BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI VIRTUAL PADA KOMUNITAS WOSCA. Proses komunikasi virtual pada komunitas women online community

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan ribuan pulau, sehingga

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Menurut anda, secara garis besar apakah event WORLD TRAVEL AND

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Minggu. Biasanya kegiatan Sekolah Minggu diadakan di dalam gereja.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap komponen daya tarik wisata di Obyek Wisata Bledug Kuwu yang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISA DATA. berguna untuk menelaah semua data yang diperoleh peneliti.selain itu, juga

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

1.1.1 Deskripsi Proses Komunikasi antara Pemilik dan Karyawan

BAB IV ANALISIS DATA. Kedisiplinan merupakan aspek yang penting untuk mengontrol diri kita

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB VII PENUTUP. memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

BAB V PENUTUP. Pada bab V ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran berkaitan

BAB III PENYAJIAN DATA. yang digunakan RSUD Arifin Achmad diantaranya sebagai berikut : 1. Komunikasi Atasan dengan Bawahan

Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti. pada bab sebelumnya, maka kesimpulan akhir yang menjawab rumusan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2016

BAB IV ANALISIS DATA. lapangan selama penelitian berlangsung, selain itu juga sangat berguna untuk

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

BAB IV ANALISA DATA. A. Temuan Penelitian. Temuan penelitian berupa data lapangan yang diperoleh melalui

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

MEKANISME KELUHAN PEKERJA

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

DAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dan citra diri (Studi Fenomenologi pada Jama ah Wanita Masjid Imam Ahmad

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan.

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V. Penutup. tengah-tengah masyarakat. Interaksi sosial hanya dapat terjadi bila antara dua

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB I PENDAHULUAN. aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan perjalanan wisata orang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Lion Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. digunakan untuk dapat berhubungan dengan orang lain adalah melalui

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

MENGELOLA PERUBAHAN DENGAN MODEL A.I.D.K.A.A.R.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

BAB VI PERUBAHAN SETELAH PENDAMPINGAN. A. Kesadaran pentingnya Pengembangan Wisata bahari

HASIL OBSERVASI. No Hal yang diamati Hasil yang diamati

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN A. Hasil Temuan Penelitian Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, disini peneliti memaparkan hasil temuan di lapangan yang diperoleh peneliti saat melakukan penelitian melalui berbagai metode, baik wawancara, observasi maupun dokumentasi. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data merupakan kegiatan mengolah data penelitian yang di peroleh dari lapangan menjadi informasi yang bisa dijadikan untuk menarik dan mengambil kesimpulan dari sebuah penelitian. Pegumpulan data-data yang dilakukan peneliti berkaitan dengan Komunikasi Interpersonal Warga Area Wisata Pasir Putih Dalegan dalam Mengelola dan Mengembangkan Wisata menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut: 1. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Warga Area Wisata Pasir Putih Dalegan Gresik a. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Sesama Pemerintah Desa Komunikasi verbal yang terjadi antara sesama pemerintah desa dilakukan secara formal maupun informal. Dikatakan formal karena proses penyampaian pesan atau informasi biasa dilakukan pada saat rapat 98

99 besar di balaidesa terkait adanya event-event tertentu yang diadakan di wisata maupun informasi dan diskusikan yang berhubungan dengan kepentingan wisata. Dan dikatakan informal karena proses komunikasi juga terjadi kapan saja dan dimana saja ketika kedua belah pihak bertemu, biasanya terjadi ketika pihak satgas yang diteliti yaitu bendahara wisata yang juga berjaga di bagian loket sedang melakukan setoran uang kepada pihak pemerintah desa. Pada kesempatan itu satgas melakukan komunikasi interpersonal secara langsung atau tatap muka (face to face) dengan pihak perangkat desa yang bertugas di balaidesa terkait keluhan pedagang, wisatawan, anggota satgas yang lain keadaan wisata. Hal tersebut yang dapat dikatakan sebagai komunikasi verbal. Selain itu juga ketika pemerintah desa mengomentari tentang penampilan petugas satgas, pemerintah desa secara langsung mengajak berbicara petugas satgas tersebut dengan santai terkait hal yang hendak ia diskusikan yaitu mengenai penampilannya yang alangkah baiknya jika diperbaiki. Petugas menyetujui usulan dari pemerintah desa dengan senang hati kemudia pada keesokan harinya petugas satgas tersebut mengubah penampilannya dengan lebih baik yang bisa dikatakan sebagai tindakan komunikasi non verbal. Adanya tindakan secara langsung tersebut merupakan respon dan feedback yang diberikan oleh satgas setelah melakukan komunikasi dengan perangkat desa. Sebaliknya untuk umpan balik atau feedback yang diberikan oleh perangkat desa adalah ketika mendapat usulan dari wisatawan yang

100 disampaikan oleh petugas satgas, perangkat desa kemudian membangun icon-icon wisata seperti yang diharapkan oleh wisatawan sebagai alat memperelok wisata. Hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai tindakan komunikasi non verbal yang dilakukan oleh pemerintah desa. Mengenai kegunaan bahasa, bahasa yang digunakan pemerintah desa ketika berinteraksi adalah menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Kerap kali menggunakan Bahasa Indonesia, baik ketika berinteraksi di balaidesa maupun di area Wisata Pasir Putih, kecuali dengan anggota pemerintah desa yang dapat dikatakan tua maka lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa untuk mengantisipasi adanya kesalahpahaman dan demi tercapainya persamaan makna. b. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Pemerintah Desa dengan Pedagang Kaki Lima Komunikasi verbal yang terjadi dalam komunikasi pemerintah desa dan pedagang kaki lima yaitu secara formal maupun informal. Proses komunikasi dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik langsung maupun melalui media surat edaran. Dikatakan secara informal karena pertukaran pesan terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Biasanya terjadi ketika bertemu langsung di toko atau warung tempat pedagang berjualan atau bisa juga di luar atau dalam acara tertentu. Pemerintah desa menggunakan kata-kata secara langsung kepada para pedagang misalnya

101 mengenai pemberian bimbingan atau arahan kepada para pedagang kaki lima terkait keadaan lapak mereka. Setiap minggu bahkan setiap hari satgas melakukan pemantauan, berkunjung ke setiap lapak, toko, depot dan ponten untuk sekedar mengingatkan tentang kebersihan lapak mereka. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah desa bertujuan untuk kepentingan para pedagang kaki lima sendiri. Ketika wisatawan datang untuk membeli atau ke kamar mandi dan merasa nyaman dengan keadaan tempat pedagang dan juga kebersihannya maka wisatawan tidak akan segan-segan untuk datang berlibur kembali. Pedagang kaki lima akan mendapatakan keuntungan yang lebih karena hal tersebut, karena mereka menggantungkan wisata sebagai penghidupan mereka. Penggunaan surat edaran juga termasuk jenis komunikasi verbal yang menggunakan media. Selain dengan kata-kata, komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan para pedagang kaki lima juga diperkuat dengan menggunakan media surat edaran yang nantinya akan membuat proses penyampaian pesan atau informasi semakin efektif. Sadar bahwasanya wisata merupakan milik mereka sendiri, setelah berinteraksi dengan pemerintah desa dan memahami maksud dan tujuannya, pedagang kaki lima secara langsung melaksanakan himbauan tersebut. Dengan denang hati mereka menjaga lapak mereka, mengatur sedemikian rupa dan membersihkannya agar wisatawan yang datang merasa nyaman. Mereka sadar kalau bukan mereka sendiri lantas harus siapa lagi yang merawat dan mengelola wisata. Hal tersebut dapat

102 dikatakan sebagai respon atau umpan balik dari pedagang kaki lima setelah melakukan komunikasi dengan pemerintah desa. Tindakan tersebut juga merupakan komunikasi verbal yang dilkukan oleh pedagang kaki lima dengan pemerintah desa. Sebaliknya umpan balik yang dilakukan oleh pemerintah desa setelah berinteraksi dengan pedagang kaki lima terkait pengelolaan dan usaha mengembangkan wisata adalah dengan melakukan regulasi para pedagang kaki lima yang berjualan di area wisata. Setiap tahunnya, para pedagang kaki lima bergantian dengan tujuan agar seluruh warga desa dapat merasakan hasil dari wisata tersebut yang merupakan lahan penghidupan bagi warga sekitar. Tindakan tersebut juga merupakan bentuk komunikasi non verbal pemerintah desa dengan pedagang kaki lima. Baik pihak pemerintah desa maupun pihak pedagang kaki lima merasa komunikasi atau koordinasi yang baik diantara keduanya sangatlah penting demi kepentingan bersama. Pada saat observasi, peneliti menemukan bahwa komunikasi terjadi antar pemerintah desa dengan pedagang kaki lima menggunakan bahasa indonesia dan bahasa jawa, akan tetapi cenderung menggunakan bahasa jawa. Ketika menggunakan bahasa jawa, proses pertukaran komunikasi terjadi lebih efektif karena keduanya memiliki pemahaman yang sama, terlebih bagi pemerintah desa maupun pedagang kaki lima yang sudah berumur atau sudah tua. Mereka mengaku lebih nyaman dan dan santai ketika berinteraksi menggunakan bahasa jawa.

103 c. Komunikasi verbal dan Non Verbal Pemerintah Desa dengan Warga Sekitar Selain dengan pedagang kaki lima, pemerintah desa juga melakukan komunikasi dengan warga sekitar karena warga sekitar juga merupakan bagian dari pemilik wisata. Komunikasi verbal yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan warga dilakukan dengan menggunakan kata-kata secara langsung atau tatap muka (face to face) salah satunya mengenai himbauan promosi wisata kepada kerabat atau teman dari warga desa. Karena jika wisatawan semakin meningkat, wisata semakin terkenal, banyaknya masukan dari warga atau wisatawan nantinya wisata akan semakin dibenahi dan pada akhirnya wisata akan semakin maju dan berkembang dan juga menguntungkan warga sekitar. Selain itu juga mengenai permintaan keikutsertaan dalam mengelola wisata. Pemerintah desa mengajak warga sekitar agar berpartisipasi dalam upaya mengembangkan wisata. Misalnya saja ketika pihak pemerintah desa melakukan komunikasi dengan warga sekitar membahas perizinan untuk membuka tempat parkir di depan rumah warga yang berada tidak jauh dengan wisata. Dengan senang hati warga setempat menerima dengan baik permintaan pemerintah desa tersebut dan kemudian parkir di lahan depan rumah. Ketika pemerintah desa dan pihak warga sekitar melakukan interaksi secara langsung, dapat dikatakan kajdian tersebut adalah komunikasi verbal, ketika warga sekitar menerima dengan senang hati perizinan tersebut berarti mereka

104 memberikan respon kemudian memberikan feedback yang atas apa yang mereka komunikasikan yaitu dengan segera melaksanaan pembukaan parkir di depan rumah sesuai dengan yang diminta pihak pemerintah desa bahkan juga menyewakan kamar mandi. Tindakan tersebut juga dapat dikatakan sebagai komunikasi non verbal yang dilakukan oleh warga sekitar kepada pemerintah desa. 2. Hambatan Komunikasi Interpersonal Warga Area Wisata dalam Mengelola Dan Mengembangkan Wisata Pasir Putih Dalegan Hambatan atau kendala dalam proses komunikasi pasti ada dalam proses komunikasi, karena dalam kegiatan komunikasi tidak akan selalu berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh warga area Wisata Pasir Putih Dalegan juga mengalami kendala dalam proses komunikasinya, diantara sebagai berikut: a. Hambatan teknis, yakni hambatan komunikasi yang disebabkan karena kurang jelasnya aturan yang dibuat oleh pemerintah desa. Dalam hal ini dapat dilihat ketika pihak pemerintah desa menganggap bahwa pedagang kaki lima nakal atau tidak menurut peraturan yang dibuat oleh pemerintah desa karena membuat lapaknya terlihat lebih maju dari yang sudah ditetapkan, akan tetapi dari pihak pedagang kaki lima mengungkapkan bahwa tidak ada peraturan yang tertulis sebelumnya. Dengan begitu maka pedagang kaki lima tetap memajukan lapaknya

105 dengan alasan agar lapaknya juga diketahui oleh wisatawan yang datang. Tidak adanya teguran yang dilakukan oleh pemerintah kepada pedagang kaki lima menandakan memang belum adanya peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah desa. b. Yang kedua adalah hambatan psikologi, dimana hambatan ini dilatarbelakangi dari pengalaman yang pernah dialami oleh pedagang kaki lima sehingga menyebabkan kurangnya kepercayaan yang mereka miliki terhadap pemerintah desa. Kerap kali pedagang kaki lima melakukan komplain kepada pemerintah desa terkait dengan kebijakan yang telah buatpemerintah desa misalnyanaiknya harga sewa, harga listik dan kebersihan. Peneliti menemukan jawaban alasan tersebut adalah karena pedagang kaki lima memiliki pengalaman tentang tindakan pemerintah desa yang kurang sigap ketika para pedagang kaki lima telah melaksanakan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Pedagang kaki lima memiliki kekhawatiran mengenai kenaikan tersebut jika tidak ada alasan yang dapat diterima dengan baik oleh para pedagang kaki lima. Hambatan tersebut yang membuat komunikasi menjadi tidak efektif dan berdampak pada pengelolaan serta upaya mengembangkan wisata. B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Dari hasil penelitian di lapangan, peneliti telah menemukan beberapa data mengenai komunikasi interpersonal warga area Wisata Pasir Putih Dalegan yang kemudian akan dilakukan analisa untuk menguji kebenaran hasil temuan dengan teori. Untuk menguji kebenaran hasil dengan teori, maka peneliti mencocokkan

106 hasil temuan dengan teori yang digunakan oleh peneliti yaitu teori interaksi simbolik. Teori interaksi simbolik merupakan teori yang berusaha menjelaskan bahwa interaksi antar individu melibatkan penggunaan simbol-simbol. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita berusaha mencari makna yang cocok dengan yang dimaksudkan oleh orang tersebut. Selain itu, kita juga menginterpretasikan apa yang dimaksud orang lain melalui simbolisasi yang ia bangun. Dalam penelitian ini tidak terlepas dari tiga konsep dasar interaksi simbolik yaitu pikiran, diri dan masyarakat. Dimana ketiga konsep tersebut mempunyai keterkaitan untuk membangun sebuah hubungan dengan individu lain melalui sebuah interaksi. antara lain: Tiga konsep pemikiran George Herbert yang mendasari interaksi simbolik 1. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, 2. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, 3. Masyarakat (society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

107 Berikut analisis hasil temuan dengan teori interaksi simbolik : 1. Diri Diri dalam hal ini yakni kemampuan setiap orang atau warga area Wisata Pasir Putih Dalegan untuk mengintropeksi dirinya dalam menilai Wisata Pasir Putih Dalegan. Dalam hal ini setiap orang memiliki makna yang beragam tentang Wisata Pasir Putih Dalegan tersebut. Pemerintah beranggapan bahwa wisata tersebut harus dikelola dengan baik sehingga membuat peraturan-peraturan yang digunakan dalam pengelolaan wisata tersebut dan mengajak para pedagang kaki lima dan warga sekitar ikut serta di dalamnya. Pedagang kaki lima beranggapan bahwa kenyamanan wisatawan adalah prioritas utama, maka mereka selalu menjaga kebersihan dan kenyamana lapak mereka. Warga sekitar beranggapan bahwa meraka juga bagian dari pemilik wisata, maka mereka juga ikut serta berpartisipasi dalam pengelolaan wisata tersebut. Diri dalam teori ini juga dapat dilihat dari dua segi, masing-masing menjalankan fungsi yang penting. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan Me memberikan arahan dan petunjuk. Sebagai contoh warga area Wisata Pasir Putih dengan sengaja mengubah hidup mereka untuk mengubah konsep diri. Disini I menggerakkan seseorang untuk berubah dalam cara-cara yang tidak diizinkan Me. Seorang warga area Wisata Pasir Putih Dalegan memutuskan untuk berwirausaha, untuk membentuk Me yang baru dengan cara berhubungan dan berinteraksi dengan orang-orang baru yaitu

108 mendaftarkan diri sebagai pedagang atau satgas di Wisata Pasir Putih Dalegan. Mengenai konsep diri, I disini yaitu pemerintah desa ingin mengatur pengelolaan Wisata Pasir Putih Dalegan. Kemudian Me sebagai pemerintah desa menggerakkannya dengan berkomunikasi bersama masyarakat untuk mewujudkannya. I sebagai pedagang kaki lima melakukan apa yang ia kehendaki yaitu berjualan, tapi ketika Me sudah berinteraksi dengan pemerintah desa maka pedagang kaki lima berjualan dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama dengan pemerintah desa. 2. Pikiran Pikiran atau berpikir adalah konsep ketiga dari Mead, dalam hal ini yang dimaksud adalah kemampuan warga area Wisata Pasir Putih Dalegan dalam menggunakan simbol-simbol yang signifikan untuk merespon pada diri sendiri dari setiap warga pengelola Wisata Pasir Putih yang menjadikan dirinya melakukan sesuatu yang disebut berpikir. Berpikir disini dimaksudkan dengan berpikir mengenai simbol-simbol yang ditangkap oleh warga area Wisata Pasir Putih ketika melakukan komunikasi atau berinteraksi dengan sesama pengelola wisata maupun dengan wisatawan sehingga melaui berpikir ini warga area Wisata Pasir Putih Dalegan mampu memahami simbol-simbol yang telah ditangkap. Seperti ketika melakukan komunikasi, para pengelola Wisata Pasir Putih baik pedagang kaki lima, satgas atau pemerintah desa maupun warga

109 sekitar juga menggunakan simbol-simbol tertentu dalam proses pertukaran pesan. Misalnya ketika perangkat desa melakukan regulasi bagi para pedagang yang berjualan di area wisata, kemudian satgas mengajak para pedagang kaki lima untuk memperhatikan kebersihan dan kenyamanan lapak yang dimiliki. Hal itu merupakan simbol kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah desa, mereka berhak mengatur apa saja demi kebaikan bersama, demi terciptanya pengelolaan yang meningkat dan pada akhirnya wisata akan semakin berkembang yang dampaknya juga dapat dirasakan oleh selurug warga. Kemudian simbol yang dimiliki pedagang kaki lima adalah simbol ekonomi, ketika berinteraksi dengan pemerintah desa mengenai pengelolaan wisata maka para pedagang menyepakati bahwa mereka harus berjualan sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh pihak pemerintah desa demi kebaikan bersama. Dan yang terakhir adalah simbol partisipasi yang dimiliki oleh warga sekitar. Ketiga unsur berupa simbol yang dimiliki oleh pemerintah desa, pedagang kaki lima dan warga sekitar memaknai bahwa Wisata Pasir Putih wajib dikelola bersama-sama karena mereka ada pemilik wisata, mereka sadar akan wisata sebagai lahan penghidupan bagi mereka. Melakukan komunikasi atau koordinasi diantaranya dianggap sangat penting dalam upaya pengelolaan tersebut.

110 3. Masyarakat Masyarakat (Society) atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilakuperilaku kooperatif anggota-anggotanya. Kerjasama manusia dalam hal ini warga area Wisata Pasir Putih Dalegan yaitu pemerintah desa dengan pengelola dalam wisata memahami maksud dari orang yang diajak berkomunikasi satu sama lain dan mengharuskan warga pengelola untuk mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui komunikasi interpersonal baik verbal maupun non verbal, bagaimana memaknai sebuah simbol yang telak tampak atau disampaikan oleh warga pengelola Wisata Pasir Putih Dalegan baik pemerintah desa, pedagang kaki lima maupun warga sekitar. Masyarakat dalam hal ini adalah seluruh pengelola wisata baik pemerintah desa, pedagang kaki lima maupun warga sekitar dan memilih perannya sendiri secara aktif dan sukarela atas dasar keinginannya yang pada akhirnya menjadikan mereka mengambil peran di tengah masyarakat yakni berusaha bersama-sama mengelola wisata dengan baik. Ketika warga pengelola Wisata Pasir Putih melakukan komunikasi interpersonal satu sama lain, dalam hal tersebut terjadi proses interaksi dan pemaknaan sebuah simbol yang tampak. Selanjutnya adalah berpikir, berpikir bahwa wisata tersebut adalah lahan penghidupan bagi seluruh warga desa termasuk pemerintah desa, pedagang kaki lima maupun warga sekitar area wisata. Sehingga setalah melalui tahap berpikir, pada akhirnya para pengelola Wisata Pasir Putih dapat bertindak yaitu melakukan koordinasi atau komunikasi sesama warga pengelola demi

111 tercapainya wisata yang lebih baik yang hasilnya juga akan mereka rasakan sendiri.