BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (UU No. 10/KOPERASI/1998) Sedangkan Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Perbedaannya dengan Lembaga Keuangan Bank yaitu pada penghimpunan dananya. Lembaga Keuangan Bukan Bank menghimpun dana secara tidak langsung, terutama melalui kertas berharga jangka menengah dan panjang serta dalam bentuk pinjaman atau kredit, dan penyertaan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor Keputusan 38/MK/IV/I/1972 Tentang Perbankan. Produk dari lembaga keuangan berupa sekuritas primer dan sekuritas sekunder. Sekuritas primer meliputi saham, obligasi, dan lain sebagainya. Sedangkan sekuritas sekunder meliputi tabungan, giro, program pensiun, giro, dan lain sebagainya. Sekuritas primer dan sekunder tersebut diterbitkan oleh Lembaga Keuangan. 8
Peranan Lembaga Keuanagan mencakup empat hal, yaitu: 1. Fungsi pengalihan asset. 2. Fungsi transaksi, dimana Lembaga Keuangan memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. 3. Fungsi Likuiditas, dimana unit surplus dana mempunyai beberapa pilihan untuk menempatkan dananya dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan lain sebagainya. Dimana masing-masing produk mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. 4. Fungsi Efiensi, dimana Lembaga Keuangan memperlancar dan mempertemukan pemilik dan pengguna modal. B. Koperasi 1. PengertianKoperasi Dalam garis besarnya, koperasi pada umumnya dipahami sebagai perkumpulan orang-orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan suatu perusahaan yang dikelola secara demokratis. Dua definisi Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh: a. Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan sesuai 9
dengan pernyataan Bung Hatta (1945) dalam buku Koperasi Indonesia (Baswir dan Reurisond: 1997). b. Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokrasi, masingmasing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung Risiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan(edilius dan Sudarsono, 1993). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa di dalam koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan kedua adalah unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan maka Koperasi berusaha memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya dengan cara sebaik-baiknya. Sedangkan sebagai perkumpulan orang, Koperasi berusaha memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya itu, tanpa menjadikan keuntungan sebagai titik tolak usahanya. Keuntungan memang bukan tujuan utama Koperasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta (1945) dalam buku Koperasi Indonesia (Baswir dan Reurisond: 1997),yang lebih diutamakan oleh Koperasi adalah peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. 10
Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuannya itu, maka pembentukan dan pengelolaan Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya, Koperasi dibentuk atas dasar adanya kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian, pada saat pengelolaannya, tiap-tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha serta dalam mengawasi jalannya kegiatan Koperasi. 1. Tujuan Koperasi Tujuan utama pendirian Koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Namun, demikian karena dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya itu, Koperasi berpegang pada asas dan prinsip-prinsip ideal tertentu, maka kegiatan Koperasi biasanya juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Lebih dari itu, karena perjuangan Koperasi biasanya terjalin dalam suatu gerakan tertentu yang bersifat nasional, maka tidak jarang keberadaan Koperasi juga dimaksudkan untuk pembangunan suatu tatanan perekonomian tertentu. Dalam konteks Indonesia, pernyataan mengenai tujuan Koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 3 UU commit No. 25/KOPERASI/1992). to user 11
Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan Koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut: a. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. b. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. c. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional. 2. Fungsi Koperasi Fungsi koperasi untuk Indonesia tercantum dalam pasal 4 UU No. 25/KOPERASI/1992, yaitu: a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 12
3. Prinsip Koperasi Penyusunan prinsip-prinsip Koperasi Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan prinsip Koperasi internasional. Dalam mempelajari prinsip-prinsip Koperasi Internasional itu, disadari sepenuhnya bahwa penyusunan prinsip-prinsip Koperasi Indonesia harus sesuai dengan kondisi dan tingkat perkembangan Koperasi di negeri ini. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5 ayat (1)UU No. 25/KOPERASI/1992, Koperasi Indonesia melaksanakan prinsipprinsip Koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil dan banding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota d. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal e. Kemandirian f. Pendidikan perkoperasian g. Kerjasama antar koperasi 4. Sumber Dana Koperasi Berdasarkan UU No. 25/KOPERASI/1992 tentang perkoperasian, sumber dana atau modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. 13
a. Modal sendiri dapat berasal dari: 1) Simpanan pokok 2) Simpanan wajib 3) Dana cadangan 4) Hibah b. Modal pinjaman dapat berasal dari: 1) Anggota 2) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya 3) Bank dan lembaga keuangan lainnya 4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya 5) Sumber lain yang sah 5. Alat Perlengkapan Koperasi a. Rapat Anggota Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha koperasi, dalam rangka mengambil suatu keputusan dengan suara terbanyak dari para anggota yang hadir. b. Pengurus Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan usaha. 14
c. Pengawas Pengawas adalah perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi. 6. Bentuk dan Jenis Koperasi a. Bentuk Koperasi 1) Koperasi Primer Koperasi primer adalah koperasi yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang perseorangan. 2) Koperasi Sekunder Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan benganggotakan Badan Hukum Koperasi, baik Badan Hukum Koperasi Primer dan atau Badan Hukum Koperasi Sekunder. b. Jenis-jenis Koperasi Penjenisan koperasi diatur dalam pasal 16 UU No. 25/KOPERASI/1992tentang Perkoperasian yang mana menyebutkan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Beberapa jenis koperasi berdasarkan jenis usahanya : 1) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)Koperasi Simpan Pinjam adalahkoperasi yang beranggotakan masyarakat baik selaku 15
konsumenmaupun produsen barang. Usaha koperasi jenis ini adalahmenyelenggarakan fungsi menghimpun dana dan menyediakanpinjaman atau modal untuk kepentingan anggota, baik selaku konsumen maupun produsen. 2) Koperasi Serba Usaha (KSU) Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel. 3) Koperasi Konsumsi Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yan dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga. 4) Koperasi Produksi Koperasi Produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara bersamasama. Anggota koperasi ini umumnya sudah mempunyai usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran. Jenis Koperasi berdasarkan fungsinya : 1) Koperasi Konsumsi Koperasi Konsumsi didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum sehari-hari para anggotanya. Barang kebutuhan yang dijual harus 16
lebih murah dibanding dengan tempat lainnya, karena koperasi bertujuan mensejahterakan anggotanya. 2) Koperasi Jasa Koperasi jasa berfungsi untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk pinjaman kepada para anggotanya. 3) Koperasi Produksi Koperasi produksi membantu menyediakan bahan baku, menyediakan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkan hasil produksi tersebut. Sebaiknya, anggota terdiri atas unit produksi yang sejenis, semakin banyak jumlah penyediaan barang maupun penjualan barang maka semakin kuat daya tawar terhadap suplier dan pembeli. C. Kredit 1. Pengertian Kredit Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapatdipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatanpinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibakanpihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktudengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.uu No. 10/PERBANKAN/1998.Kredit menurut Anwardalam buku Koperasi Indonesia oleh Baswir (1997)adalah suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi 17
pada jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang yang disertai dengan balas jasa yang berupa uang. Kredit menurut Hasibuan (2007) dalam buku Dasar-Dasar Perbankan adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.kredit menurut Rivai dan Veithzal (2007) dalam buku Dasar-Dasar Perbankankredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau debitur) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. 2. Manfaat Perkreditan Manfaat perkreditan menurut Teguh (1990)dalam buku Koperasi Indonesia oleh Baswir (1997)diantaranya adalah: a. Ditinjau dari sudut kepentingan debitur: 1) Biaya untuk memperoleh kredit (bunga dan beban administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa masa yang akan datang. 2) Dengan fasilitas kredit memungkinkan para debitur untuk memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa. 18
3) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi debitur, dapat disesuaikan dengan rencana pelunasan yang sesuai dengan kemampuan debitur, dan dapat diperpanjang berulang ulang. 4) Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya betul-betul feasible. b. Ditinjau dari sudut kepentingan perbankan: 1) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. 2) Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share). 3) Memperoleh pendapatan bunga kredit. c. Ditinjau dari sudut kepentingan pemerintah: 1) Sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha. 2) Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat. 3) Sebagai sumber pendapatan pemerintah. 4) Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi baiksecara umum maupun untuk pertumbuhan sektor sektorekonomi tertentu. 19
3. Jenis Jenis Kredit Jenis jenis kredit atas dasar tujuan penggunaan : a. Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah.kredit modal kerja dibagi menjadi 2, yaitu: 1) KMK Revolving yaitu kredit yang dapat diperbaharui kembaliatau dapat diperpanjang setelah jangka waktu kredit berakhir (jatuh tempo). 2) KMK Einmaleg yaitu kredit yang hanya diberikan satu kali dan tidak dapat diperpanjang lagi. b. Kredit Investasi (KI) Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. c. Kredit Konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi dan bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah. 4. Prinsip Prinsip Pemberian Kredit Kredit yang diberikan kepada debitur oleh bank selaku kreditur mengandung risiko, sehingga dalam pemberian kredit harus memperhatikan asas asas perkreditan yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Oleh sebab itu,andira M (2011)menjelaaskan 20
bahwa bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap berbagai aspek, yaitu: a. Prinsip 5 C 1) Character (penilaian watak ) adalah penilaian atas kepribadian calon debitur dengan tujuan untuk mengetahui kejujuran dan itikad calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya. Penilaian ini dapat bersumber dari informasi dari internal bank, pihak lain, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kesehariannya. 2) Capacity (penilaian kemampuan), penilaian atas keahlian calon debitur mengelola usaha dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang yang tepat dan mampu mengembalikan pinjaman. Penilaian ini mencakup pula skala bisnis calon debitur untuk penetapan besaran kredit yang akan diberikan. 3) Capital ( penilaian terhadap modal), penilaian terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan usaha yang akan dibiayai. Dalam prakteknya bank tidak membiayai seluruh usaha namun hanya menyediakan tambahan modal usaha untuk meningkatkan usaha. 21
4) Collateral (penilaian angunan), sebagai antisipasi terhadap timbulnya kredit bermasalah, umumnya calon debitur menyediakan jaminan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan. 5) Condition of Economy (kondisi ekonomi), penilaian mencakup kondisi perekonomian masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan usaha yang dibiayai dapat diketahui. b. Prinsip 7 P 1) Party (para pihak), para pihak merupakan titik sentral yang harus diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu kreditur harus memperoleh keyakinan terhadap debitur (bagaimana karakter, kemampuan, dan lain sebagainya). 2) Purpose (tujuan), tujuan pemberian kredit apakah sesuai tujuan peruntukan kredit dan menunjang kegiatan usaha. 3) Payment (pembayaran), penilaian apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitur tersedia dan aman serta apakah setelah pemberian kredit debitur punya sumber pendapatan yang cukup untuk pembayaran kredit. 4) Profitabillity (perolehan laba), apakah laba yang diperoleh oleh debitur lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan debitur dapat menutup pembayaran kredit, cashflow perusahaan, dan lain-lain. 22
5) Protection (perlindungan), untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal yang diluar perkiraan. Diperlukan perlindungan terhadap kredit dari kelompok perusahaan, jaminan atau holding company. 6) Personality, yaitu mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha / pekerjaan, dan sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), pergaulan dalam masyarakat, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian calon debitur. 7) Prospect, merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha calon debitur. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan usaha calon debitur selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keadaan ekonomi/perdagangan calon debitur, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari earning power (kekuatan pendapatan atau keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang. c. Prinsip 3 R 1) Retuns(hasil yang diperoleh), yaitu pendapatan atau hasil yang diperoleh debitur setelah diberi kredit atau dibiayai oleh bank cukup untuk mengcover kredit beserta bunga dan biaya biaya lainnya. 23
2) Repayment(pembayaran kembali), kewajiban pembayaran debitur kepada bank yang timbul akibat pemberian kredit harus disesuaikan dengan kemampuan bayar debitur. 3) Risk bearing ability (kemampuan menyerap risiko), bank harus mempertimbangkan kemampuan debitur menyerap risiko jika terdapat hal hal yang diluar prediksi. Untuk itu diperlukan jaminan dan atau asuransi barang atau kredit. 24