PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis.

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

KINETIKA REAKSI PELARUTAN TEMBAGA DARI MALACHITE KE DALAM LARUTAN ASAM SULFAT

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

MATERIAL PEMBUATAN BAJA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL 2007 INTRODUCTION

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

UJI KARAKTERISTIK SPONGE IRON HASIL REDUKSI MENGGUNAKAN BURNER LAS ASITELIN DARI PASIR BESI PANTAI NGEBUM KENDAL

PENGARUH PERBEDAAN LAJU WAKTU PROSES PEMBEKUAN HASIL COR ALUMINIUM 319 DENGAN CETAKAN LOGAM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

Analisis Struktural Seng Oksida (ZNO) Dari Limbah Dross Galvanisasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh titanium..., Caing, FMIPA UI., 2009.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aluminium meliputi pemanfaatan energi bebas yang terus menerus untuk membentuk

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

TES PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PELEBURAN TERHADAP KOMPOSISI AL DAN MG MENGGUNAKAN METODE PENGECORAN TUANG

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September Bidang Kimia. UjianTeori LEMBAR JAWABAN. Waktu: 210 menit

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Pengaruh Variasi Waktu Radiasi Pada Proses Ekstraksi Tembaga Dari Kalkopirit Dengan Menggunakan Microwave Batch Furnace

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jurnal Teknik Mesin UMY 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

BAB I PENDAHULUAN. manufacturing dan automotive, maka banyak sekali inovasi-inovasi maupun

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SINTESIS GARAM SnCl 2 DARI BAHAN KEMASAN BERLAPIS TIMAH Taslimah, Ismail, R., Sumardjo, D. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro

Pengaruh Solution treatment Singkat pada Paduan Al-Si-Mg : Sebuah Studi Awal

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON

PEMBENTUKAN KRISTAL CaCo3 PADA PIPA TEMBAGA DENGAN KONSENTRASI LARUTAN 3500ppm Ca ++ DAN LAJU ALIRAN 30 ML/MENIT. Abstrak

Transkripsi:

PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN Nova Dwi Prihadi 1,a, Andinnie Juniarsih, ST., MT. 1 dan Tiara Triana,ST., MT. 1 1 Jurusan Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Indonesia a ndprihadi@gmail.com Abstrak Kebutuhan aluminium di Indonesia pada tahun 215 mencapai sekitar 8 ribu ton/tahun. Jumlah ini tidak diiringi dengan produksi aluminium primer yang hanya sekitar 3 ribu ton/tahun di Indonesia. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan mendaur ulang limbah berbahan dasar aluminium. Limbah yang digunakan sebagai bahan baku dalam penelitian ini adalah kaleng minuman yang dihancurkan terlebih dahulu. Proses peleburan dilakukan menggunakan induction furnace dengan penambahan flux untuk meningkatkan kadar aluminium dan mengurangi kadar pengotor di dalam limbah tersebut. Flux yang digunakan dalam perleburan adalah 1:1 (NaCl:KCl) dengan variasi penambahan flux 5, 1 dan 15%. Temperatur peleburan pada percobaan adalah 75, 8 dan 85 o C. Analisis XRF dilakukan untuk mengetahui kadar dari sampel hasil peleburan. Analisis SEM-EDS dilakukan untuk melihat struktur mikro dan kadar pada base sampel hasil peleburan. Kenaikan temperatur peeburan pada proses fluxing dapat mebuat proses menjadi lebih efektif, temperatur peleburan paling optimum didapatkan pada 8 C. Penambahan massa flux pada proses fluxing dapat mebuat proses menjadi lebih efektif, penambahan massa flux paling optimum didapatkan pada penambahan 1% flux. Sampel dengan temperatur peleburan 8 C dengan penambahan 1% flux dapat meningkatkan kadar Al mencapai 97,1899% dan mereduksi Mg sampai 1,335% hasil ini didukung oleh analisis SEM-EDS pada bagian base sampel 8-1 yang menunjukkan kadar Al pada sampel tersebut merupakan unsur paling dominan. Sampel 8-1 merupakan sampel paling efektif pada penelitian ini. Kata kunci: Daur Ulang, Aluminium, Fluxing, Pengotor. PENDAHULUAN Kebutuhan aluminium untuk industri di Indonesia pada tahun 215 mencapai 6 ribu sampai 8 ribu ton. Jumlah tersebut hanya mampu dipenuhi oleh produksi aluminium dalam negeri sekitar 26 ribu ton per tahun [1]. Salah satu industri yang menggunakan bahan baku aluminium adalah industri otomotif yang tentunya berkaitan dengan sifat aluminium yang ringan, tahan terhadap korosi dan kekuatan yang baik. Penggunaan material berbahan dasar aluminium dapat mereduksi bobot mobil hingga 4%, pengurangan bobot tersebut dapat menurunkan konsumsi bahan bakar. Kebutuhan casting komponen otomotif berbahan dasar aluminium mencapai 12 ribu ton, tetapi hanya separuh dari jumlah tersebut yang mampu dipenuhi oleh industri dalam negeri. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan aluminium tersebut adalah dengan mendaur ulang limbah berbahan dasar aluminium. Limbah aluminium yang dapat didaur ulang salah satunya adalah limbah kaleng minuman. Proses yang dilakukan adalah peleburan ulang (remelt) dengan menambahkan flux. Flux adalah senyawa yang ditambahkan ke dalam leburan aluminium untuk mengikat pengotor yang berasal dari limbah aluminium menjadi dross. Flux yang digunakan adalah garam NaCl dan KCl. Proses produksi daur ulang aluminium dapat menghemat energi yang sangat besar. Proses daur ulang memiliki efisiensi energi sebesar 2,8 kwh/kg aluminium sementara produksi aluminium primer dari bijih bauksit membutuhkan 45 kwh/kg aluminium [2]. Selain faktor ekonomi, proses daur ulang limbah aluminium sangat penting untuk menjaga lingkungan.

Aluminium daur ulang mempunyai beberapa hal yang harus dipenuhi seperti proses produksi dengan kestabilan komposisi kimia yang diinginkan, mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan, mengurangi jumlah limbah dari proses produksi dan membuat produk yang baik dengan kemungkinan biaya termurah dalam prosesnya. Keberhasilan proses daur ulang limbah aluminium dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat penyuplai limbah aluminium, pembangunan infrastruktur untuk pengumpulan limbah aluminium, metode daur ulang yang harus lebih kompetitif dari segi ekonomi dibandingkan dengan produksi aluminium primer dan target pasar dari produk hasil daur ulang. [3] Fluxing merupakan perlakuan yang dilakukan saat menambahkan senyawa kimia ke dalam leburan aluminium [4, 5]. Senyawa kimia ditambahkan untuk menghilangkan pengotor digolongkan menjadi tiga bagian: 1. Bereaksi dengan logam pengotor, membuat senyawa padat yang mengendap pada leburan. 2. Bereaksi dengan logam pengotor membuat senyawa kurang padat yang menjadi bagian dari terak/dross. 3. Menaikan fluiditas/mampu basah dari leburan. Karakterisasi dari beberapa material flux ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1 Karakterisasi Material Flux Molecular Gas (g/mol) Solid Density (g/cm 3 ) Melting Point ( C) Boiling Point ( C) NaCl 58,44 2,165 81 1.413 KCl 74,56 1,984 77 1.5 LiCl 43,39 2,68 65 1.325 AlF 3 83,98 2,882-1.291 Na 3AlF 6 29,94 2,9 1.1 - Mengacu pada salah satu fungsi flux sebagai senyawa yang ditambahkan untuk mengikat pengotor, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan massa flux dan temperatur peleburan untuk mengurangi kadar pengotor. Kemudian mengetahui apakah material hasil daur ulang limbah kaleng minuman dengan metode fluxing dapat digunakan sebagai material Aluminium 661. METODOLOGI PENELITIAN Limbah kaleng minuman terlebih dahulu dihancurkan menjadi bagian yang lebih kecil. kemudian limbah kaleng minuman dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kaleng minuman. Setelah itu, limbah masuk kedalam proses decoating. Decoating dilakukan dengan cara memanaskan limbah kaleng minuman pada temperatur 4 C selama 3 menit. Limbah kaleng minuman yang telah melalui proses decoating kemudian ditimbang sesuai dengan kebutuhan sampel. Proses peleburan dilakukan dengan variasi penambahan flux 5, 1 dan 15% dengan temperatur 75, 8 dan 85 o C. Secara lengkap perlakuan yang dilakukan pada masing-masing sampel ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2 Perlakuan Pada Setiap Sampel Sampel Bahan Baku (gr) Flux NaCl:KCl (1:1) (gr) T ( C) t (Menit) NT-1 1-75 - NT-2 1-75 - NT-3 1-75 - 75-5 95 5 75 6 75-1 9 1 75 6 75-15 85 15 75 6 8-5 95 5 8 6 8-1 9 1 8 6 8-15 85 15 8 6 85-5 95 5 85 6 85-1 9 1 85 6 85-15 85 15 85 6

Hasil dari proses peleburan kemudian dianalisis menggunakan alat XRF ARL OPTIM X WDXRF spectrometer untuk mengetahui komposisi kimia yang dihasilkan setelah proses fluxing. Analisis SEM-EDS dilakukan dengan alat JEOL JSM-639A untuk mengetahui struktur mikro dan komposisi kimia dari sampel hasil peleburan. Hasil dari pengujian ini kemudian dianalisis untuk mengetahui pengaruh penambahan flux terhadap pengurangan kadar pengotor pada limbah kaleng minuman. HASIL DAN PEMBAHASAN 2,8 3 2,6 2,2 1,8 2 1,6 1,4,8 1,6,4,2 5 1 15 Penambahan Massa Flux (%) (a) 2,8 3 2,6 2,2 1,8 2 1,6 1,4,8 1,6,4,2 Fe Zn Mg Penambahan Massa Flux (%) (c) Gambar 1 Pengaruh Penambahan Massa Flux Pada Temperatur (a) 75 C (b) 8 C (c) 85 C Berdasarkan penelitian yang dilakukan M. A. Rabah dan G. O. Verran diketahui bahwa ketika massa flux yang digunakan pada proses fluxing bertambah banyak, maka proses fluxing akan berlangsung semakin efektif untuk mengurangi kadar pengotor Mg pada proses daur ulang limbah aluminium [6, 7]. Untuk pengotor Fe dan Zn tidak mengalami perubahan yang signifikan pada pengaruh penambahan massa flux. Hal ini sesuai dengan data yang ditampilkan pada Gambar 1, tetapi terjadi anomali pada sampel 75-15, 8-5 dan 8-15. Anomali yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor pengadukan dan faktor waktu fluxing saat proses berlangsung. Pengadukan sampel saat awal peleburan menjadi salah satu faktor penting. Pengadukan saat awal peleburan yang tidak homogen dapat menyebabkan sampel bertumpuk di bagian bawah leburan dan kurang sempurnanya proses peleburan. Hal ini mengakibatkan sampel yang bereaksi dengan flux menjadi lebih sedikit sehingga proses berjalan kurang efektif. Selain itu, akibat tidak adanya pengadukan maka akan timbul resiko penumpukan flux ketika jumlah flux yang digunakan dalam proses peleburan semakin banyak. Waktu peleburan juga menjadi salah satu faktor penting efektivitas proses fluxing. Ketika jumlah flux yang digunakan semakin banyak maka dibutuhkan waktu yang lebih lama juga agar flux dapat bereaksi sempurna dengan leburan aluminium. 2,8 3 2,6 2,2 1,8 2 1,6 1,4,8 1,6,4,2 5 1 15 Fe Zn Mg 5 1 15 Penambahan Massa Flux (%) Fe Zn Mg (b)

2,55 2,25 2,1 1,95 1,8 1,65 1,5 1,35 1,5,9,75,6,45,3,15 75 8 85 Temperatur ( C) (a) 2,25 2,1 1,95 1,8 1,65 1,5 1,35 1,5,9,75,6,45,3,15 Fe Zn Mg Temperatur ( C) (b) Temperatur ( C) (c) Gambar 2 Pengaruh Kenaikan Temperatur Peleburan Pada Penambahan Massa Flux (a) 5% (b) 1% (c) 15% Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M. A. Rabah dan G. O. Verran diketahui bahwa ketika temperatur peleburan yang digunakan pada proses fluxing bertambah tinggi, maka proses fluxing akan berlangsung semakin efektif untuk mengurangi kadar pengotor Mg pada proses daur ulang limbah aluminium [6, 7]. Untuk pengotor Fe dan Zn tidak mengalami perubahan yang signifikan pada kenaikan temperatur peleburan, sesuai dengan data yang ditampilkan pada Gambar 2. Hal ini dipengerahui oleh nilai ΔG dari pembentukan senyawa klorida yang ditunjukkan pada Gambar 3. Terjadinya anomali pada sampel 85-5 dan 85-1 disebabkan adanya porositas pada sampel hasil peleburan. Porositas yang terjadi dapat membuat analisis XRF menjadi kurang efektif karena permukaan sampel menjadi berlubang. Selain itu faktor pengadukan dan waktu peleburan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat menjadi faktor terjadinya anomali. 2,25 2,1 1,95 1,8 1,65 1,5 1,35 1,5,9,75,6,45,3,15 75 8 85 Fe Zn Mg 75 8 85 Fe Zn Mg Gambar 3 Diagram Ellingham Pembentukan Senyawa Klorida

MgKa FeKesc FeKa FeKb CuKa CuKb ZnKb SiKa ZnKa Counts AlKa Kadar Al (%) Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa reaksi pembentukan MgCl 2 mempunyai nilai ΔG paling negatif kemudian diikuti oleh AlCl 3, ZnCl 2, FeCl 2 dan CuCl 2. Reaksi antara flux dan pengotor akan lebih spontan pada unsur dengan nilai ΔG yang paling negatif. Hal ini yang menyebabkan proses fluxing menggunakan garam KCl dan NaCl hanya efektif untuk mengurangi unsur Mg di dalam leburan. Sementara Fe dan Zn relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan karena mempunya nilai ΔG yang lebih besar dibandingkan unsur Mg. Nilai ΔG dari reaksi yang terjadi pada temperatur 8 C yang dibuat menggunakan software HSC ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3 Nilai ΔG pada Temperatur 8 C Reaksi Temperatur ( C) ΔG Mg + Cl 2 MgCl 2 8-477,122 2 Al + 3 Cl2 2 AlCl3 3 8-33,816 Zn + Cl 2 ZnCl 2 8-266,622 Fe + Cl 2 FeCl 2 8-214,224 Cu + Cl 2 CuCl 2 8-72,841 97,5 97,25 97 96,75 96,5 96,25 96 95,75 95,5 95,25 95 5% 1% 15% Penambahan Massa Flux Gambar 4 Kadar Aluminium Pada Setiap Sampel Peleburan Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa temperatur peleburan paling efektif untuk meningkatkan kadar aluminium adalah 8 C. Sampel 8-5 mempunyai kadar aluminium tertinggi dari penelitian yang dilakukan, tetapi adanya anomali yang terjadi pada sampel ini membuat sampel ini menjadi kurang efektif. Sampel 8-1 merupakan sampel dengan efektivitas proses terbaik. Hal ini ditunjukkan oleh kadar aluminium yang didapatkan sebesar 97,1899% dan reduksi kadar pengotor Mg menjadi 2,8135%. Hasil ini didukung oleh analisis SEM-EDS yang menunjukkan bahwa kadar aluminium pada bagian base merupakan unsur paling dominan pada sampel 8-1. Hasil analisis SEM-EDS sampel 8-1 ditunjukkan oleh Gambar 5. 75 8 85 135 12 15 9 75 2 ZnLl ZnLa CuLl CuLa 6 45 FeLl FeLa 3 15. 3. 6. 9. 12. 15. 18. 21. kev Gambar 5 Hasil Analisis SEM-EDS Sampel 8-1

Tabel 4 Perbandingan Sampel 8-1 dengan Material Aluminium 661 Cu (%) Fe (%) Si (%) Zn (%) Mg (%) Al (%) Al 661,15-,4,7,4-,8,25,8- remainder 8-1,1833,433,118,715 1,335 97,1899 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sampel 8-1 mempunyai komposisi paduan yang mendekati standar aluminium 661. Unsur-unsur paduan seperti Cu, Fe, Zn dan Mg sudah sesuai dengan standar aluminium 661. Akan tetapi unsur paduan Si pada sampel 8-1 belum memenuhi standar yang dianjurkan untuk aluminium 661. Berdasarkan hasil ini maka diperlukan proses pemaduan unsur Si pada sampel hasil daur ulang untuk memenuhi standar yang dianjurkan pada Aluminium 661. KESIMPULAN 1. Penambahan massa flux pada proses fluxing dapat membuat proses menjadi lebih efektif. Penambahan massa flux paling optimum didapatkan pada penambahan 1% flux. 2. Kenaikan temperatur peleburan pada proses fluxing dapat membuat proses menjadi lebih efektif. Temperatur peleburan paling optimum didapatkan pada 8 C 3. Sampel 8-1 merupakan sampel hasil daur ulang paling efektif. Hal ini ditunjukkan dengan kadar aluminium yang mencapai 97,1899% dan pengurangan kadar Mg menjadi 1,355%. 4. Sampel hasil daur ulang dengan bahan baku limbah kaleng minuman sudah mendekati standar material Aluminium 661. Tetapi diperlukan pemaduan unsur Si untuk memenuhi standar Aluminium 661. DAFTAR PUSTAKA [1] http://www.kemenperin.go.id/artikel/447/indonesia-kekurangan-pasokan-aluminium- [diakses pada 26 Mei 215. Pukul 17.13]. [2] International Aluminium Institute (URL : http://www.worldaluminium.org/statistics/primaryaluminium-smelting-energy-intensity/) [3] Schlesinger, Mark E. 27. Aluminium Recycling. University of Missouri-Rolla. Rolla, MO : U.S.A. [4] Davis, J. R. 1993. Aluminum and aluminum alloy s, ASM international. [5] Utigard, T. 1998. The properties and uses of fluxes in molten aluminum processing. JOM Journal of the Minerals, Metals and Materials Society, 5, 38-43. [6] A. Rabah, Mahmoud. 23. Preparation of Aluuminium-Magnesium Alloys and Some Valuable Salts from Used Beverage Cans. Central Metallurgical R&D Institute (CRMDI) : Cairo, Egypt [7] Verran, G.O., Kurzawa, U. 27. An Experimental Study of Aluminium Can Recycling Using Fusion In Induction Furnace. State University of Santa Catarina, Santa Catarina : Brazil.