PENGARUH PENGERING OVEN ELEKTRIK PADA PENGERINGAN LABU KUNING (Cucurbita moschata)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU DAN KETEBALAN TERHADAP KADAR AIR DAN LAJU PENGERINGAN LABU KUNING (Cucurbita Moschata) DENGAN PENGERING OVEN ELEKTRIK

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENGERINGAN KELOPAK BUNGA ROSELA MENGGUNAKAN TRAY DRYER

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengeringan Untuk Pengawetan

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING BERENERGI BIOMASSA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR AIR DAN ABU PADA BISKUIT

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

ABSTRAK

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Bahan dan Alat C. Tahapan Penelitian 1. Persiapan bahan

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

PENGERINGAN KACANG TANAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration)

PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Kemampuan yang ingin dicapai:

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

PEMBUATAN DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

Ekstraksi dan Pengeringan Waluh untuk Mendapatkan Produk Fine Powder

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

Pengujian Pengeringan Garam Briket Skala Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

Temu Putih. Penyortiran Basah. Pencucian. Pengupasan. Timbang, ± 200 g. Pengeringan sesuai perlakuan

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN KACANG TANAH. (Implementation Of DCS System and Appliance Rotary Dryer for

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

Pengawetan pangan dengan pengeringan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

THESIS Submitted to The Faculty of Agricultural Technology in partial fulfillment of the requirements for obtaining the Bachelor Degree

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

Campuran udara uap air

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

PENGARUH CARA PENGOLAHAN MANISAN NANAS TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH PENGERING OVEN ELEKTRIK PADA PENGERINGAN LABU KUNING (Cucurbita moschata) Vita Paramita 1*, Indah Hartati 2, Aisyah Hana Rifiani 1 1 Program Studi Teknik Kimia, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto SH, Tembalang, Semarang, 50275, Telp/Fax: (024)7460058 2 Jurusan Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang, 50232 email : vita.paramita@gmail.com. Abstrak Riset ini bertujuan untuk menentukan kadar air dan laju pengeringan terhadap pengeringan labu kuning dengan menggunakan menggunakan oven Memmert type UN 110 (Memmert GmbH + Co. KG, Deutschland). Target yang ingin dicapai berupa kondisi operasi yang digunakan dalam melakukan proses pengeringan. Kajian dilakukan pada berbagai variabel, meliputi suhu (70, 90, 120 0 C) dan tebal irisan (2, 3, 5 mm). Selama percobaan didapat hasil sebagai berikut: kadar air labu kuning terendah pada suhu 90ºC yaitu 53.96% dengan ketebalan 3 mm serta hasil laju pengeringan maksimumnya pada suhu 120ºC yaitu 0.080 gram/menit dengan ketebalan 5 mm. Waktu pengeringan dengan hasil tercepat yaitu 180 menit pada suhu 70ºC dengan ketebalan 3mm dengan laju pengeringan total 0,135 gr/mnt. Kata kunci: kadar air, labu kuning, laju pengeringan, oven elektrik 1. PENDAHULUAN Labu kuning atau pumpkins (Cucurbita moschata) termasuk jenis tanaman menjalar dari famili Cucurbitaceae yang telah dikenal diberbagai negara (Juna dkk., 2006). Ada tiga jenis labu yang paling terkenal di dunia yaitu Cucurbita moschata, Cucurbita maxima dan Cucurbita pepo (Lee dkk., 2003). Labu kuning merupakan salah satu jenis labu yang cukup populer di Indonesia meski buah ini berasal dari Mexico Tengah dan menyebar ke Benua Amerika. Labu kuning dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Labu kuning merupakan sumber karotenoid, pektin, vitamin dan senyawa-senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan (Juna dkk., 2006). Menurut Sudarto (1993), labu kuning adalah sumber β karoten yang baik dan mengandung karbohidrat, vitamin serta mineral. Kandungan air dalam labu kuning yang tinggi yaitu 96% dapat mempercepat pembusukan (Perez & Schmalko, 2009). Agar dapat memperpanjang masa simpan produk, diperlukan proses pengawetan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan proses pengeringan (Rukmana, 1997). Menurut Suharto (1991), pengawetan bahan (pangan) pada dasarnya adalah berada dalam dua alternatif yaitu yang pertama menghambat pertumbuhan enzim-enzim dan aktivitas/pertumbuhan microba dengan menurunkan suhunya hingga dibawah 0ºC dan yang kedua adalah menurunkan kandungan air dari bahan (pangan) sehingga kurang/tidak memberi kesempatan untuk tumbuh/hidupnya microba dengan pengeringan atau penguapan kandungan air yang ada didalam maupun dipermukaan bahan/pangan, sehingga mencapai kondisi tertentu. Menurut Yovita (2010) Laju pengeringan kadar air bahan pada tahap permulaan adalah besar (laju pengeringan pada periode menurun / falling rate period), kemudian laju penurunan kadar air bergerak mendekati konstan pada akhir proses pengeringan (laju pengeringan pada periode konstan/constant rate periode dan semakin lama waktu pengeringan maka laju pengeringan semakin menurun. Pengeringan adalah suatu cara untuk mengurangi kadar air suatu bahan, sehingga diperoleh hasil akhir yang kering. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kecepatan pengeringan yang maksimum, yaitu luas permukaan bahan, suhu, kecepatan udara, kelembaban udara (RH), tekanan atmosfir atau vakum, dan waktu (Rohanah,2006). Riset ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi yang sesuai dalam melakukan proses pengeringan terhadap labu kuning tanpa mengurangi jumlah zat dan mineral yang terkandung dalam labu kuning tersebut. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 67

Pengaruh Pengering Oven Elektrik... (Paramita dkk.) 2. METODOLOGI 2.1 Bahan Penelitian Bahan penelitian berupa labu kuning yang diperoleh dari pasar lokal. Kriteria labu kuning yang digunakan yaitu berwarna kuning atau orange gelap dan kulit tipis. Labu kuning yang telah dibeli, kemudian dikupas kulitnya dan dicuci dengan air yang mengalir. Kemudian dipotong dengan tebal irisan 2, 3, dan 5 mm. Berat bahan dicatat sebelum dikeringkan. 2.2 Alat Penelitian Alat utama yang akan digunakan dalam penelitian adalah alat pengering oven universal merk Memmert tipe UN 110 dengan kapasitas 108 liter, wadah(nampan), desikator dan neraca digital. Pada penelitian ini dilakukan pengeringan dengan variable tebal irisan yaitu 2 mm, 3 mm, dan 5 mm dan variable suhu 70, 90 dan 120 ºC. Penimbangan dilakukan tiap 15 menit hingga tiga kali konstan. 2.3 Data Analisa Pada penelitian dilakukan untuk menganalisa kadar air bahan dan laju pengeringan bahan. Persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif, 1993). Kadar air bahan (MR) setiap saat pengeringan (%) dapat dihitung: X 100%...(1) Dimana w i adalah berat bahan awal (kg) dan w d adalah berat bahan kering (kg) (Liliana dkk., 2016). Laju pengeringan adalah massa air menguap dari produk per satuan waktu (Liliana dkk.,2016). Laju pengeringan (DR) dapat dihitung :...(2) Dimana M (t+dt) adalah massa sebelum pengeringan (kg), M t adalah massa sesudah pengeringan (kg) dt adalah waktu pengeringan (menit) (Liliana dkk., 2016). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kadar Air Gambar 1. menunjukan hasil pengamatan kadar air labu kuning terhadap waktu pengeringan dengan ketebalan 2 mm, 3 mm, dan 5 mm dengan menggunakan oven. Masing-masing ketebalan tersebut dilakukan pemanasan pada suhu yang berbeda yaitu 70 ºC, 90 ºC dan 120 ºC. Dari ketiga variabel suhu yang digunakan menunjukkan bahwa ketebalan irisan mempengaruhi waktu pengeringan dan kadar air. Waktu pengeringan pada irisan 2mm lebih cepat dibanding dengan ketebalan irisan 3mm, dan 5mm. Dimana waktu pengeringan pada suhu 70 ºC dengan tebal 2mm yaitu 195 menit, 3mm yaitu 210 menit dan 5mm yaitu 240 menit. Menurut (Hashim dkk.,2014) lama proses pengeringan (mencapai keadaan konstan) tergantung pada luas penampang pada bahan yang dikeringkan semakin tipis bahan yang di keringkan maka semakin cepat proses pengeringan. Kadar air rata-rata pengeringan yang didapat yaitu 53% pada suhu 70ºC; 53.88% pada suhu 90 ºC dan 53.37% pada suhu 120 ºC. Pada setiap suhu tidak terjadi perbedaan kadar air yang begitu jauh yaitu berkisar antara 53-54% begitupun dengan kadar air yang dihasilkan tiap ketebalan yang memiliki kadar air berkisar antara 53-54%. Perbedaan terdapat pada lamanya waktu pengeringan. Pada ketebalan yang sama yaitu 5mm, suhu 70 ºC membutuhkan waktu 240 menit, pada suhu 90 ºC membutuhkan waktu 165 menit, dan pada suhu 120 ºC membutuhkan waktu 120 menit. Hal ini karena semakin tinggi suhu maka waktu yang digunakan untuk pengeringan akan semakin cepat sehingga kadar air dalam bahan akan terus berkurang (Aroldo dkk.,2006) (Liliana dkk., 2016). 68 ISBN 978-602-99334-7-5

(a) (b) (c) Gambar 1. Kadar air labu kuning pada suhu (a) 70 0 C (b) 90 0 C (c) 120 0 C. Liliana dkk (2016) melakukan penelitian yang sama yaitu dengan bahan labu Kuning dengan tebal irisan 5 mm dengan diameter 25 mm menggunakan suhu 50 ºC,60 ºC dan 70 ºC. Kadar air rata-rata yang didapat yaitu 92% dengan rata-rata waktu pengeringan 7-9 jam menggunakan microwave oven. Jika dibandingkan dengan penelitian ini dengan menggunakan suhu pengeringan 70 ºC, 90 ºC dan 120 ºC terdapat perbedaan yang sangat jauh pada waktu pengeringan. Waktu pengeringan yang digunakan pada suhu 50 ºC yaitu 540 menit, pada suhu 60 ºC yaitu 420 menit, dan pada suhu 70 ºC yaitu 360 menit. Perbedaan waktu tersebut terjadi karena alat yang digunakan pada kedua penelitian ini berbeda yaitu menggunakan mikrowave oven sehingga memiliki efesiensi yang berbeda pula. Namun pada prinsipnya sama yaitu semakin tinggi suhu maka waktu yang digunakan untuk pengeringan akan semakin cepat sehingga kadar air dalam bahan akan terus berkurang (Aroldo dkk., 2006; Liliana dkk., 2016). Hashim dkk (2014) melakukan penelitian yang sama yaitu dengan bahan labu kuning dengan tebal irisan 2 mm dan 4 mm dengan suhu 50 ºC, 60 ºC, 70 ºC dengan waktu 11 jam dengan pengambilan sampel setiap 1 jam dengan pengeringan udara panas kovektif. Kadar air rata-rata yang didapat yaitu 73,32%. Pada tebal irisan 2 mm dan 4 mm pada suhu 70 ºC membutuhkan waktu yang sama 180 menit untuk mencapai berat konstan. Sedangkan pada penelitian untuk suhu 70 ºC dengan tebal 2 mm dan 5 mm membutuhkan waktu yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 69

Pengaruh Pengering Oven Elektrik... (Paramita dkk.) 3.2 Laju Pengeringan (a) (b) (c) Gambar 2. Laju pengeringan kadar air labu kuning pada suhu (a) 70 0 C (b) 90 0 C (c) 120 0 C. 70 ISBN 978-602-99334-7-5

Gambar 2 menunjukan hubungan laju pengeringan labu kuning terhadap waktu pengeringan dengan ketebalan irisan 2 mm, 3 mm dan 5 mm dengan menggunakan oven. Pengeringan dilakukan dengan tiga suhu berbeda yaitu 70, 90 dan 120 ºC. Laju pegeringan maksimum irisan 5mm pada suhu pengeringan 70ºC yaitu 0.028 gram/menit, pada suhu 90ºC yaitu 0.076 gram/menit dan pada suhu 120ºC yaitu 0.028 gram/menit. Pada grafik suhu 120 ºC terlihat laju pengeringan terhenti pada menit ke 105, pada suhu 90 ºC laju pengeringan terhenti pada menit ke 150 dan pada suhu 70ºC laju pengeringan sangat lambat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan membutuhkan waktu yang lama yaitu 225 menit. Namun laju pengeringan pada berbagai temperatur semakin lama akan semakin menurun. Laju pengeringan terhadap irisan dimana pada suhu 70 ºC, dengan tebal irisan 2mm terhenti pada menit ke 180, pada irisan dengan tebal 3mm terhenti pada menit ke 195, pada irisan dengan tebal 5mm terhenti pada menit ke 225. Semakin tebal irisan maka waktu yang dibutuhkan untuk kecepatan pengeringan semakin lama karena banyaknya kadar air yang terkandung dalam bahan. Liliana dkk (2016) melakukan penelitian yang sama yaitu dengan bahan labu Kuning dengan tebal irisan 5 mm dengan diameter 25 mm menggunakan suhu 50 ºC,60 ºC dan 70 ºC dengan menggunakan alat microwave oven. Hasil laju pengeringan maksimal yaitu pada suhu 50 ºC yaitu 0,28 g/mnt, pada suhu 60 ºC yaitu 0,32 g/mnt, dan pada suhu 70 ºC yaitu 0.49 g/mnt. Hasil ini berbeda dengan penelitian dikarenakan alat yyang digunakan berbeda sehingga efisiensinya berbeda pula. Namun ada kesamaan yaitu semakin tinggi suhu maka laju pengeringan optimalnya semakin tinggi pula. 4. KESIMPULAN Kadar air labu kuning terbaik pada suhu 90ºC yaitu 53.96% dengan ketebalan 3 mm serta hasil laju pengeringan maksimumnya pada suhu 120ºC yaitu 0.080 gram/menit dengan ketebalan 5 mm. Waktu pengeringan dengan hasil terbaik yaitu 180 menit pada suhu 70ºC dengan ketebalan 3mm dengan laju pengeringan total 0,135 gr/mnt. DAFTAR PUSTAKA Aroldo, A.P, and Fernanda, E.X., (2006), Kinetics of vacuum drying of pumpkin (Cucurbita maxima):modeling with shrinkage.,s. Journal of Food Engineering 76, pp.562 567. Juna, H., C.H. Leeb, G.S. Songc, Y.S. Kima., (2006), Characterization of the pectic polysaccharides from pumpkin peel. Food Science and Technology 39, pp.554-561 Lee, Y.K, Chung, W.I. and Ezura, H.,(2003), Efficient plant regeneration via organogenesis in winter squash (Cucurbita maxima Duch.). Plant Science, 164: 413-418. Liliana Seremet (Ceclu), Elisabeta Botez, Oana-Viorela Nistor, Doina Georgeta Andronoiu, Gabriel-Danut Mocanu., (2016), Effect of different drying methods on moisture ratio and rehydration of pumpkin slices. Food Chemistry 195, pp.104 109. Norhashila Hashim, Onwude Daniel, Ezdalina Rahaman., (2014), A Preliminary Study: Kinetic Model of Drying Process of Pumpkins (Cucurbita Moschata) in a Convective Hot Air Dryer. Agriculture and Agricultural Science Procedia 2, pp.345 352. Perez, N. E., and Schmalko, M. E. 2009, Convective drying of pumpkin: Influence of pretreatment and drying temperature. Journal of Food Process Engineering, 32, 88 103. Rukmana, Rahmat., (1997), Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius (Anggota IKAPI) : Yogyakarta. Rohanah, Ainun., (2006), Teknik Pengeringan (TEP421). Buku Ajar, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU : Medan. Sudarto. Y., (1993), Budidaya Waluh. Kanisius. Yogyakarta. Suharto., (1991), Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta. Yovita. Asih., ( 2010), Pengeringan Labu Kuning Dengan Media Pemanas Oven Menggunakan Variabel Suhu Dan Waktu. Undergraduate thesis, Undip Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 71