2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tenggiri (Scomberomorus commerson).

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Jaring Angkat

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

Katalog BPS:

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

rovinsi alam ngka 2011

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

III. METODE PENELITIAN

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Sardinella sp. merupakan kelompok ikan-ikan pelagis kecil, dari famili

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Bleeker (1985).

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan layur (Trichiurus lepturus) (Sumber :

Transkripsi:

4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Menurut Martasuganda (2002) jaring insang (gillnet) adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar. Jumlah mata jaring ke arah panjang (mesh length/ ML) jauh lebih banyak daripada jumlah mata jaring kearah vertikal (mesh depth/ MD). Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan di bagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak. Klasifikasi jaring insang berdasarkan jumlah lembar jaring utama dibedakan menjadi tiga, yaitu jaring insang satu lembar (single gillnet), jaring insang dua lembar (double gillnet atau semi trammel net), dan jaring insang tiga lembar (trammel net) (Martasuganda, 2002). Berdasarkan kedudukan jaring di dalam perairan dan metode pengoperasiannya jaring insang dibedakan menjadi empat, yaitu jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang dasar (bottom gillnet), jaring insang hanyut (drift gillnet), dan jaring lingkar (encircling gillnet/ surrounding gillnet) (Ayodhyoa, 1981). Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989) berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi lima, yaitu jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang labuh (set gillnet), jaring insang karang (coral reef gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), dan jaring insang tiga lapis (trammel net). 2.1.1 Alat tangkap jaring insang hanyut Menurut Martasuganda (2002) jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di bagian permukaan, kolom perairan atau di dasar perairan. Jaring insang hanyut biasanya terbuat dari bahan nylon multifilament berwarna biru gelap. Hal ini bertujuan agar bahan jaring yang tidak kaku (lembut) dan warna jaring yang kontras dengan warna perairan lebih mudah untuk ikan terjerat atau terpuntal pada badan jaring.

5 Sumber: PERMEN No. 08/MEN/2008 Gambar 1 Konstruksi jaring insang hanyut (drift gillnet) Menurut Martasuganda (2002) bagian-bagian dari jaring insang terdiri atas: 1) Pelampung (float), 2) Tali pelampung (float line), 3) Tali ris atas dan bawah, 4) Tali penggantung badan jaring bagian atas dan bawah (upper bolch line and under bolch line), 5) Srampad atas dan bawah (upper selvedge and under selvedge), 6) Badan jaring atau jaring utama (main net), 7) Tali pemberat (sinker line), 8) Pemberat (sinker). Menurut (Ayodhyoa, 1985) ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gillnet, yaitu : 1) Kekakuan Jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur atau dibengkokkan sebab bahan jaring akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. 2) Ketegangan rentangan tubuh jaring Ketegangan rentangan mengakibatkan terjadinya tekanan pada tubuh jaring yang dapat mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap. Semakin

6 tegang jaring direntang, maka ikan akan sukar terjerat sehingga ikan mudah lepas. 3) Shortening atau shrinkage Adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada pelampung ataupun pemberat. Hal ini dimaksudkan untuk penyesuaian ukuran ikan yang akan ditangkap agar mudah terjerat atau terbelit. 4) Tinggi jaring Tinggi jaring merupakan jarak antara pelampung dan pemberat pada saat jaring dipasang di perairan, 5) Mesh size dan besar ikan Mesh size merupakan ukuran suatu mata jaring antar simpulnya yang direntangkan, ukuran tersebut disesuaikan dengan besarnya badan ikan tujuan tangkapan. 6) Warna jaring Warna jaring (badan jaring) di dalam air akan dipengaruhi oleh faktorfaktor kedalaman perairan, transparansi, sinar matahari, cahaya bulan dan lainnya. Sebaiknya warna jaring disesuaikan dengan warna perairan, tidak terlihat kontras dengan warna daerah penangkapan. Menurut (Fridman, 1986 vide Maryam, 2008) bahan jaring, mesh size, ukuran benang, warna jaring, hanging ratio serta ketinggian jaring merupakan faktor yang menentukan efisiensi penangkapan. Selanjutnya menurut (Moyle, 1959 vide Sukiyanto, 1977) menyatakan bahwa berhasil tidaknya penangkapan di suatu perairan dengan alat-alat yang sifatnya pasif antara lain gillnet, tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah ikan yang melalui alat tersebut tetapi dipengaruhi pula oleh gerak ruaya ikan. 2.1.2 Kapal perikanan Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

7 pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (Undang-Undang No. 31 Tahun 2004). Sedangkan menurut Fyson (1985) kapal ikan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran, rancangan, bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Berdasarkan metode pengoperasiannya kapal ikan dapat digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu pengoperasian alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear), pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towing gear), pengoperasian alat tangkap pasif (static gear), dan pengoperasian lebih dari satu alat tangkap (multipurpose) (Fyson, 1985). Rahman (2005) mengelompokkan berdasarkan metode pengoperasiannya, kapal gillnet termasuk pengoperasian alat tangkap pasif (static gear) sehingga kecepatan kapal bukanlah suatu faktor yang penting karena alat tangkap ini bekerja secara statis melainkan stabilitas kapal yang tinggi lebih diperlukan agar saat pengoperasian alat tangkap dapat berjalan dengan baik. 2.1.3. Nelayan gillnet Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau perlengkapan ke dalam perahu atau kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung melakukan penangkapan. Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 nelayan dikelompokkan berdasarkan curahan waktu kerjanya, yaitu : 1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. 2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.

8 3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. 2.2 Metode Pengoperasian Jaring Insang Menurut Martasuganda (2002) pada umumnya metode pengoperasian jaring insang dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang dioperasikan secara semi aktif atau aktif. Untuk jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari, baik itu dilakukan dengan alat bantu cahaya atau tanpa alat bantu cahaya dengan cara dipasang di perairan atau daerah penangkapan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan air lainnya, kemudian dibiarkan berberapa lama supaya ikan mau memasuki mata jaring. Lamanya pemasangan jaring insang di daerah penangkapan disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dijadikan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Pada prinsipnya gillnet digunakan untuk menghalangi ikan yang sedang beruaya sehingga ikan menabrak jaring dan terjerat pada mata jaring atau terpuntal (Von Brandt, 2005). Menurut (Martasuganda, 2002) untuk jenis jaring yang konstruksinya terdiri dari satu lembar, ikan yang memasuki mata jaring biasanya hanya ikan yang mempunyai ukuran keliling bagian belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling tinggi maksimum (maximum body girth) dari ikan lebih besar dari keliling mata jaring (mesh size). Cara tertangkapnya ikan pada mata jaring biasanya terjerat pada bagian belakang penutup insang (operculum) atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum (maximum body) dari ikan. Menurut Miranti (2007) secara umum metode pengoperasian alat tangkap gillnet terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1) Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan. 2) Pencarian daerah penangkapan ikan, hal ini dilakukan nelayan berdasarkan pengalaman-pengalaman melaut, yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara di permukaan perairan,

9 warna perairan, serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan. 3) Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting), perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling). 4) Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat. 2.3 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Kabupaten Belitung sebagai bagian dari wilayah Indonesia termasuk beriklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dan disertai angin musim yang dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Musim yang terdapat di perairan Belitung ada tiga yaitu musim timur, musim barat dan musim pancaroba. Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Pada saat musim barat aktivitas penangkapan relatif kurang karena dipengaruhi oleh kondisi ombak yang relatif cukup besar. Pada umumnya nelayan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing, karena pada musim tersebut terjadi musim ikan terutama ikan tenggiri dan pengaruh ombak relatif besar. Musim pancaroba merupakan keadaan terjadinya perubahan musim timur ke musim barat atau sebaliknya, dimana pada musim ini ikan yang tertangkap jumlahnya relatif sedang (Batubara, 1999). Menurut Ayodhyoa (1981) daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan usaha berada dalam air dan tidak terlihat dari permukaan. Sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) di perairan Belitung secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, daerah pesisir (dekat garis pantai) dan perairan lepas (jauh dari garis pantai). Armada perikanan yang beroperasi di daerah pesisir armada dengan perahu kecil dan alat tangkap ukuran kecil pula, seperti perahu tanpa motor dan sebagian perahu tempel. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan

10 di Pulau Belitung adalah di sekitar pulau-pulau kecil yang tersebar di perairan sekitar Pulau Belitung. Untuk alat tangkap gillnet dan payang biasanya dioperasikan di daerah yang tidak berkarang dan jauh dari garis pantai (Batubara, 1999). 2.4 Hasil Tangkapan Jaring Insang Pengertian hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil tangkapan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah spesies yang menjadi target dari operasi penangkapan sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah spesies yang merupakan di luar dari target operasi penangkapan (Ramdhan, 2008). Jenis ikan yang ditangkap di perairan Belitung sangat beragam seperti ikanikan pelagis kecil yaitu lemuru, selar, tongkol, teri, ikan karang (kerapu, kakap merah), ikan dasar (manyung, cucut, kwee, bawal), dan jenis non ikan (cumicumi, kepiting, teripang) (www.belitung.go.id). Menurut Putra (2007) jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh jaring insang hanyut antara lain : tongkol (Euthynnus spp), tenggiri (Scomberomorus comersonii), cakalang (Katsuwonus pelamis), cucut (Carcharinidae), dan layang (Decapterus spp). Hasil tangkapan utama dari jaring insang yang bernilai ekonomis penting adalah ikan tenggiri dan tongkol. Tenggiri termasuk ikan pelagis besar yang hidup di permukaan laut atau didekatnya. Ciri dari ikan tenggiri adalah tubuh yang panjang, berbentuk torpedo, dan merupakan ikan perenang cepat serta tangkas dalam mengejar dan menerkam mangsanya. Ikan yang berbentuk cerutu dan agak pipih ini merupakan ikan buas, karnivora, predator dan makanannya adalah ikanikan kecil (sardin, tembang, teri) dan cumi-cumi. Hidup soliter dan lebih banyak tersebar di perairan pantai dan lepas pantai (Nontji, 1987). Menurut (Collette dan Nauen, 1983) pada umumnya ukuran panjang ikan tenggiri mencapai 90 cm, namun ada juga yang mencapai panjang maksimal sebesar 220 cm. Ikan tenggiri pernah tercatat dengan berat mencapai 44,9 kg di Afrika Selatan pada tahun 1982. Di perairan Australia ukuran panjang matang gonad ikan tenggiri bisa mencapai 65 cm.

11 Menurut Saanin (1984) taksonomi ikan tenggiri diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae Genus : Scomberomorus Spesies : Scomberomorus commersonii Sumber: www.fishbase.com, 2009 Gambar 2 Ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) Ikan tenggiri sebagai salah satu jenis hasil tangkapan utama dari jaring insang hanyut merupakan jenis ikan pelagis yang memiliki daerah penyebaran yang luas meliputi seluruh perairan Indonesia, perairan Indo-Pasifik, Teluk Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan. Ke Selatan sampai Perairan Panas Australia, ke Barat sampai Afrika Timur dan Ke utara sampai Jepang (Ditjen. Perikanan, 1990) (Gambar 3). Daerah penyebaran ikan tenggiri di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

12 Tabel 1 Daerah penyebaran ikan tenggiri (Scomberomorus spp.) No Perairan Daerah penyebaran Daerah penangkapan utama 1. Sumatera Seluruh perairan - Perairan Aceh bagian utara, Timur Sumatera Utara, sekitar Bengkalis. - Perairan Bangka Belitung. - Pantai Barat Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung. 2. Jawa dan Seluruh perairan - Seluruh pantai Utara Jawa dan Nusa Madura, Selatan Jawa Tengah, Tenggara Selatan Bali dan sekitarnya. 3. Kalimantan dan Sulawesi 4. Maluku dan Papua Sumber: Martosubroto et al, 1991 - Pantai Pulau Timor bagian barat. Seluruh perairan - Hampir semua pantai Barat dan Selatan Kalimantan. - Perairan Teluk Palu, Sulawesi Selatan - Sebagian perairan Sulawesi Utara dan perairan sekitar pantai. Seluruh perairan - Sebagian Pantai Barat Halmahera. - Perairan Selatan Pulau Seram. - Hampir semua perairan Pantai Barat Pulau Papua Sumber: www.fishbase.com, 2009 Gambar 3 Peta penyebaran ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) Ikan tongkol diklasifikasikan ke dalam famili Scombridae, genus Euthynnus, dan spesies Euthynnus affinis. Ikan tongkol masih tergolong pada ikan

13 Scombridae, bentuk tubuh seperti cerutu (fusiform) dengan kulit yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, Hal ini dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Pada belakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecilkecil yang disebut finlet (Djuhanda, 1981). Klasifikasi ikan tongkol (Euthynnus affinis) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae Genus : Euthynnus Spesies : Euthynnus affinis Sumber: www.fishbase.com, 2009 Gambar 4 Ikan tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol merupakan predator yang rakus memakan berbagai ikan kecil, udang dan cepalopoda. Panjang cagak maksimum dapat mencapai 100 cm. Umumnya panjang cagak ikan tongkol hanya mencapai 60 cm. Di Samudera Hindia panjang cagak ikan tongkol pada usia 3 tahun bisa mencapai 50-65 cm.

14 Panjang ikan tongkol ketika matang gonad bisa mencapai 40 cm di Perairan Philipina. Puncak musim pemijahan bervariasi, tergantung daerah seperti perairan Filipina terjadi pada bulan Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengahan musim barat daya sampai permulaan musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan Agustus-Oktober (Collette dan Nauen, 1983). Menurut Saanin (1984) daerah-daerah Indonesia yang banyak terdapat ikan tongkol adalah Laut Maluku, Laut Sawu, Samudera Indonesia, sebelah Selatan Nusa Tenggara dan sebelah Barat Sumatera. Selain itu juga ikan tongkol menyebar dari Laut Merah, terus ke Laut India, Malaysia, Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipina dan perairan Utara Australia serta terdapat di laut daerah tropis dan daerah beriklim sedang (Djuhanda, 1981). Adapun daerah penyebaran ikan tongkol (Euthynnus affinnis) seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini. Sumber: www.fishbase.com, 2009 Gambar 5 Peta penyebaran ikan tongkol (Euthynnus affinis) 2.5 Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Pemakaian ukuran mata jaring untuk jaring insang biasanya disesuaikan dengan target ikan tujuan penangkapan, metode operasi, dan daerah penangkapan ikan. Ukuran mata jaring untuk jaring insang satu lembar yang paling baik adalah

15 keliling jaring (mesh perimeter) harus lebih besar dari keliling bagian akhir penutup insang (operculum) dan lebih kecil dari keliling tubuh maksimum (maximum body girth) dari ikan yang akan dijadikan target tangkapan (Martasuganda, 2002). Berdasarkan PERMEN No.08/MEN/2008 tentang penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (gillnet) di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia menetapkan ukuran mata jaring (mesh size) jaring insang hanyut (drift gill net) tidak kurang dari 10 (sepuluh) centimeter, panjang jaring tidak lebih dari 10000 (sepuluh ribu) meter dan lebar atau kedalaman jaring (mesh depth) tidak lebih dari 30 (tiga puluh) meter. Ukuran mata jaring erat hubungannya dengan ukuran ikan yang tertangkap secara terjerat. Ukuran mata jaring tertentu cenderung untuk menjerat ikan-ikan yang mempunyai panjang (fork length) tertentu pula (Mori, 1961 vide Mappamadeng, 1999). Menurut Ayodhyoa (1981) antara mesh size dari gillnet dan besar ikan yang terjerat terdapat hubungan yang erat sekali. Terdapat kecenderungan bahwa suatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat hanya pada ikan yang besarnya tertentu. Sehingga gillnet akan bersifat selektif terhadap besar ukuran dari hasil tangkapan yang diperoleh. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil tangkapan dengan jumlah yang besar pada suatu fishing ground, maka mesh size harus disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Menurut Rounsefell dan Everhart (1960) vide Sunarya (1990) menyatakan bahwa ukuran dan jenis ikan yang tertangkap oleh gillnet bervariasi tergantung pada ukuran mata jaring yang digunakan dan dengan ukuran mata jaring tertentu ada kecenderungan hanya menangkap ikan yang mempunyai fork length, girth dan berat pada selang tertentu pula. Selanjutnya Manalu (2003) menambahkan, ukuran ikan yang tertangkap berhubungan erat dengan ukuran mata jaring, semakin besar ukuran mata jaring maka akan semakin besar pula ikan yang tertangkap. Penetapan ukuran mata jaring dapat berdasarkan pada ukuran jenis ikan yang dominan tertangkap. Jaring insang yang dioperasikan di Indonesia umumnya memiliki ukuran mata jaring yang berkisar antara 1,5-4 inci. Sukiyanto (1977) menyebutkan bahwa ukuran mata jaring 4.0 inci menghasilkan total tangkapan

16 paling besar dibandingkan ukuran mata jaring 3,5 inci dan 4,5 inci di Perairan Utara Tegal. Sedangkan Pramono (1987) menyatakan bahwa jaring insang dengan ukuran mata jaring 4,0 inci dan 4,5 inci menghasilkan total tangkapan ikan tongkol lebih besar dibandingkan dengan ukuran mata jaring 3,5 inci. Dari beberapa pendapat menyatakan bahwa semakin besar ukuran mata jaring, semakin besar pula ukuran panjang baku serta girth ikan tongkol yang tertangkap. Namun belum tentu semakin besar pula total hasil tangkapan yang didapatkan. Hal ini terlihat dari penelitian Sukiyanto (1977) yang menghasilkan total tangkapan lebih banyak pada ukuran mata jaring 4,0 inci dari pada 4,5 inci.