BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Simpulan Secara umum kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013 dan mahasiswa 2015 Psikologi di Fakultas Universitas Bina Nusantara. 5.2. Diskusi Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang siginifikan antara skor selfregulated learning mahasiswa psikologi Binus angkatan 2013 dan 2015 atau memiliki persamaan dalam self regulated learning Binus angkatan 2013 dan 2015. Hal tersebut terjadi karena penerapan dalam self regulated learning dipengaruhi oleh pengalaman pribadi masing-masing mahasiswa. Jika dilihat dari beberapa persamaan dalam penerapan self regulated learning baik untuk mahasiswa angkatan 2013 dan mahasiswa angkatan 2015, mereka tidak melakukan perencanaan belajar dalam persiapan belajar yang akan dilakukan. Mereka juga belum memiliki tujuan belajar yang jelas seperti pengaturan waktu belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka, serta melakukan evaluasi belajar untuk mengetahui batas kemampuan dan materi mana yang belum ia kuasai. Hal tersebut juga selaras dengan pandapat Zimmerman (1989) yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memberi dukungan self regulated learning yaitu, faktor keyakinan mengenai kemapuan diri sendiri (self-eficacy), keyakinan tehadap manfaat suatu tugas yang dihadapi dalam belajar (Intrinsic values), AnxietyTest, strategi kognitif dan strategi metakognitif. Hal-hal tersebut dikembangkan oleh Zimmerman guna
memberikan perubahan dalam tingkah laku (belajar) dan hal tersebut dapat memberikan perubahan dalam self regulated learning. Kondisi belajar juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi self regulated learning (Zimmerman,1989). Dimana proses belajar individu sangat tergantung pada situasi belajar, terutama jenis tugas dan situasi belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti tingkat kesulitan tugas, ketenangan dalam belajar akan memberikan perubahan dalam self regulated learning individu. Miller dan Brickman (2004) mendefinisikan self regulated learning sebagai kapasitas untuk merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku seseorang dengan fleksibel untuk mengubah keadaan. Individu yang menerapkan self regulated learning adalah seseorang yang sadar terhadap pengetahuan yang mereka miliki dan memahami apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka tidak ketahui. Akan tetapi perbedaan tingkat tidak berdampak pada self-regulated learning mahasiswa. Hal ini karena mahasiswa tingkat awal menurut Winkel (1997) merupakan mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semester 4 dengan rentang usia 18-21 dimana karakteristik pada rentang usia ini mahasiswa memiliki pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya sedangkan mahasiswa tingkat akhir menurut Winkel (1997) merupakan mahasiswa dari semester 5 sampai dengan semester 8 dengan rentang usia 21-25 dimana karakteristik pada rentang usia ini mahasiswa memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama bersifat psikologis seperti mahasiswa ingin mendapat penghargaan dari teman, dosen, dan sesama anggota keluarganya, hal ini menggambarkan bahwa lebih banyak mahasiswa psikologi Binus, baik angkatan 2013 dan 2015 yang belum dapat mengatur cara belajar, belum memiliki
keyakinan dalam dirinya untuk melakukan tugas-tugas, belum memiliki tujuan belajar dan pentingnya tugas-tugas, serta memiliki perasaan cemas akan tugas-tugas. Padahal mahasiswa angkatan 2015 dan mahasiswa angkatan 2013 diharapkan sudah memiliki self regulated learning dalam perkuliahan. Sehingga perbedaan tingkat (mahasiswa awal dan akhir) tidak berdampak pada self regulated learning nya bukan karena belum dapat mengatur cara belajar, belum memiliki keyakinan dalam dirinya untuk melakukan tugas-tugas, belum memiliki tujuan belajar dan pentingnya tugas-tugas, serta memiliki perasaan cemas akan tugas-tugas melainkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal meliputi faktor psikologis seperti inteligensi, sikap, minat, bakat, dan faktor fisiologis (keadaan mahasiswa) dan faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, pola asuh orang tua, gaya pendekatan yang digunakan mahasiswa dalam belajar, tugas-tugas, relasi antara mahsiwa dengan dosen dan fasilitas belajar. Adapun kendala dalam penelitian ini adalah dapat menerapkan teori self regulated learning yang telah dikembangkan oleh Zimmerman (1988). Kendala dari penelitian ini adalah cuaca. Dimana saat penyebaran kuesioner, terjadi bencana banjir di Jakarta sehingga peneliti melakukan penyebaran data kuesioner melalui via email, sehingga terjadi ketidakoptimalan dalam penyebaran data, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini juga berbatas pada komparatif dimana tidak bisa mengontrol variabel lain sehingga tidak berpengaruh pada self regulated learning. 5.3.Saran 5.3.1. Saran Teoritis
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variasi materi yang lebih kompleks lagi tentang self regulated learning, misalnya.. 2. Bagi peneliti selanjutnya melakukan kontrol terhadap mata kuliah yang diambil mahasiswa 3. Bagi peneliti selajutnya lebih memperhatikan jangka waktu penelitian sehingga akan lebih optimal dalam meningkatkan Self regulated learning masing-masing mahasiswa. 4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan sampel penelitian yang lebih luas dan beragam. Selain itu, tema penelitian ini dapat diperdalam dengan mengkaitkan dengan variabel-variabel lain. 5.3.1. Saran Praktis Terkait dengan temuan bahwa tidak ada perbedaan signifikan Self Regulated Learning (SLR) pada mahasiswa 2013 dan 2015, serta data lain bahwa lebih banyak mahasiswa dengan tingkat SLR rendah, maka ada baiknya diadakan intervensi pada mahasiswa, baik untuk mahasiswa angkatan 2013 dan mahasiwa angkatan 2015 dengan membentuk bagaimana seseorang mahasiswa mengatur dan mengubah dirinya untuk menjadikan kelemahan sebagai kekuatan dalam belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Dengan mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengarahkan sehingga individu dalam belajar mampu meyakini dirinya dan mampu mengatur dirinya.
2. Mengevaluasi mahasiswa melalui seperangkat keyakinan motivational dan emosi yang adaptif, seperti tingginya keyakinan diri secara akademik, memiliki tujuan belajar, mengembangkan emosi positif terhadap tugas (senang, puas, dan antusias), memiliki kemampuan untuk mengontrol dan memodifikasinya, serta menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas dan situasi belajar.