BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari
|
|
- Farida Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier, pemerlengkap, dan frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca. Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; atau organisasi pelbagai unsur bahasa yang masing-masing merupakan pola bermakna (Kridalaksana, 1993:203). Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan (Putrayasa, 2012:26). Kridalaksana (1993:93) menyebut kalimat tanya dengan istilah kalimat interogatif, yakni kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya mengandung makna pertanyaan; dalam ragam tulis biasanya ditandai oleh (?). Jenis kalimat ini ditandai pula oleh partikel tanyakah, atau kata tanya apa, bagaimana, dsb. Putrayasa (2012) menambahkan bahwa penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda tanya. Infleksi (infleksional) adalah konstituen inti dalam sebuah kalimat.infleksi (selanjutnya disebut I), ditempati oleh aspek dan modalitas (Haegeman, 1994:108). Frasa infleksi (infleksional phrase) adalah proyeksi maksimal dari sebuah kalimat.frasa infleksi (selanjutnya disebut FI) mendominasi I-bar dan spesifier; I- bar mendominasi I dan komplemen (Haegeman, 1994:114). 6
2 7 Komplemen adalahargumen yang posisinya dibawahi langsung oleh I-bar setelah berkombinasi dengan I terlebih dahulu (Haegeman, 1994:114).Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur kalimat. Spesifier dalam tataran kalimat ditempati oleh argumen subjek (Haegeman, 1994:114).Posisinya dibawahi langsung oleh FI setelah berkombinasi dengan I- bar terlebih dahulu. Pemerlengkap (complementizer) adalah unsur klausa subordinatif yang menentukan tipe klausa yang mengikutinya. Pada kalimat interogatif, pemerlengkap (selanjutnya disebut Pm) dilekati oleh fitur [+kata tanya]. Proyeksi Pm sebagai inti berkombinasi dengan FI untuk membentuk proyeksi Pm-bar (Haegeman, 1994:116). Frasa pemerlengkap (complementizer phrase) adalah proyeksi maksimal dari Pm (Haegeman, 1994: ).Frasa pemerlengkap (selanjutnya disebut FPm) merupakan proyeksi yang lebih tinggi dari proyeksi FI. 2.2 Landasan Teori Kalimat Tanya Haegeman (1994) menjabarkan kalimat tanya terbagi atas lima bentuk, yakni: (1) Direct Yes-No Questions (kalimat tanya langsung ya-tidak), misalnya Will Lord Emsworth invite Hercules Poirot?;(2) Echo Questions (kalimat tanya gema/gaung), misalnya Lord Emsworth will invite whom?; (3) Direct Wh- Questions (kalimat tanya langsung dengan kata tanya), misalnya Whom will Lord Emsworth invite?; (4) Indirect Yes-No Questions (kalimat tanya tidak langsung ya-tidak), misalnya I wonder [whether Lord Emsworth will invite Hercules
3 8 Poirot]; dan (5) Indirect Wh-Questions (kalimat tanya tidak langsung dengan kata tanya), misalnya I wonder [whom Lord Emsworth will invite]. Alwi, dkk (2003:357) membatasi kalimat tanya dengan penggunaan kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana, dengan atau tanpa partikel kah dan diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis. Bentuk kalimat tanya biasanya digunakan untuk meminta jawaban ya atau tidak, atau informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca. Alwi menekankan bahwa jika kalimat tanya dijadikan bagian dari kalimat berita, kalimat tanya itu kehilangan keintrogatifannya sehingga tanda baca yang digunakan adalah tanda titik, dan bukan tanda tanya. Misalnya, Saya tidak tahu kapan mereka akan berangkat. Dengan kata lain, pendapat Alwi berlainan dengan pendapat Haegemen mengenai kalimat tanya tidak langsung. Gagasan itu sejalan dengan pendapat Kridalaksana (2007) yang menyebutkan bahwa kata apa dalam contoh kalimat Tidak tahu aku apa yang mereka cari, bukan merupakan kata tanya, melainkan pronomina. Kridalaksana mengatakan kata tanya adalah kategori dalam kalimat tanya yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Ramlan, (1981: 12) mengemukakan bahwa kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya memiliki nada akhir lebih tinggi dari kalimat berita. Nada akhir itu dituliskan dengan tanda tanya. Penambahan kata tanya dalam kalimat tanya cenderung diletakkan di awal kalimat. Chaer (2000: 350) menyatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang
4 9 isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Mempertimbangkan pendapat beberapa ahli di atas, jenis kalimat tanya yang akan dibahas dalam penelitian iniadalah (1) kalimat tanya ya-tidak, misalnya Apakah Ibu membeli baju untuk adik?;(2) kalimat tanya gema/gaung, misalnya Ibu membeli apa?; (3) kalimat tanya dengan kata tanya, misalnya Apa yang dibeli ibu? Teori X-Bar Teori X-bar menjelaskan struktur umum frasa yang direpresentasikan pada skema X-bar.Noam Chomskymerupakan orang pertama yang mengemukakan bahwa frasa mempunyai struktur yang sama dan harus dikaji secara eksplisit. Chomsky belajar dari Zellig Harris yang merupakan penggagas dari teori X-bar. Dalam kaidah ini terdapat dua tipe kategori: pertama, kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektiva, dan preposisi; dan kedua, kategori frasa seperti frasa verba, frasa nomina, frasa adjektiva, dan frasa preposisi. Pada masa itu belum disinggung adanya sebuah kategori yang lebih besar dari kategori leksikal, tetapi lebih kecil dari kategori frasa, seperti di antara nomina dan frasa nomina atau di antara verba dan frasa verba.faktanya, melalui sejumlah tes sintaktis seperti substitusi, koordinasi, atau pronominalisasi terbukti adanya kategori tersebut.lnilah yang disebut kategori antara (intermediate cotegory) dan menjadi dasar munculnya teori X-bar (Mulyadi, 2010; diadaptasi dari Haegeman, 1994). Lieber (dalam Sawirman, 2007) mengatakan bahwa teori X-bar yang mulanya hanya mengkaji struktur frasa, makin diperluas penerapannya pada tataran klausa dan kalimat.teori X-bar pada tataran klausa dan kalimat didominasi oleh frasa
5 10 infleksional (FI) sebagai frasa maksimal; tataran yang lebih tinggi dari FIadalah frasa pemerlengkap (FPm).Alasan penggunaan istilah-istilah frasa pada tataran klausa dan kalimat karena dalam teori X-bar kaidah struktur klausa dan kalimat diperlakukansama seperti kaidah X-bar pada tataran frasa. Struktur kalimat diadopsi dari aturan yang telah ditetapkan pada struktur frasa.komplemen berkombinasi dengan I membentuk proyeksi I-bar (I ), dan spesifierberkombinasi dengan I-bar untuk membentuk proyeksi maksimal FI (Haegeman, 1994:114).Strukturnya akanmenjadi skema (4a) dan diagram pohonnya digambarkan pada (4b). Struktur kalimat tanya tidak hanya didominasi oleh proyeksi maksimal FI, melainkan ada proyeksi yang lebih tinggi yaitu proyeksi FPm. Strukturnya menjadi skema (5a) dan diagram pohonnya digambarkan (5b). (4)a. FI= Spes; I I = I; Komp b. FI Spes I I (5) a. FPm = Spes, Pm Pm = Pm, FI b. FPm Komp Spes Pm Pm FI
6 11 Haegeman (1994: 36) menyatakan bahwa kalimat tanya dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yes-no questions (kalimat tanya ya-tidak), dan constituent questions (kalimat tanya dengan konstituen). Selanjutnya, Haegeman (1994: ) menjelaskan bahwa dua tipe kalimat tanya tersebut diperluas menjadi lima tipe, yaitu direct yes-no question(kalimat tanya langsung ya-tidak), echo questions(kalimat tanya gema/gaung), direct wh-question(kalimat tanya langsung dengan kata tanya), indirect yes-no question(kalimat tanya tidak langsung yatidak), dan indirect wh-question(kalimat tanya tidak langsung dengan kata tanya). Struktur kalimat tanya langsung dengan kata tanya berdasarkan teori X-bar mengharuskan adanya perpindahan sesuai dengan struktur asalnya atau bentuk deklaratifnya. Kalimat pada (6) merupakan struktur asal dari kalimat tanya pada (7), sehingga will pada I (6) mengalami perpindahan menjadi C dari proyeksi CP (7); dan Hercules Poirot sebagai objek pada (6) digantikan dengan kata tanya whom pada (7) fungsinya pun mengalami perpindahan dari NP menjadi [Spec, CP]. Perpindahan setiap unsur ditandai dengan hadirnya indeks yang sama. Berikut ini ialah contoh analisis teori X-bar terhadap kalimat tanya dengan kata tanyadalam bahasa Inggris:
7 12 (6) CP C C IP NP I I VP V V NP Lord Emsworth will invite Hercules Poirot (7) CP Spec C C IP NP I I [+Tense] VP V V NP Whomᵢ willᵤlord Emword eᵤ invite eᵢ?
8 13 Selanjutnya, kalimat tanya gema/gaungmerupakan kalimat tanya yang digunakan oleh penanya untuk mengonfirmasi pernyataan lawan bicara. Cara membentuknya dengan mengulangi sebagian atau seluruh pernyataan dan mengganti konstituen yang ingin ditanyakan dengan kata tanya, posisinya sama dengan kalimat deklaratifnya (Haegemen, 1994:302). Secara semantis, makna kalimat tanya gema/gaung ini sama dengan kalimat tanya dengan kata tanya, tetapi struktur sintaksisnya berbeda. Perbedaan itu ditunjukkan dari posisi penempatan kata tanya, dan ada atau tidaknya perpindahan unsur dalam kalimat tanya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari contoh sebagai berikut. (8) a. Dia akan pergi ke Bandung. b. Dia akan pergi ke mana? c. Ke mana dia akan pergi? (9) a. Aku ingin makan nasi goreng. b. Kau ingin makan apa? c. Apa yang ingin kau makan? (10) a. Ibu memarahi adik. b. Ibu memarahi siapa? c. Siapa yang dimarahi ibu? Contoh (8) - (10) pada (a) menunjukkan bentuk kalimat deklaratif, pada (b) dalam ketiga contoh di atas termasuk tipe kalimat tanya gema/gaung, sedangkan pada (c) termasuk tipe kalimat tanya dengan kata tanya. Unsur yang digarisbawahi pada (a) menunjukkan konstituen yang menjadi pertanyaan dari kata tanya pada (b) dan (c). Jika dilihat dengan seksama, tampak jelas bahwa kalimat tanya gema/gaungpada (b) tidak menunjukkan adanya unsur yang berpindah karena
9 14 posisi kata tanya dalam kalimat tersebut berada sama persis dengan kalimat deklaratifnya. Dengan kata lain, perpindahan hanya terjadi pada tipe kalimat tanya dengan kata tanya. 2.3 Tinjauan Pustaka Adapun kajian-kajian terdahulu yang digunakan sebagai referensi atau acuan yang menopang penelitian ini adalah sebagai berikut. Gumilar (2009) dalam artikelnya yang berjudul Kalimat Pertanyaan Bahasa Sunda: Sebuah Analisis Awal dari Perspektif Minimalism membicarakan masalah aspek sintaksis kalimat tanya dalam bahasa Sunda. Teori yang digunakan adalah teori minimalism yang diajukan oleh Chomsky. Hasil analisisnya menyatakan bahwa bahasa Sunda memiliki kalimat tanyawh-in-situ dan whmovement. Minimalism mampu menerangkan bahwa perbedaan pembentukan kalimat tanyawh-in-situ dan wh-movement bahasa Sunda ditentukan oleh perbedaan hakikat kata tanya (wh-question) bahasa Sunda di dalam leksikon, tanpa melanggar prinsip-prinsip yang dikandung oleh Minimalism. Mukaro (2012) dalam artikelnya yang berjudul Wh-question in Shona membicarakan tentang analisis perpindahan pada pertanyaan langsung. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa perpindahan unsur hanya terjadi pada kalimat wh-question, sedangkan pada tipe kalimat tanya lainnya tidak ditemukan adanya perpindahan sebab kata tanya sudah berada pada posisi rujukan pertanyaannya. Perpindahan itu menempati posisi Spec, CP. Menurut Mukaro, kata tanya mengalami perpindahan ke posisi Spec, CP disebabkan kata tanya berpindah ke posisi terdekat dengan C yang memiliki fitur [+wh]. Selain itu, Spec,
10 15 CP merupakan simpul kosong yang dihasilkan skema X-bar untuk unsur yang dipindahkan. Meskipun demikian, perpindahan tersebut dapat pengecualian terhadap kata tanyabagaimana. Kata tanyabagaimana hanya dapat berada pada akhir kalimat, sebab apabila posisinya dipindahkan ke awal kalimat maka akan terjadi makna ambigu antara bagaimana dan mengapa. Cara kerja teori X-bar dalam tulisan ini menjadi acuan untuk menerapkan teori X-bar pada struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Lubis (2002) dalam tesisnya yang berjudul Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis membicarakan ciri-ciri sintaksis kalimat tanya bahasa Mandailing beserta dengan struktur sintaksisnya. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa struktur kalimat tanya bahasa Mandailing terdiri atas: (a) 22 struktur yang berbeda pada kalimat tanya dengan kata tanya, (b) 8 struktur yang berbeda pada kalimat tanya berdasarkan fokus kalimat dan kata tanya, (c) 30 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya tanpa kata tanya, yang terdiri atas 8 struktur kalimat tanya tanpa kata tanya dan tanpa partikel penegas, dan 22 struktur kalimat tanya tanpa kata tanya dengan partikel penegas (18 struktur kalimat tanya dengan partikel penegas do, dan 4 struktur kalimat tanya dengan partikel penegas ma), (d) 25 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya alternatif, (e) 18 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya negatif, (f) 5 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya embelan. Analisis struktur kalimat tanya dalam penelitian ini menjadi pedoman untuk membandingkan dengan struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, Wangkai (2013) dalam artikelnya yang berjudul Kalimat Tanya dalam Novel The Confession Karya John Grisham membicarakan tipe
11 16 kalimat tanya yang ada dalam novel The Confession. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menekankan pada penggambaran kalimat tanya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kalimat tanya yang digunakan para tokoh dalam novel The Confession, yaitu (1) kalimat tanya Yes/No, (2) kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya WH-Words, (3) kalimat tanya bentuk negatif, (4) kalimat tanya tak tentu. Kalimat tanya juga telah dibahas oleh Rondonuwu (2015) dalam artikelnya yang berjudul Kalimat Tanya dalam Novel The Guardian Karya Nicholas Sparks membicarakan masalah bentuk kalimat tanya beserta fungsinya dalam komunikasi para tokoh dalam novel The Guardian. Penelitian ini menerapkan konsep teori yang diambil dari Arts and Arts yang menyatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung subjek dan kata bantu atau kata tanya Wh-question. Aarts dan Aarts selanjutnya menyatakan bahwa ada tiga tipe utama dari kalimat tanya yakni Yes/No question, Tag question, dan Wh-question. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa bentuk kalimat tanya dalam novel The Guardian terdiri atas Yes/No question, Tag-question, Wh-question. Selain itu ditemukan juga kalimat tanya negatif, kalimat tanya tanpa kata bantu dan kalimat tanya yang hanya dibentuk oleh satu kata saja. Berdasarkan fungsinya dalam komunikasi kalimat tanya dalam novel ini memiliki daya ilokusi bertanya (question), bermohon (request), dan perintah (command). Kalimat tanya yang ditemukan dalam novel ini telah lebih banyak digunakan untuk menanyakan orang, benda, dan keadaan sehingga kata tanya yang dominan yakni what.
12 17 Perdana (2013) membahas kata tanya dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Kata Tanya Bahasa Indonesia dalam Cerpen di Harian Umum Kompas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata tanya bahasaindonesia yang meliputi (1) jenis kata tanya, (2) fungsi kata tanya, (3) kata tanya dalamkonstruksi sintaksis kalimat tanya.penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.subjek penelitian ini adalah cerpen-cerpenpada harian umum Kompas tahun 2010 hingga tahun 2011.Data diperoleh dengan teknikbaca dan catat.analisis data dilakukan dengan metode agih dan metode padan. Hasil penelitian ini adalah (1) kata tanya dalam cerpen-cerpenkompas dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kata tanya yang berasal daripronomina penanya dan nonpronomina penanya, (2) fungsi kata tanya dalam cerpencerpenkompas diklasifikasikan menjadi sebelas, yaitu untuk menanyakan nomina bukaninsan, nomina insan, sebab, alasan, keadaan dan cara, pilihan, tempat, waktu, jumlah,mengukuhkan pernyataan, dan konfirmasi, (3) posisi kata tanya dalam konstruksisintaksis kalimat tanya meliputi kata tanya di awal kalimat, di tengah kalimat, dan di akhir kalimat.
BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat tanya selalu mendapat perhatian di dalam buku tata bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 357; Chaer, 2000: 350). Hal ini dapat dimengerti sebab kalimat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR
STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR SKRIPSI OLEH WIDARTI S. PASARIBU 070701035 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 . Struktur Frasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciHUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud
Lebih terperinciKATA TANYA DALAM KONSTRUKSI INTEROGATIF BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKTIS DAN SEMANTIS
Kata Tanya dalam Konstruksi Interogatif Bahasa Indonesia: Kajian Sintaktis dan Semantis (Wini Tarmini) KATA TANYA DALAM KONSTRUKSI INTEROGATIF BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKTIS DAN SEMANTIS Wini Tarmini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinci5 Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,
Lebih terperinciBASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)
BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa juga merupakan faktor penting yang membuat manusia berbeda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGANTAR Bahasa sebagai produk kebudayaan merupakan media paling penting dalam komunikasi. Bahasa juga merupakan faktor penting yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya.
Lebih terperinciKATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA
KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Verba kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan benar ialah berbahasa sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau
Lebih terperinciSTRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM
STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Sunda (BS)1) memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). Di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu jika kita berbicara tentang kapan lahirnya sebuah bahasa, maka jawabannya adalah sejak manusia ada.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciBAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE
BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)
ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Oleh Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU Abstrak Penelitian ini membahas tentang frase nominal
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat
9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciANALISIS FITUR KEBAHASAAN DALAM TEKS ULASAN
ANALISIS FITUR KEBAHASAAN DALAM TEKS ULASAN Mira Nuryanti, M.Pd. Unswagati Cirebon Pos-el: miranuryanti@yahoo.co.id Riskha Arfiyanti, M.Pd. Unswagati Cirebon Pos-el: arfiyanti.riskha@gmail.com. Abstrak
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,
Lebih terperinciBAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan
BAB V P E N U T UP Penelitian dalam thesis ini mengungkapkan persamaan dan perbedaan antara adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan analisis kontrastif. Adapun adverbia
Lebih terperinciANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1
ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah
PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan
Lebih terperinciKAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian
Lebih terperinciKONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA
HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa karena bahasa mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa dimanfaatkan untuk berinteraksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi manusia, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Fungsi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA
MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap
Lebih terperinciAnalisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia
Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi
Lebih terperinciI. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam
I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)
DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kajian lintas bahasa, adjektiva merupakan kategori yang memberikan keterangan terhadap nomina (Scrachter dan Shopen, 2007: 18). Senada dengan pernyataan tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang mengandung kata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperinciPENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI
PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA ADJEKTIVAL DALAM BAHASA INDONESIA
Halaman 22 Struktur Frasa djektival dalam Bahasa Indonesia STRUKTUR FRS DJEKTIVL DLM BHS INDONESI Mulyadi Fakultas Sastra bstract This article discusses the internal structure of adjectival phrase in Bahasa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciFRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR
FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR Puti Novianti Aristia Magister Linguistik, Universitas Sumatera Utara Jl. A. Hakim no. 1 Kampus USU Medan 20155 Email: putiaristia@yahoo.com Abstract: The
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai salah satu alat interaksi sosial. Terdapat dua bahasa yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung
Lebih terperinci10 Jenis Kata Menurut Aristoteles
Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina
Lebih terperinci