Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 PENGUKURAN KINERJA KONTRAKTOR DIKAITKAN DENGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 STUDI KASUS DI KOTA MATARAM Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang ABSTRAKSI Pengaruh era globalisasi di Indonesia menuntut persaingan pada perusahaan, salah satunya Kontraktor di Kota Mataram sebagai perusahaan penyedia barang/jasa konstruksi. Peningkatan mutu kinerja Kontraktor menggunakan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 yang berlaku secara internasional. Pengukuran kinerja Kontraktor melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dilakukan dengan mengukur aspek operasional, sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pengujian hipotesis dilakukan pada setiap aspek pengukuran dengan T-tes. Analisis regresi logistik digunakan untuk menentukan tingkat signifikansi antar variabel pengukuran. Hasil analisis didapatkan nilai t hitung > t tabel, yaitu pada aspek operasional 12.089, aspek sumberdaya manusia 10.100, aspek keuangan 10.623, dan aspek pelanggan 11.464. Nilai t tabel sebesar 2.007 dengan rata-rata tingkat signifikansi sebesar 0.00 < 0.05 (5%) yang menunjukkan kesuksesan pada kinerja Kontraktor terhadap penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Tingkat signifikansi pengaruh penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap kinerja Kontraktor berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada aspek operasional 0.029 < 0.05 (signifikan), aspek sumberdaya manusia 0.002 < 0.05 (signifikan), aspek keuangan 0.134 > 0.05 (tidak signifikan), dan aspek pelanggan 0.010 < 0.05 (signifikan). Kata kunci: Pengukuran, Kinerja Kontraktor, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 PENDAHULUAN Tantangan era global menuntut kehidupan manusia dalam bidang usaha maupun berbagai bidang kehidupan lainnya terus meningkat. Era globalisasi menjadikan persaingan yang ketat dengan masuknya perusahaan asing ke Indonesia. Setiap lembaga, baik pemerintah maupun 68
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb swasta, dituntut untuk meningkatkan mutu layanan kepada konsumen/ pelanggan. Perusahaan yang bergerak dalam bidang barang/jasa konstruksi, khususnya Kontraktor, merupakan salah satu faktor dominan dalam meningkatkan daya saing dengan perusahaan lainnya. Penerapan TQM (Total Quality Management) melalui rencana peningkatan kualitas yang dituangkan dalam Strategic Quality Management merupakan salah satu pemahaman secara internal dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan. Persyaratan sistem mutu dianggap sesuai untuk digunakan dengan tujuan memperoleh sertifikasi ISO (International Organization for Standarization) sebagai penanda bahwa perusahaan berkomitmen meningkatkan mutu perusahaan melalui pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu. Namun, pada kenyataannya tidak semua Kontraktor, khususnya Kontraktor di Kota Mataram, sudah melaksanakan dan bersertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan kinerja pada Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam berbagai aspek, diantaranya aspek operasional (di lapangan), sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur perbedaan kinerja Kontraktor di Kota Mataram pada aspek: operasional, sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan antara yang belum dan sudah bersertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. TINJAUAN PUSTAKA Kontraktor Kontraktor adalah individu atau perusahaan yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan kontrak dan bertanggung jawab di bawah pengawasan kerja perusahaan yang memberi kontrak untuk menjamin bahwa pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan. Kemampuan suatu organisasi atau perusahaan dalam menentukan posisi untuk meraih kesuksesan, tergantung pengelolaan dan karakter sumber daya yang dimiliki kontraktor sebagai keunggulan kompetitif dalam meningkatkan kualitas perusahaan. Karakteristik suatu organisasi akan memberikan pengaruh atau efek pada persaingan dalam memenangkan persaingan bisnis yang merupakan jawaban dalam pengembangan suatu bentuk usaha. Menurut Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006, menerangkan bahwa karakteristik kontraktor yang berkaitan dengan kualifikasi bentuk badan usaha dalam meregistrasikan kembali badan usaha yang melaksanakan usaha jasa konstruksi. Dalam LPJK Nomor 11 Tahun 2006 Penggolongan Kualifikasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi 69
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 didasarkan pada kriteria tingkat kompetensi dan potensi kemampuan usaha terdiri dari: kecil, menengah, dan besar. Kualifikasi didasarkan pada kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan kriteria penggunaan teknologi. Pengukuran Kinerja Kontraktor Pengukuran sering dikaitkan dengan kata evaluasi. Pengukuran atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimamna perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana tindak lanjut atas perbedaan itu. Jadi, tampak jelas bahwa untuk melakukan evaluasi dibutuhkan tolok ukur program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan diukur atau dievaluasi. Untuk mengetahui besar kecilnya atau baik buruknya hubungan karakteristik dengan kinerja dapat diukur atau dinilai dengan kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan yang dikerjakan atau diukur berdasarkan nilai pekerjaan atau diukur berdasarkan nilai pekerjaan yang diselesaikan (LPJK No. 11 Tahun 2006). Salah satu bentuk kosistensi kondisi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar adalah perlu dilakukannya pegendalian mutu atau bentuk aktivitas mutu produk yang dihasilkan. Melalui sistem manajemen mutu terpadu tercipta sistem yang dapat mencegah terjadinya kesalahan dan klaim, sehingga menghindari kerugian kedua belah pihak secara komprehensif. Dalam kajian mutu tercakup kegiatan sebagai berikut: 1. Penilaian efektivitas mutu untuk kebijakan mutu secara memuaskan ditinjau dari persyaratan standar sistem mutu. 2. Penilaian persyaratan yang mungkin ada untuk menjamin bahwa sistem mutu akan tetap sesuai dan efektif, dan 3. Pengkajian terhadap bukti adanya audit internal, tindakan koreksi, penanganan keluhan pelanggan, kerusakan produk atau jasa yang dilaporkan dan adanya jaminan konsesi. Menurut Umar (2005), ada beberapa aspek yang penting untuk dievaluasi kaitannya dengan kinerja. Aspek-aspek tersebut antara lain: 1. Aspek operasional. 2. Aspek sumberdaya manusia. 3. Aspek Keuangan. 4. Aspek Pelanggan. Keempat aspek tersebut akan menjadi tolak ukur untuk melakukan penelitian terkait dengan pengukuran kinerja Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008. Dari keempat aspek ini akan dibentuk menjadi variabel-variabel peneltian dengan turunannya, yaitu daftar pertanyaan berupa indikator-indikator untuk melakukan pengukuran. 70
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 International Organization for Standarization (ISO) 9001:2008 merupakan standar internasional tentang Sistem Manajemen Mutu, dimana sebuah organisasi dituntut memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan pelangggan (customer), peraturan dan perundang-undangan, sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Standar ini juga merupakan standar internasional yang diakui untuk sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.ISO 9001 mencakup prinsip arahan dalam manajemen mutu, daftar dari persyaratan sertifikasi, dan menyediakan arahan mengenai cara untuk membangun sistem yang digunakan untuk mengontrol prosedur, proses dan mutu dari produk/layanan. ISO 9001 saat ini telah menjadi standar Sistem Manajemen Mutu yang paling diakui oleh dunia internasional, yang menjadi acuan untuk menilai praktik manajemen mutu suatu organisasi, yaitu kemampuan organisasi dalam melakukan proses desain, produksi dan penghantaran produk ataupun jasa yang bermutu. Penggunaan ISO sebagai sebuah strategi manajemen mutu pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan jaminan mutu dalam hal pelayanan kepada pihak luar. ISO 9001 adalah standar yang paling komprehensif dan digunakan untuk menjamin mutu pada tahap perancangan dan pengembangan produksi, instalasi, dan pelayanan jasa, standar ini digunakan khususnya oleh organisasi yang merancang produk dan membuatnya sendiri. Dalam seri Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terdapat filosofi yang terdiri dari delapan prinsip manajemen mutu, yaitu sebagai berikut: 1. Fokus pada pelanggan Ditujukan untuk memahami keinginan pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan, dan melampaui harapan pelanggan. 2. Kepemimpinan Pimpinan berfungsi sebagai leader untuk mengontrol penerapan sistem, sehingga terjadi gerak yang terintregasi. 3. Keterlibatan karyawan Keterlibatan karyawan secara optimal akan menjadi keuntungan bagi perusahaan karena segala hal yang dilakukan berdasar pada pemahaman mengenai kebutuhan perusahaan. 4. Pendekatan proses Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur proses yang terjadi dalam organisasi. 5. Pendekatan sistem kepada manajemen, Efektivitas dan efisiensi menjadi wacana yang positif bagi perusahaan yang sudah memiliki sistem manajemen yang baik. Implementasi sistem mengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan proses bukan sekedar menghilangkan masalah yang terjadi. 71
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 6. Perbaikan berkelanjutan Kontinuitas perusahaan perlu melibatkan semua lini perusahaan seperti sumberdaya manusia, proses, sistem, dan produk akhirnya. Keterlibatan SDM dalam proses perbaikan yang terus-menerus harus bisa menjadi kebiasaan perusahaan, sehingga terbentuk budaya mutu. 7. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan Pengambilan keputusan harus didasarkan pada analisis yang akurat, relevan, dan data yang tepat. Informasi yang memadai sangat diperlukan untuk membantu melakukan analisis dalam pengambilan keputusan. 8. Hubungan dengan pemasok Pemasok (supplier) merupakan bagian dari keberhasilan produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada pelangggannya. METODOLOGI Hipotesis Hipotesis penelitian adalah terdapatnya perbedaan kinerja Kontraktor pada aspek: operasional (di lapangan), sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian adalah Kontraktor di Kota Mataram dengan kategori: (1) Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008 dan (2) Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling pada semua Kontraktor yang sudah bersertifikat dan sebagian Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008 yang digunakan sebagai data pembanding. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yaitu untuk menggambarkan kinerja Kontraktor yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sekaligus menganalisis data-data yang diperoleh dalam penelitian melalui penyebaran kuesioner berupa angka-angka (scoring). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan mendistribusikan kuesioner pada Kontraktor yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti. 72
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Analisis Data Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan pada setiap aspek pengukuran yang ditetapkan. Tujuan pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja Kontraktor pada variabel operasional, sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan antara yang belum dan sudah bersertikat ISO 9001:2008. Pengujian hipotesis dilakukan dengan T-test dengan pertimbangan digunakan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan antara yang sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Perumusan hipotesis secara matematis adalah: 1. H 0 X 1234 = 0, berarti tidak ada perbedaan variabel X 1, X 2, X 3, dan X 4 antara Kontraktor yang belum dan sudah bersertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. 2. H A X 1234 0, berarti ada perbedaan variabel X 1, X 2, X 3, dan X 4 antara Kontraktor yang belum dan sudah bersertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Pengujian hipotesis H 0 akan ditolak jika nilai t hitung >t tabel. Analisa Regresi Logistik Analisa regresi logistik digunakan untuk mengukur tingkat signifikansi pengaruh antar variabel independent (X), yaitu operasional, sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan terhadap variabel dependent (Y) yaitu pengaruh penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dibandingkan dengan hasil hipotesis. Penolakan tidaknya hasil pengujian didasarkan pada nilai koefisien yang dihasilkan oleh model regresi logistik tersebut. Model analisis regresi ini bertujuan untuk menguji perbedaan dari hasil variabel-variabel independent terhadap variabel dependent. Persamaan hipotesis secara matematis adalah sebagai berikut: 1. H 0 : ß 1, ß 2, ß 3, ß 4 = 0 berarti variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. 2. H A : ß 1, ß 2, ß 3, ß 4 0 berarti variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Alur Penelitian Alur dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram pada Gambar berikut. 73
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 Gambar 1. Bagan Alur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Objek Penelitian Penelitian dilakukan pada Kontraktor di Kota Mataram, yaitu terhadap 8 (delapan) Kontraktor yang sudah bersertifikat dan 10 (sepuluh) Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008 di luar Kontraktor setingkat BUMN, seperti: Adhi Karya, Wijaya Karya, Pembangunan Perumahan, Waskita Karya, dan Hutama Karya yang berada di bawah struktur organisasi Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPEKSINDO) Propinsi Nusa Tenggara Barat. 74
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Tabel 1. Daftar Kontraktor Objek Penelitian No Nama Tahun Kontraktor Berdiri Ket. 1. PT. BMA 1995 Belum Bersertifikat ISO 2. PT. BSM 1995 Belum Bersertifikat ISO 3. PT. CKN 1998 Belum Bersertifikat ISO 4. PT. DSM 1996 Belum Bersertifikat ISO 5. PT. EM 2001 Belum Bersertifikat ISO 6. PT. PLS 2000 Belum Bersertifikat ISO 7. PT. PAU 1997 Belum Bersertifikat ISO 8. PT. RKU 1999 Belum Bersertifikat ISO 9. PT. ABA 1996 Belum Bersertifikat ISO 10. PT. JSR 2001 Belum Bersertifikat ISO 11. PT. MLU 1991 Sudah Bersertifikat ISO 12. PT. BAA 1995 Sudah Bersertifikat ISO 13. PT. BTU 1995 Sudah Bersertifikat ISO 14. PT. BM 1999 Sudah Bersertifikat ISO 15. PT. BNN 1990 Sudah Bersertifikat ISO 16. PT. KJU 1990 Sudah Bersertifikat ISO 17. PT. PIL 1997 Sudah Bersertifikat ISO 18. PT. GK 1992 Sudah Bersertifikat ISO Sumber : GAPENSI Kota Mataram (Hasil Penelitian) Hasil penelitian didapatkan gambaran karakteristik responden dalam Tabel berikut. Tabel 2. Responden Penelitian No. Karakteristik Jumlah Prosentase Responden (orang) (%) 1. Jenis Kelamin : Laki-laki : 51 94 Perempuan 3 6 2. Jabatan : Direktur 7 13 Wakil direktur 9 17 Personalia 14 26 Keuangan 8 15 Manajer Proyek 12 22 Staf Teknik 4 7 3. Masa Kerja : 1-5 tahun 2 4 6-10 tahun 19 35 11-15 tahun 23 43 16-20 tahun 9 17 > 20 tahun 1 2 75
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji validitas menggunakan nilai korelasi product moment (r).hasil uji validitas instrumen terdapat pada Kontraktor yang belum dan sudah sertifikat ISO 9001:2008 dengan nilai koefisien korelasi product moment (r) > 0,3 dan nilai probabilitas hasil korelasi (p) < 0,05 (5%), sehingga data hasil penelitian dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk analisa selanjutnya. Uji reliabilitas instrumen menggunakan nilai nilai Alpha Cronbach (α). Data dinyatakan handal (reliable) apabila nilai α 0.6. Hasil uji reliabilitas instrumen pada didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) lebih dari 0,6 pada seluruh variabel, sehingga semua butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian dikatakan reliable (handal) karena telah memenuhi kriteria pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan. Analisa Frekuensi Jawaban Responden Kontraktor yang Belum Bersertifikat ISO 9001:2008 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap Kontraktor yang belum bersertikat ISO 9001:2008 dijelaskan pada Tabel-tabel berikut. Tabel 3. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 1 Berdasarkan hasil analisis frekuensi pada tabel 3 dengan nilai ratarata (mean) variabel operasional (X 1 ) sebesar 2.97 (mendekati 3), maka menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab sedang terhadap variabel operasional pada kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Tabel 4. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 2 76
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Hasil analisis frekuensi pada tabel 4 dengan nilai rata-rata variabel sumberdaya manusia (X 2 ) sebesar 3.15 menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab sedang terhadap variabel sumberdaya manusia pada kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Tabel 5. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 3 Hasil analisis frekuensi pada tabel 5 dengan nilai rata-rata variabel keuangan (X 3 ) sebesar 2.59 (mendekati 3), maka hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab sedang terhadap variabel keuangan pada kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Tabel 6. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 4 Hasil analisis frekuensi pada tabel 6 dengan nilai rata-rata variabel pelanggan (X 4 )sebesar 2.59 (mendekati 3), maka menunjukkan bahwa ratarata responden menjawab sedang terhadap variabel pelanggan pada kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Tabel 7. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Hambatan Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 77
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 Hasil analisis frekuensi jawaban responden pada tabel 7 yaitu hambatan dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu bagi Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008 diperoleh nilai rata-rata sebesar 2.92 (mendekati 3 = sedang). Hambatan dengan nilai rata-rata tertinggi adalah biaya yang tinggi untuk penerapan (A 3 ) yaitu sebesar 3.40, sedangkan hambatan dengan nilai rata-rata terendah adalah standar yang kurang jelas (A 6 ) yaitu sebesar 2.60. Keterangan item tabel 3 s/d 7 : X 1.1 : Efisisensi dan efektifitas kinerja X 1.2 : Kesesuaian hasil dengan rencana X 1.3 : Sistem penjadualan yang lebih jelas dan terencana X 1.4 : Jaminan mutu produk X 1.5 : Jaminan sosial tenaga kerja X 1.6 : Hubungan dengan Pemasok dalam menyediakan material X 1.7 : Penyelesaian pekerjaan tepat waktu X 2.1 : Perekrutan dan pelatihan X 2.2 : Disiplin, motivasi, dan produktivitas kerja personil X 2.3 : Pembagian tugas dan wewenang sesuai tanggung jawab personil X 2.4 : Kesadaran personil akan pentingnya mutu X 2.5 : Mutu Tenaga Ahli Perusahaan X 2.6 : Mutu dan dedikasi personil X 2.7 : Kreativitas dan inovasi personil X 3.1 : Laba X 3.2 : Arus Kas X 4.1 : Loyalitas pelanggan X 4.2 : Perolehan pangsa pasar X 4.3 : Produk dan jasa sesuai permintaan pelanggan X 4.4 : Kepuasan pelanggan terhadap jaminan mutu A 1 : Minimnya Informasi A 2 : Prosedur yang berbelit-belit A 3 : Biaya yang tinggi untukpenerapan A 4 : Tingginya biaya mempertahankan sistem sesuai persyaratan A 5 : Pola pikir dan tata kerja baru yang berubah total A 6 : Standar yang kurang jelas A 7 : Kesulitan dalam menafsirkan standar : Komitmen pimpinan yang belum sampai keseluruh personil A 8 A 9 : Komitmen pimpinan belum ditindaklanjuti dengan program kerja A 10 : Pengawasan program kerja yang tidak konsisten A 11 : Evaluasi terhadap pengawasan belum dilakukan secara menyeluruh. Kontraktor yang Sudah Bersertifikat SO 9001:2008 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap Kontraktor yang sudah bersertikat ISO 9001:2008 dijelaskan pada tabel 8 s/d tabel 12. 78
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Tabel 8. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Alasan Menerapkan ISO 9001:2008 Hasil analisis frekuensi jawaban responden pada tabel 8 tentang alasan Kontraktor menerapkan Sistem Manajemen Mutu bagi Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 diperoleh nilai rata-rata sebesar 4.32 (tinggi). Alasan dengan nilai rata-rata tertinggi adalah alat untuk mendapatkan Sistem Manajemen Mutu (B 4 ) sebesar 4.88, sedangkan alasan dengan nilai rata-rata terendah adalah dapat mengurangi biaya (B 5 ) sebesar 3.63. Tabel 9. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 1 Berdasarkan hasil analisis frekuensi pada tabel 9 dengan nilai ratarata (mean) variabel operasional (X 1 ) sebesar 3.94 (mendekati 4), maka hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab tinggi terhadap variabel operasional pada kinerja Kontraktor yang sudah ISO 9001:2008. Tabel 10. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 2 79
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 Hasil analisis frekuensi pada tabel 10 dengan nilai rata-rata variabel sumberdaya manusial (X 2 ) sebesar 4.02 menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab tinggi terhadap variabel sumberdaya manusia pada kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Tabel 11. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 3 Hasil analisis frekuensi pada tabel 11 dengan nilai rata-rata variabel keuangan (X 3 ) sebesar 3.63 mendekati 4, maka hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab tinggi terhadap variabel keuangan pada kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Tabel 12. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel X 4 Hasil analisis frekuensi pada tabel 12 dengan nilai rata-rata variabel pelanggan (X 4 ) sebesar 4.24 menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab tinggi terhadap variabel pelanggan pada kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Keterangan item tabel 8 s/d 12 : B 1 : Meningkatkan Kinerja B 2 : Memperbaiki pangsa pasar B 3 : Kesadaran akan pentingnya mutu pekerjaan B 4 : Alat mencapai Sistem Manajemen Mutu B 5 : Dapat mengurangi biaya B 6 : Tuntutan dalam persaingan bisnis B 7 : ISO 9001:2008 sebagai alat promosi yang baik. X 1.1 : Efisisensi dan efektifitas kinerja X 1.2 : Kesesuaian hasil dengan rencana X 1.3 : Sistem penjadualan yang lebih jelas dan terencana X 1.4 : Jaminan mutu produk X 1.5 : Jaminan sosial tenaga kerja 80
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb X 1.6 : Hubungan dengan Pemasok dalam menyediakan material X 1.7 : Penyelesaian pekerjaan tepat waktu X 2.1 : Perekrutan dan pelatihan X 2.2 : Disiplin, motivasi, dan produktivitas kerja personil X 2.3 : Pembagian tugas dan wewenang sesuai tanggung jawab personil X 2.4 : Kesadaran personil akan pentingnya mutu X 2.5 : Mutu Tenaga Ahli Perusahaan X 2.6 : Mutu dan dedikasi personil X 2.7 : Kreativitas dan inovasi personil X 3.1 : Laba X 3.2 : Arus Kas X 4.1 : Loyalitas pelanggan X 4.2 : Perolehan pangsa pasar X 4.3 : Produk dan jasa sesuai permintaan pelanggan X 4.4 : Kepuasan pelanggan terhadap jaminan mutu. Pengujian Hipotesis Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk mengukur perbedaan kinerja Kontraktor pada variabel X 1, X 2, X 3, dan X 4 antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Hasil pengujian hipotesis dengan uji T didapatkan hasil pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Beda Variabel X 1, X 2, X 3, &X 4 Keterangan : A : Kontraktor yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. B : Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan, sebagai berikut: 1. Variabel X 1 tentang pengukuran kinerja Kontraktor pada aspek operasional (di lapangan) antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008 terdapat perbedaan signifikan dan arahnya positif, artinya bahwa variabel operasional pada kinerja Kontraktor yang sudah menerima sertifikat lebih besar dibandingkan dengan yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan t hitung. Nilai t hitung > t tabel (12,089 81
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 > 2.007). Dari hasil pengujian ini berarti hipotesis null berhasil ditolak. 2. Variabel X 2 tentang pengukuran kinerja Kontraktor pada aspek sumberdaya manusia (SDM) antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008 terdapat perbedaan signifikan dan arahnya positif, artinya bahwa variabel sumberdaya manusia pada kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan t hitung. Nilai t hitung > t tabel (10,100>2.007). Dari hasil pengujian ini berarti hipotesis null berhasil ditolak. 3. Variabel X 3 tentang pengukuran kinerja Kontraktor pada aspek keuangan antara yang belum dan yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 terdapat perbedaan signifikan dan arahnya positif, artinya bahwa variabel keuangan pada kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan yang belum bersertifikat ISO 9001:2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan t hitung. Nilai t hitung > t tabel (10.623 > 2.007). Berdasarkan pada pengujian ini berarti hipotesis null berhasil ditolak. 4. Variabel X 4 tentang pengukuran kinerja Kontraktor pada aspek pelanggan antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008 terdapat perbedaan signifikan dan arahnya positif, artinya bahwa variabel pelanggan pada kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan yang belum sertifikat ISO 9001:2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan t hitung. Nilai t hitung > t tabel (11.464 > 2.007). Berdasarkan pada pengujian ini berarti hipotesis null berhasil ditolak. Analisis Regresi Logistik Analisis regresi logistik digunakan untuk mengukur tingkat signifikansi pengaruh antar variabel independent (X), yaitu operasional, sumberdaya manusia, keuangan, dan pelanggan terhadap variabel dependent (Y) yaitu pengaruh penerapan ISO 9001:2008 dibandingkan dengan hasil hipotesis. Hasil Analisis dengan regresi logistik dapat dijelaskan pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Regresi Logistik 82
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Hasil analaisis pada tabel 14 menyatakan bahwa model regresi yang dibentuk dalam analisis regresi pada variabel (X), yaitu operasional, sumberdaya manusia, keuangan dan pelanggan berpengaruh terhadap penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 (variabel Y), sehingga dapat dibentuk sebuah persamaan Logistik: Dari hasil analisis pada Tabel 14, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini didukung oleh bukti empiris yang ditemukan dalam penelitian ini. Hasil pengujian ini didukung dengan pengujian hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penerapan Sistem Manajemen Mutu dengan menerima sertifikat ISO 9001:2008 berdampak positif pada peningkatan aspek-aspek pada kinerja Kontraktor yaitu operasional (X 1 ), sumberdaya manusia (X 2 ), keuangan (X 3 ), dan pelanggan (X 4 ). Hasil analisis regresi logistik menyatakan, bahwa kesuksesan Kontraktor dalam dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dipengaruhi secara signifikan oleh aspek sumberdaya manusia (X 2 ), pelanggan (X 4 ), dan operasional (X 1 ). Variabel-variabel tersebut bernilai positif dengan tingkat signifikansi < 0.05 (5%); sedangkan untuk aspek keuangan (X 3 ) dengan tingkat signifikansi 0.134 > 0.05 (tidak signifikan). Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis regresi logistik dijelaskan pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Pengujian Hipotesis dan Analisis Regresi Logistik Keterangan : A : Kontraktor yang belum bersertifikat SMM ISO 9001:2008. B : Kontraktor yang sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008. 83
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 Dari hasil pengujian hipotesis pada tabel 15 dapat jelaskan perbedaan kinerja Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008 sebagaimana pada Gambar berikut. Variabel Operasional Gambar 2. Beda Rata-rata Tiap Variabel Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis pada variabel operasional (X 1 ), terdapat perbedaan kinerja Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat berada pada tingkat sedang, sedangkan nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 berada pada tingkat tinggi. Tabel 16. Nilai Beda Rata-rata Variabel Operasional Keterangan : A : Kontraktor yang belum bersertifikat SMM ISO 9001:2008. B : Kontraktor yang sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008. Hasil analisis pada Tabel 16 terdapat peningkatan nilai beda rata-rata kinerja Kontraktor pada variabel operasional, yaitu efisisensi dan efektifitas kinerja sebesar 0.87, kesesuaian hasil dengan rencana sebesar 0.89, sistem 84
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb penjadualan yang lebih jelas dan terencana sebesar 1.30, jaminan mutu produk sebesar 1.21, jaminan sosial tenaga kerja sebesar 0.91, hubungan dengan pemasok dalam menyediakan material sebesar 0.58, dan penyelesaian pekerjaan tepat waktu sebesar 0.97. Indikator pada variabel operasional yang mengalami peningkatan nilai beda rata-rata tertinggi adalah tingkat sistem penjadualan yang lebih jelas dan terencana (X 1.3 ) yaitu sebesar 1.30. Sedangkan nilai beda rata-rata dengan peningkatan terendah adalah tingkat hubungan dengan pemasok dalam menyediakan material (X 1.6 ) yaitu sebesar 0.58. Hasil regresi logistik pada variabel operasional dengan tingkat signifikansi sebesar 0.029 < 0.05, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pada kesuksesan Kontraktor dalam menerapkan ISO 9001:2008. Variabel Sumberdaya Manusia Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis pada variabel sumberdaya manusia (X 2 ) terdapat perbedaan kinerja Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat berada pada tingkat sedang, sedangkan nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 berada pada tingkat tinggi. Tabel 17. Nilai Beda Rata-rata Variabel Sumberdaya Manusia Keterangan : A : Kontraktor yang belum bersertifikat SMM ISO 9001:2008. B : Kontraktor yang sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008. Hasil analisis pada Tabel 17 terdapat peningkatan nilai beda rata-rata kinerja Kontraktor pada variabel sumberdaya manusia, yaitu perekrutan dan pelatihan personil sebesar 0.77; disiplin, motivasi, dan produktivitas kerja personil sebesar 0.99; pembagian tugas dan wewenang sesuai tanggung jawab personil sebesar 0.77; kesadaran personil akan pentingnya mutu sebesar 0.68; mutu Tenaga Ahli perusahaan sebesar 0.86; mutu dan dedikasi personil sebesar 1.15; serta kreativitas dan inovasi personil sebesar 0.89. 85
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 Indikator yang mengalami peningkatan nilai beda rata-rata tertinggi adalah tingkat mutu dan dedikasi personil (X 2.6 ) sebesar 1.15, sedangkan nilai beda rata-rata dengan peningkatan terendah adalah tingkat kesadaran personil akan pentingnya mutu (X 2.4 ) yaitu sebesar 0.68. Hasil regresi logistik pada variabel sumberdaya manusiadengan tingkat signifikansi sebesar 0.002 < 0.05, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pada kesuksesan Kontraktor dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Variabel Keuangan Pada variabel keuangan (X 3 ) terdapat perbedaan kinerja Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat berada pada tingkat sedang, sedangkan nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 berada pada tingkat tinggi. Tabel 18. Nilai Beda Rata-rata Variabel Keuangan Keterangan : A : Kontraktor yang belum bersertifikat SMM ISO 9001:2008. B : Kontraktor yang sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008. Hasil Analisis pada tabel 18 terdapat peningkatan nilai rata-rata kinerja Kontraktor pada variabel keuangan, yaitu laba sebesar 1.01 dan arus kas sebesar 1.08. Indikator arus Kas (X 3.2 ) mengalami peningkatan nilai rata-rata lebih tinggi dibanding tingkat laba (X 3.1 ). Hasil regresi logistik pada variabel keuangandengan tingkat signifikansi sebesar 0.134 > 0.05 yang berarti kesuksesan penerapan Sistem Manajemen Mutu pada aspek keuangan tidak signifikan. Variabel Pelanggan Pada variabel pelanggan (X 4 ) terdapat perbedaan kinerja Kontraktor antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Hal ini menunjukkan bahwa Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 memberikan pengaruh positif pada kinerja Kontraktor pada variabel pelanggan. Nila ratarata kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat berada pada tingkat sedang, sedangkan nilai rata-rata kinerja Kontraktor yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 berada pada tingkat tinggi. 86
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb Tabel 19. Nilai Beda Rata-rata Variabel Pelanggan Keterangan : A : Kontraktor yang belum bersertifikat SMM ISO 9001:2008. B : Kontraktor yang sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008. Hasil analisis pada tabel 19 terdapat peningkatan nilai rata-rata kinerja Kontraktor pada variabel pelanggan terhadap penerapan ISO 9001:2008, yaitu loyalitas pelanggan sebesar 1.00, perolehan pangsa pasar sebesar 0.75, produk dan jasa sesuai permintaan pelanggan sebesar 1.42, serta kepuasan terhadap jaminan mutu kepada pelanggan sebesar 1.42. Indikator dengan peningkatan nilai rata-rata tertinggi pada produk dan jasa sesuai permintaan pelanggan (X 4.3 ) dan kepuasan pelanggan terhadap jaminan mutu (X 4.4 ) sebesar 1.42, sedangkan peningkatan nilai rata-rata terendah pada perolehan pangsa pasar (X 4.2 ) yaitu sebesar 0.75. Hasil regresi logistik pada variabel pelanggandengan tingkat signifikansi sebesar 0.010 < 0.05, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pada kesuksesan Kontraktor dalam menerapkan ISO 9001:2008. KESIMPULAN Dari hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan kinerja Kontraktor di Kota Mataram pada aspek operasional (di lapangan) antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata hasil penilaian kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat sebesar 2.97 (sedang) sedangkan Kontraktor yang sudah bersertifikat terjadi peningkatan menjadi 3.95 (tinggi). Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai t hitung > t tabel yaitu 12.089 > 2.007 dengan tingkat signifikansi 0.00 < 0.05. Hasil analisis regresi logistik diperoleh tingkat signifikansi 0.029 < 0.05 (signifikan). 2. Terdapat perbedaan kinerja Kontraktor di Kota Mataram pada aspek sumberdaya manusia antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata hasil penilaian kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat sebesar 3.14 (sedang), sedangkan Kontraktor yang sudah bersertifikat terjadi peningkatan menjadi 4.02 (tinggi). Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai t hitung 87
Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 68-89 > t tabel yaitu 10.089 > 2.007 dengan tingkat signifikansi 0.00 < 0.05. Hasil analisis regresi logistik sebesar 0.002 < 0.05 (signifikan). 3. Terdapat perbedaan kinerja Kontraktor di Kota Mataram pada aspek keuangan antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata hasil penilaian kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat sebesar 2.59 (sedang) dan Kontraktor yang sudah bersertifikat terjadi peningkatan menjadi 3.63 (tinggi).hasil pengujian hipotesis terdapat nilai t hitung > t tabel yaitu 10.623 > 2.007 dengan tingkat signifikansi 0.00 < 0.05. Hasil analisis regresi logistik sebesar 0.134 > 0.05 (tidak signifikan). 4. Terdapat perbedaan kinerja Kontraktor di Kota Mataram pada aspek pelanggan antara yang belum dan sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Nilai rata-rata hasil penilaian kinerja Kontraktor yang belum bersertifikat sebesar 3.11 (sedang) dan Kontraktor yang sudah bersertifikat terjadi peningkatan menjadi 4.25 (tinggi).hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai t hitung > t tabel yaitu 11.464 > 2.042 dengan tingkat signifikansi 0.00 < 0.05. Hasil analisis regresi logistik sebesar 0.010 < 0.05 (signifikan). DAFTAR PUSTAKA Ahmed, S., Azhar, S., & Castillo, M. 2001. Measurement ofconstruction Processes for Continous Improvement. Revised Final Report. Department of Construction Management. USA: Florida International University. Asa, M.F., Abidin, I.S., & Latif, Y. 2009. Variabel-variabel Utama dalam Sistem Manajemen Mutu untuk Peningkatan Profitabilitas Jasa Konstruksi Indonesia yang Berpotensi Meningkatkan Gross Domestic Product Sektor Konstruksi. Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Vol.9, No.2. Bubshait, A. & Al-Atiq,T. 1999. ISO 9000 Quality Standards in Construction. Peer- Reviewed Paper Journal of Management in Engineering. Vol. November/December. p.41-46. Djatmiko, B. & Jumaedi, H. 2011. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, STEMBI- Bandung: Bandung Business School. GAPENSI Kota Mataram. 2012. Daftar Kontraktor Anggota GAPENSI Kota Mataram. Mataram. Gasperz, V. 2001. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hendrawaty, E. 2006. Pengembangan Konsep Manajemen Mutu Terpadu Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Cabang Bandar Lampung. Jurnal Bisnis & Manajemen, ISSN 1411-9366, Vo.2, No.3, h.159-172. Keng, T.C., Rahman, A. & Hamzah. 2011. Study of Quality Management in Construction Projects. Chinese Business Review, ISSN 1537-1506, Vol. 10, No. 7, p.542-552. 88
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Hamdi Sri Murni Dewi Achfas Zacoeb LPJK No. 11. 2006. Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Jakarta. Mulyono, S.S. 2005. Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 bagi Pelaksana Jasa Konstruksi dan jaa Konsultasi Konstruksi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Pamulu, M.S. & Husni, M.S. 2005. Studi Analisa ISO 9000:2000 pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Makasar. Jurnal Teknik Sipil Vol.12 No.3 h.201-210. SNI ISO 9001:2008. Sistem Manajemen Mutu: Persyaratan (Quality Management System: Requirements). Jakarta: Badan Standar Nasional. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta. Umar, H. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 89