BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya prestasi akademis mahasiswa seringkali dikatakan bahwa. dalam mengajar, lingkungan keluarga dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami

TINJAUAN MATA KULIAH...

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Lintas Budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

Nama : Elsie Sasda NPM : Dosen Pembimbing : Ade Wijaya S.Psi,. M.Si

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Rizki Lestari F

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan individu dimana mereka dituntut untuk belajar setiap

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA Mata Kuliah Keilmuan & Keterampilan (MKK)

BAB I PENDAHULUAN. individu yang melibatkan proses belajar (Suryabrata, 1998).

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Posisi strategis ini dapat tercapai apabila pendidikan. yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Simpulan Secara umum kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013 dan mahasiswa 2015 Psikologi di Fakultas Universitas Bina Nusantara. 5.2. Diskusi Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang siginifikan antara skor selfregulated learning mahasiswa psikologi Binus angkatan 2013 dan 2015 atau memiliki persamaan dalam self regulated learning Binus angkatan 2013 dan 2015. Hal tersebut terjadi karena penerapan dalam self regulated learning dipengaruhi oleh pengalaman pribadi masing-masing mahasiswa. Jika dilihat dari beberapa persamaan dalam penerapan self regulated learning baik untuk mahasiswa angkatan 2013 dan mahasiswa angkatan 2015, mereka tidak melakukan perencanaan belajar dalam persiapan belajar yang akan dilakukan. Mereka juga belum memiliki tujuan belajar yang jelas seperti pengaturan waktu belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka, serta melakukan evaluasi belajar untuk mengetahui batas kemampuan dan materi mana yang belum ia kuasai. Hal tersebut juga selaras dengan pandapat Zimmerman (1989) yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memberi dukungan self regulated learning yaitu, faktor keyakinan mengenai kemapuan diri sendiri (self-eficacy), keyakinan tehadap manfaat suatu tugas yang dihadapi dalam belajar (Intrinsic values), AnxietyTest, strategi kognitif dan strategi metakognitif. Hal-hal tersebut dikembangkan oleh Zimmerman guna

memberikan perubahan dalam tingkah laku (belajar) dan hal tersebut dapat memberikan perubahan dalam self regulated learning. Kondisi belajar juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi self regulated learning (Zimmerman,1989). Dimana proses belajar individu sangat tergantung pada situasi belajar, terutama jenis tugas dan situasi belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti tingkat kesulitan tugas, ketenangan dalam belajar akan memberikan perubahan dalam self regulated learning individu. Miller dan Brickman (2004) mendefinisikan self regulated learning sebagai kapasitas untuk merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku seseorang dengan fleksibel untuk mengubah keadaan. Individu yang menerapkan self regulated learning adalah seseorang yang sadar terhadap pengetahuan yang mereka miliki dan memahami apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka tidak ketahui. Akan tetapi perbedaan tingkat tidak berdampak pada self-regulated learning mahasiswa. Hal ini karena mahasiswa tingkat awal menurut Winkel (1997) merupakan mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semester 4 dengan rentang usia 18-21 dimana karakteristik pada rentang usia ini mahasiswa memiliki pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya sedangkan mahasiswa tingkat akhir menurut Winkel (1997) merupakan mahasiswa dari semester 5 sampai dengan semester 8 dengan rentang usia 21-25 dimana karakteristik pada rentang usia ini mahasiswa memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama bersifat psikologis seperti mahasiswa ingin mendapat penghargaan dari teman, dosen, dan sesama anggota keluarganya, hal ini menggambarkan bahwa lebih banyak mahasiswa psikologi Binus, baik angkatan 2013 dan 2015 yang belum dapat mengatur cara belajar, belum memiliki

keyakinan dalam dirinya untuk melakukan tugas-tugas, belum memiliki tujuan belajar dan pentingnya tugas-tugas, serta memiliki perasaan cemas akan tugas-tugas. Padahal mahasiswa angkatan 2015 dan mahasiswa angkatan 2013 diharapkan sudah memiliki self regulated learning dalam perkuliahan. Sehingga perbedaan tingkat (mahasiswa awal dan akhir) tidak berdampak pada self regulated learning nya bukan karena belum dapat mengatur cara belajar, belum memiliki keyakinan dalam dirinya untuk melakukan tugas-tugas, belum memiliki tujuan belajar dan pentingnya tugas-tugas, serta memiliki perasaan cemas akan tugas-tugas melainkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal meliputi faktor psikologis seperti inteligensi, sikap, minat, bakat, dan faktor fisiologis (keadaan mahasiswa) dan faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, pola asuh orang tua, gaya pendekatan yang digunakan mahasiswa dalam belajar, tugas-tugas, relasi antara mahsiwa dengan dosen dan fasilitas belajar. Adapun kendala dalam penelitian ini adalah dapat menerapkan teori self regulated learning yang telah dikembangkan oleh Zimmerman (1988). Kendala dari penelitian ini adalah cuaca. Dimana saat penyebaran kuesioner, terjadi bencana banjir di Jakarta sehingga peneliti melakukan penyebaran data kuesioner melalui via email, sehingga terjadi ketidakoptimalan dalam penyebaran data, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini juga berbatas pada komparatif dimana tidak bisa mengontrol variabel lain sehingga tidak berpengaruh pada self regulated learning. 5.3.Saran 5.3.1. Saran Teoritis

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variasi materi yang lebih kompleks lagi tentang self regulated learning, misalnya.. 2. Bagi peneliti selanjutnya melakukan kontrol terhadap mata kuliah yang diambil mahasiswa 3. Bagi peneliti selajutnya lebih memperhatikan jangka waktu penelitian sehingga akan lebih optimal dalam meningkatkan Self regulated learning masing-masing mahasiswa. 4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan sampel penelitian yang lebih luas dan beragam. Selain itu, tema penelitian ini dapat diperdalam dengan mengkaitkan dengan variabel-variabel lain. 5.3.1. Saran Praktis Terkait dengan temuan bahwa tidak ada perbedaan signifikan Self Regulated Learning (SLR) pada mahasiswa 2013 dan 2015, serta data lain bahwa lebih banyak mahasiswa dengan tingkat SLR rendah, maka ada baiknya diadakan intervensi pada mahasiswa, baik untuk mahasiswa angkatan 2013 dan mahasiwa angkatan 2015 dengan membentuk bagaimana seseorang mahasiswa mengatur dan mengubah dirinya untuk menjadikan kelemahan sebagai kekuatan dalam belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Dengan mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengarahkan sehingga individu dalam belajar mampu meyakini dirinya dan mampu mengatur dirinya.

2. Mengevaluasi mahasiswa melalui seperangkat keyakinan motivational dan emosi yang adaptif, seperti tingginya keyakinan diri secara akademik, memiliki tujuan belajar, mengembangkan emosi positif terhadap tugas (senang, puas, dan antusias), memiliki kemampuan untuk mengontrol dan memodifikasinya, serta menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas dan situasi belajar.