposisi sebagai pelengkap kalimat bukan bagian konstituen sentral pada kalimat seperti frasa nomina, verba, adjektiva dan frasa adverbial.
Ketiga, penggunaan suatu frasa preposisi dalam kalimat tergantung pada arti yang digunakan untuk menjelaskan objek yang ada dalam kalimat. Preposisi dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tergantung pada arti preposisi itu sendiri, namun tidak semua preposisi dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kehadiran suatu frasa preposisi dalam terjemahan kerap kali berpengaruh pada pergeseran yang terjadi dari teks sumber (TSu) ke dalam teks sasaran (TSa), sehingga mempengaruhi hasil keakuratan terjemahan terhadap frasa preposisi tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan teori Chaer (2007:223) yang mengatakan jika frasa tidak dapat dipindahkan sendirian, jika ingin dipindahkan maka harus dipindahkan secara keseluruhan sebagai satu kesatuan. Seperti contoh berikut ini: Nenek saya sedang membaca komik di kamar tidur. Kata tidur dalam frasa preposisi di dalam kamar tidur yang ada pada kalimat tersebut, tidak dapat dipindahkan menjadi tidur nenek membaca komik di kamar; yang mungkin ialah kalau dipindahkan keseluruhannya menjadi di kamar tidur nenek membaca komik. Ditambahkan oleh Alwi (2003:295) bahwa peran frasa preposisi adalah untuk menandai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dan konstituen yang dibelakangnya. Frasa preposisi kerap kali mengalami pergeseran bentuk (category shift) ketika diterjemahkan hal ini disebabkan adanya perbedaan pola tata bahasa antara TSu dan Tsa, sehingga dalam beberapa kasus seorang penerjemah melakukanpergeseran agar terjemahan terasa akurat. Berikut ini adalah 3 (tiga) contoh pergeseran frasa preposisi yang dilakukan penerjemah untuk mencapai suatu tingkatan keakuratan:
1) TSu: In his library he had been always sure of leisure and tranquility(p.62) TSa: Perpustakaan adalah jaminan kesenangan dan ketenangan baginya (hal. 112) Pada contoh di atas penerjemah menerapkan pergeseran unit yakni downrank dari frasa preposisi in his library menjadi unit kata (nomina) yaitu perpustakaan dengan menghilangkan preposisi in dan pronomina yang mengikutinya yaitu his. 2) TSu: The latter of this addres was screacly heard by Darcy(p.80) TSa: Darcy tidak begitu memperdulikan bagian terakhir perkataan Sir William (h.146) Pada contoh 2) penerjemah melakukan pergeseran struktur dari struktur pasif pada TSu diterjemahkan menjadi struktur aktif pada TSa, sehingga objek dari Tsu berubah menjadi subjek pada TSa. Penerjemah juga melakukan penghilangan preposisi by pada by Darcy dengan menggantikan menjadi Darcy yang berfungsi sebagai subjek pada kalimat. Pada contoh 1) dan 2) di atas dapat dilihat bagaimana suatu frasa preposisi mengalami pergeseran baik pada unit kata maupun pada struktur kata. Perbedaan pola tata bahasa tersebut yang membuat para penerjemah memiliki pandangan tersendiri dalam menerjemahkan frasa preposisi dari TSu ke dalam TSa yang sesuai dengan tingkat keakuratan bagi para target pembacanya. Meskipun terjadi pergeseran pola tata bahasa dan unit kata yang terjadi hal tersebut dianggap wajar
dikarenakan terjemahan sendiri merupakan pergantian representasi teks yang sama ke dalam teks bahasa kedua khususnya yang berkaitan dengan kesamaan konteks, semantik, tata bahasa, leksis, dan sebagainya, sesuai dengan pendapat Bell (1991:6). Novel Pride and Prejudice diangkat menjadi objek penelitian disebabkan banyak ditemukan frasa preposisi yang mengalami pergeseran bentuk dari Tsu ke dalam Tsa.Pada novel Pride and Prejudice, frasa preposisi merupakan hal yang paling sering ditemukan karena gaya bahasa lama yang digunakan oleh penulis memiliki perbedaan yang cukup besar antara TSu dan Tsa. Hal ini terjadi tidak hanya disebabkan perbedaan gaya bahasa saja akan tetapi pergeseran bentuk yang terjadi juga mempengaruhi makna dari TSu ke dalam TSa terhadap keakuratan hasil terjemahan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari contoh 3) yaitu: 3) TSu : It would be highly expedient that both he and his wife should make their appearance at St. James(p.107) TSa : Dia dan istrinya akan langsung mengunjungi St. James(h.192) Pada contoh data 3) di atas preposisi at merupakan preposisi yang berfungsi untuk menerangkan suatu tempat. Pada Tsu frasa preposisi at St. James terbentuk dari preposisi (at) + nomina (St. James) namun dalam TSa diterjemahkan menjadi nomina (kata) yakni St. James. Data di atas mengalami pergeseran bentuk jenis pergeseran unit donw rank atau penurunan unit kata yaitu dari unit frasa menjadi unit kata. Pada data di atas penerjemah menghilangkan preposisi at dan penerjemah melakukan hal tersebut dikarenakan penerjemah ingin mencari padanan yang tepat dalam menerjemahkan untuk menghasilkan tingkat terjemahan yang akurat. Stuktur gaya bahasa yang terdapat di TSu mengalami hal
yang berbeda dengan TSa, pada TSu should make their appearance yang dapat diterjemahkan menjadi seharusnya muncul di St. James namun diterjemahkan oleh penerjemah menjadi mengunjungi St. James. Berdasarkan contoh di atas dapat kita lihat perbedaan yang cukup signifikan baik dari terjemahan frasa preposisi menjadi kata, dan perubahan struktur gaya bahasa antara TSu dan TSa. Novel Pride and prejudice diangkat menjadi objek penelitian karena karakter serta sikap dasar dari karakter utama didalamnya, Elizabeth bannet yang di anggap memiliki sikap Prejudice (Prasangka) dan Pride (sikap keras) kepala yang saat ini sifat mudah berprasangka dan keras menjadi sifat yang sangat sering kita jumpai pada masyarakat. Elizabeth sendiri mengangkat namanya sebagai karakter utama dalam alur novel ini. Dengan kisah percintaan di bawah keadaan sosilogi masyarakat pada saat itu. Hal ini dapat terlihat dalam dua kata yang terdapatdalam judulnya sendiri Pride dan Prejudice (harga diri dan Prasangka). Pride dalam hal ini adalah dimana karakter Elizabeth yang keras hati dan tidak ingin mengalah dengan keadaan dapat terlihat dalam bagian ketika adu mulut antara Elizabeth dan adik Mr. Bingley yaitu Caroline. Novel Pride and Prejudice adalah sebuah novel tentang feminisme. Kelakuan wanita yang memiliki sifat keras dan tidak mau diatur digambarkan melalui Elizabeth adalah feminisme yang secara tidak langsung ditulis oleh Jane Austen. Jane Austen dengan luar biasa memasukan isu yang krusial dan menggambarkan dengan apik melalui kondisi-kondisi yang ada seperti pengambaran perempuan yang ketergantungan oleh laki-laki, karenanya memilih untuk menikah dengan orang kaya, dan perempuan yang seenaknya dijadikan alat balas budi, dan Elizabeth menentang hal itu.
Novel Pride and Prejudice tidak saja bercerita tentang kisah cinta namun novel ini juga mengajarkan pembacanya untuk mampu menyampaikan pendapat terutama bagi kaum wanita, novel ini juga mengajarkan nilai-nilai kejujuran yang saat ini sudah semakin menghilang dan jangan terlalu berprasangka dengan orang lain, komunikasi, menghargai orang lain dan jangan berlaku sombong serta tidak menilai orang dari luarnay saja pun disinggung dalam novel ini, hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang mulai pudar saat ini. Penilaian tingkat keakuratan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil akhir dari terjemahan yang akan menentukan sepadan atau tidaknya terjemahan frasa preposisi dari TSu ke dalam TSa, sehingga tujuan dari peneliti melakukan penelitian ini dapat dicapai. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa perlu untuk menganalisis karya Jane Austen yang diterjemahkan oleh Berlianai Mantili Nugrahani untuk mengetahui jenis kategori frasa preposisi, menganalisis pergeseran bentuk yang terjadi, serta menilai tingkat keakuratannya. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Jenis frasa preposisi apa sajakah yang terdapat pada novel Pride and Prejudice dalam bahasa Indonesia? 2. Pergeseran bentuk frasa preposisi apa sajakah yang terdapat pada novel Pride and Prejudice dalam Bahasa Indonesia? 3. Bagaimanakah tingkat keakuratan terjemahan frasa preposisi pada terjemahan novel Pride and Prejudice dalam Bahasa Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui jenis-jenis frasa preposisi yang terdapat pada novel Pride and Prejudice. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis pergeseran-pergeseran bentuk frasa preposisi yang terdapat pada terjemahan novel Pride and Prejudice, 3. Mendeskripsikan bagaimana tingkat keakuratan terjemahan frasa preposisi dalam novel Pride and Prejudice. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian terjemahan frasa preposisi ini memiliki manfaat secara teoritis akademis dan manfaat praktisi. Secara teoritis akademisi, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang terjemahan mengenai frasa preposisi dan jenis frasa preposisi dari sebuah novel sastra yang dilihat dari sudut pandang ilmu terjemahan dan menjadikan penelitian ini menjadi salah satu acuan bagi peneliti selanjutnya untulk melakukan penelitian yang terkait dengan frasa. Dari segi bidang ilmu terjemahan, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk melihat bagaimana suatu frasa preposisi diterjemahkan dan pergeseran bentuk apa saja yang terjadi dalam terjemahan dan diharapkan mampu untuk melihat tingkat keakuratan terjemahan frasa preposisi yang terdapat pada terjemahannya.
Manfaat praktisi penelitian ini adalah memberikan kontribusi dan masukan kepada penerjemah dalam menerjemahkan frasa preposisi dan impelementasinya pada karya karya terjemahan yang dihasilkan, serta dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang terjemahan. 1.5. Klarifikasi Istilah Istilah merupakan satu makna yang dapat diartikan dengan banyak pengertian.untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengartikan istilah yang ada, maka perlu diklarifikasikan. Istilah-istilah tersebut sebagai berikut: 1. Terjemahan. Terjemahan merupakan penggantian representasi teks atau bahasa dari bahasa sumber (BSu) yang sama ke dalam bahasa atau teks sasaran (BSa) khususnya yang berkaitan dengan kesamaan konteks, semantik, tata bahasa, leksis, dan sebagainya. (Bell, 1991: 6) 2. Bahasa Sumber (BSu). Bahasa sumber adalah bahasa yang merujuk pada bahasa yang diterjemahkan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, maka bahasa Inggris diposisikan sebagai bahasa sumber. 3. Bahasa Sasaran (BSa). Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia diposisikan sebagai bahasa sasaran.
4. Frasa. Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat ditulis rapat, ataupun renggang. (Kridalaksana, 1993) 5. Frasa Preposisi. Frasa preposisi juga disebut kata depan yang menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen dibelakangnya (Alwi dkk, 2003: 29) 6. Pergeseran. Pergeseran adalah hubungan formal dalam proses pemindahan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. (Catford, 1965: 73) 7. Keakuratan. Keakuratan adalah istilah yang digunakan dalam pengevaluasian terjemahan untuk merujuk pada apakah teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran sudah sepadan ataukah belum (Nababan, 2012: 6) 8. Novel. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Nurgiyantoro, 1995:9)