BAB I PENDAHULUAN. ruko di tahun 70-an, PT X bekerja keras untuk membangun kepercayaan para

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan air bersih sangat penting bagi semua orang, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini, persaingan dalam dunia industri semakin meningkat. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu masa yang disebut dengan era globalisasi. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kereta api merupakan sarana transportasi masal yang cukup efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikatakan orang lain. Sarana untuk mendapatkan informasi dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Salvatore Maddi dan Deborah Khosaba (2005) dalam buku Resilience At

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis properti adalah salah satu jenis usaha yang benar-benar menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya ialah sistem pemasaran jaringan atau network marketing atau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Berjalannya suatu perusahaan bergantung pada sumber daya alam dan sumber

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. akan jaminan hidup serta investasi jangka panjang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat dari para produsen otomotif. Banyak perusahaan otomotif dari

BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan oleh manusia dalam bertukar ide dan berbagai informasi. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai aset perusahaan yang penting, karena manusia

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, tidak dapat dimungkiri bahwa jumlah

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki struktur yang membantu karyawannya agar dapat bekerja untuk

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

ABSTRAK. Kata kunci : Resiliensi kerja, responden. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebutuhan yang berbeda-beda dengan tingkat perkembangannya. Menurut

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pasar properti di Indonesia mulai mendapatkan momentum di akhir

-BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mendukung sistem baru yang diusulkan penulis, maka kami melakukan survei dan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

LAMPIRAN. Hasil Wawancara

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat tajam pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era

GAMBAR 1.1 LOGO TELKOM PROPERTY

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG. Sebelum penulis melakukan kegiatan magang, terlebih dahulu penulis

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. maupun warung yang ada hampir di setiap kota-kota besar. Keragamannyapun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibidang teknologi informasi (IT) khususnya dibidang Multimedia yakni

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma)

BAB I PENDAHULUAN. Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia terus meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

Lampiran 1 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment

BAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Penggajian pada RS. Omni Alam Sutera

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

perusahaan, tugas dan tanggungjawabnya adalah : 2. Manajemen membawahi 3 orang controller yang terdiri dari control admin,

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.


BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun di dunia.

SELAMAT MENGERJAKAN TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

BAB II HASIL SURVEY. terjangkau dengan fasilitas kelas atas. Duta Pertiwi hanya mulai tinggal bangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENGANTAR II. DATA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi pada saat ini telah menjadi suatu instrumen investasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini

Bertanggung jawab melakukan support atas segala kebutuhan sales & marketing

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3, minyak dan gas bumi sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, peranan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di Indonesia. Setiap lembaga pendidikan berupaya untuk mendidik

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Penggajian merupakan salah satu hal yang penting dalam hak asasi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang industri. Hal ini terbukti dari penelitian-penelitian para ahli yang dilakukan

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis

Investor Update. Berdasarkan Segment. Pertumbuhan Pendapatan. Hasil Kinerja Keuangan 2015 & Marketing Sales Triwulan Investor yang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. bagian mempunyai tugas dan wewenang masing-masing. Dimana satu sama

BAB I PENDAHULUAN. proses bisnis perusahaan dan merupakan aktivitas yang rutin terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. bekerja pada umumnya agar mendapatkan uang / upah dan dari uang/ upah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia sebagai salah satu elemen utama dari organisasi,

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN...ii. ABSTRAK...iii. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...xi. DAFTAR BAGAN...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari sebuah perusahaan kontraktor yang berkantor di sebuah ruko di tahun 70-an, PT X bekerja keras untuk membangun kepercayaan para pembeli dan meningkatkan kerja sama dengan partner terkemuka di Indonesia. Dari kesuksesan PT X di dalam membangun sebuah mall yang khusus menyediakan barang-barang elektronik pertama di Jakarta, membuat PT X mencoba membangun hunian dan kompleks komersil, hingga apartemen mewah. Dari perjalanan panjang, PT X tumbuh sebagai perusahaan besar dan menjadi salah satu pengembang properti developer terkemuka di Indonesia. Pengalaman berkiprah lebih dari 30 tahun, PT X masih terus mengembangkan proyek-proyek low rise development (bangunan rendah, seperti perumahan, ruko) dan high rise (bangunan tinggi / gedung pencakar langit, seperti apartemen, hotel). Saat ini kurang lebih terdapat 11 proyek low rise yang masih berjalan, 8 proyek high rise, dan masih ada proyek low rise dan high rise lainnya yang akan segera dijalankan. PT X saat ini terdiri atas 13 divisi, antara lain divisi Low Rise, High Rise, Marketing, Finance Developer, Finance POM, Commercial Leased, Commercial Strata Tittle, Internal Audit, Legal, GA & Purchasing, HRD, MIS dan Apartemen Residential. Seluruh divisi tersebut dapat merasakan dampak dari perkembangan bisnis di PT X, karena dengan bertambahnya proyek, maka masing-masing divisi 1

2 diharapkan dapat mendukung perusahaan di dalam meraih profit dan meningkatkan daya saing di hadapan kompetitor yang bergerak di bisnis yang sama. Sewajarnya jika proyek semakin bertambah seharusnya sejalan dengan penambahan sumber daya manusia di masing-masing divisi, hanya saja, meskipun proyek semakin bertambah, namun penambahan sumber daya manusia di salah satu departemen dari divisi Finance Developer yaitu departemen pajak, yang bertanggung jawab di dalam melaksanakan dan mengevaluasi sistem perhitungan dan pembayaran pajak serta penyediaan berbagai laporan pajak, masih tergolong kurang sebanding. Di bagian pajak 1 orang karyawan diharapkan dapat mengerjakan laporan perpajakan atas 2 atau 3 proyek sekaligus. Hal ini disebabkan karena banyaknya data-data yang bersifat rahasia, sehingga ditetapkan jika pada karyawan telah diberi kepercayaan mengerjakan satu proyek, maka ia harus bertanggung jawab atas data-data pada proyek tersebut, dengan demikian akan lebih terkontrol dibandingkan jika satu proyek ditangani oleh dua atau tiga orang. Di dalam mengerjakan laporan pajak, karyawan diberi target menginput data secara akurat dan tepat waktu (laporan mingguan, bulanan, kuartalan, semesteran dan tahunan), dengan zero fault (tidak ada kesalahan) untuk menghindari adanya kelebihan pembayaran pajak, sehingga pembiayaan pajak menjadi efektif. Dengan demikian diharapkan target perusahaan untuk mendapatkan pertumbuhan cash flow yang sehat dan profit / keuntungan dapat tercapai.

3 Sejak awal akan bergabung di PT X, karyawan telah dituntut untuk dapat bekerja lebih dari jam normal pada umumnya, yaitu dari jam 08.30 17.00. Kondisi ini berlangsung hampir setiap hari, karena karyawan di departemen pajak pada umumnya bekerja mulai dari jam 8.30 hingga jam 20.00. Hal ini terjadi karena secara kuantitas banyak voucher dan faktur pajak yang harus di input secara detil. Adapun yang bertugas menginput data tersebut adalah karyawan pada level staf, karena hal tersebut merupakan tugas utama mereka. Mereka hanya dibantu oleh supervisor yang bertugas untuk mengontrol atau memonitor hasil kerja mereka. Mendekati batas waktu pengumpulan laporan, kesibukan karyawan pada umumnya lebih meningkat karena harus mengejar target penyelesaian laporan. Situasi yang cukup mempersulit karyawan adalah jika mereka mengerjakan proyek besar atau mengerjakan lebih dari 1 proyek. Banyaknya voucher dan faktur yang harus diinput setiap harinya untuk satu proyek berjumlah ratusan. Karyawan yang mengerjakan proyek besar atau mengerjakan 2 atau 3 proyek, maka jumlah data yang harus diinput dapat mencapai ribuan. Adapun yang membedakan antara proyek besar dan kecil adalah jumlah dari unit rumah, ruko, rukan, apartemen atau hotel dari masing-masing proyek yang akan di jual, dan luasnya area serta sarana yang ada di dalamnya. Terkadang bersamaan dengan batas waktu penyelesaian laporan, juga ada pemeriksaan mendadak dari instansi pajak pemerintah terhadap laporan dari proyek yang sedang ditangani, sehingga dalam situasi ini karyawan terpaksa lembur lebih lama untuk dapat menyelesaikan semua pekerjaan. Jika betul-betul

4 terdesak, mereka terpaksa bekerja lembur hingga jam 23.00 atau 24.00. Selain itu, tidak hanya faktur pajak atau pajak penjualan dari suatu proyek saja yang harus ditangani oleh staff pajak, namun juga pajak pembelian barang serta pembayaran lainnya untuk keperluan di kantor pusat. Selain menginput data, karyawan juga harus mencetak bukti pajak yang akan dibayar, namun yang menjadi kendala adalah terbatasnya alat bantu kerja untuk mencetak bukti pajak yang ada (printer), karena untuk mencetak bukti pajak tersebut tidak dapat menggunakan printer yang biasa, namun ada printer khusus. Dengan keterbatasan ini, mereka terpaksa menggunakan printer yang ada secara bergantian dengan rekan-rekan yang lain, yang juga harus mencetak bukti pajak dengan jumlah yang mencapai ratusan, dan kondisi ini cukup menyulitkan bagi mereka terutama ketika sedang dikejar oleh deadline. Mereka juga harus siap dengan keluhan yang diberikan oleh unit lain jika terlambat memberikan bukti SSP (Surat Setor Pajak), misalnya bagian AJB (Akta Jual Beli) dan kasir Finance. Keluhan ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan ketidaknyamanan di dalam bekerja, karena mereka dianggap lambat dan menghambat proses kerja yang seharusnya dapat dilakukan dengan cepat. Padahal, hambatan tersebut dapat saja bukan dari pihak mereka, karena terkadang ada proses yang harus dikonsultasikan terlebih dahulu dan menunggu keputusan dari instansi pajak pemerintah, seperti adanya peraturan pajak baru, atau juga karena ada data yang belum diserahkan oleh pihak lain dari pihak eksternal seperti dari suplier atau kontraktor.

5 Tekanan yang paling dirasakan oleh karyawan adalah jika mereka tidak detil di dalam menginput data sehingga membuat adanya kelebihan bayar pajak atau terlambat di dalam mengerjakan laporan pajak yang seharusnya segera diserahkan kepada instansi pemerintah. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah atau mengakibatkan kerugian dalam bisnis perusahaan, yang dapat membuat performance di departemen pajak dinilai buruk oleh perusahaan. Karyawan bisa mendapatkan punishment dari atasan berupa penilaian kinerja (performance appraisal) yang kurang baik yang dapat menghambat perkembangan karir dan peningkatan gaji mereka. Situasi kerja tersebut di atas merupakan tekanan pekerjaan yang harus dihadapi oleh karyawan khususnya level staff, dan akan semakin bertambah bebannya seiring dengan bertambahnya pembangunan proyek-proyek di PT X, yang membawa karyawan pada keadaan yang penuh tekanan (stressful). Jika hal ini tidak dapat diatasi, maka dikhawatirkan karyawan tidak mampu bertahan lama untuk bekerja di PT X. Ini terbukti bahwa terdapat 17 orang karyawan yang resign (berhenti bekerja) di tahun 2011, ditambah 4 orang sampai dengan bulan Mei 2012. Hal ini memperlihatkan bahwa kondisi turn over di bagian pajak cukup tinggi. Dari 21 karyawan yang resign (berhenti bekerja) terdapat 14 orang dari level staff, 4 orang dari level supervisor, 2 orang dari level head, dan 1 orang dari level manager. Berdasarkan data exit interview di PT X, dari 21 orang karyawan yang resign, semuanya mengakui bahwa beban atau tekanan kerja yang ada cukup berat dan kebanyakan yang resign (berhenti bekerja) tersebut memiliki masa kerja yang kurang dari 1 tahun. Adapun alasan utama karyawan resign (berhenti

6 bekerja) antara lain, karena sakit (2 orang), tidak sanggup dengan beban atau tekanan kerja yang tinggi (8 orang), ingin mendapatkan karir yang lebih baik di perusahaan lain (5 orang), gaji dan benefit yang kurang sebanding dengan beban kerja atau tekanan kerja (3 orang), dan ingin meneruskan usaha orang tua (3 orang). Berdasarkan data yang diperoleh dari exit interview dapat dilihat bahwa masalah beban atau tekanan kerja merupakan alasan yang paling banyak dipilih oleh karyawan yang resign (berhenti bekerja). Efek dari turn over akan dirasakan langsung oleh karyawan yang masih bertahan, karena jika ada karyawan yang resign (berhenti bekerja) maka tugas-tugas yang ada terpaksa dilimpahkan kepada karyawan lain sampai akhirnya dapat direkrut karyawan baru, sehingga beban kerja mereka pun semakin bertambah dan dikhawatirkan akan mendorong keinginan mereka untuk ikut resign (berhenti bekerja) karena tidak tahan dengan beban kerja yang ada. Menyadari kondisi ini, GM Pajak di PT X berupaya membuat strategi untuk menarik minat karyawan agar mau bertahan lama bekerja di departemen pajak, dengan menawakan promosi jabatan bagi karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik. Hanya saja, promosi yang ditawarkan membutuhkan proses dan waktu yang harus dilalui oleh karyawan. Dalam proses tersebut secara bertahap beban kerja karyawan akan ditambah dan dinilai kualitasnya berdasarkan target yang telah ditentukan. Tetapi, mengingat pentingnya pencapaian target di departemen ini, sehingga penilaian kinerja karyawan pada kategori tax controlling yaitu penyelesaian tugas dengan zero fault cukup ketat. Dengan berhasil menyelesaikan 100% target dengan zero fault, dari skala penilaian 1 sampai

7 dengan 5, karyawan hanya memperoleh nilai 3 (good), dan itu merupakan nilai tertinggi pada kategori tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat bertahan meskipun menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan (stressful), karyawan juga perlu memiliki resilience at work. Resilience at work adalah kapasitas untuk bertahan dan berkembang meskipun dalam keadaan yang penuh tekanan (stressful) (Maddi & Khoshaba, 2005 : 27). Pada karyawan yang resilient, mereka dapat mengalihkan tekanan-tekanan yang berdampak kurang baik bagi dirinya menjadi kesempatan untuk berkembang, sehingga diharapkan dapat mengurangi keinginan karyawan untuk resign (berhenti bekerja), meskipun menghadapi beban kerja yang banyak. Kunci dari resilience adalah hardiness, yaitu pola tertentu dari sikap dan keahlian yang akan membantu seseorang untuk resilient dengan bertahan dan berhasil di bawah tekanan (Maddi & Khoshaba, 2005 : 13). Sikap tersebut adalah 3C yang terdiri dari commitment (komitmen), control (kontrol) dan challenge (tantangan). 3C merupakan hal penting untuk keberanian dan motivasi di dalam melakukan hal sulit tapi penting dengan memanfaatkan keadaan yang penuh tekanan (stresfull) sebagai suatu keuntungan. Pada kenyataannya, tidak semua karyawan di departemen pajak memiliki sikap 3C yang tinggi. Para manager di bagian pajak sering menerima keluhan dari karyawan yang merasa over load dan merasa tidak sanggup jika harus mengerjakan semua laporan pajak dalam waktu yang bersamaan (sikap komitmen yang rendah). Terkadang mereka merasa cemas karena khawatir tidak akan berhasil menyelesaikannya sesuai dengan batas waktu (dead line) yang telah ditentukan, yang membuat perusahaan harus membayar

8 denda atas keterlambatan tersebut (sikap kontrol yang rendah). Selain itu, masih ditemukan beberapa karyawan yang berulang-ulang melakukan kesalahan dan tidak memenuhi target yang telah ditentukan, terutama pada karyawan baru, yang masa kerjanya kurang dari satu tahun, sehingga mereka harus sering dibantu oleh atasan mereka (sikap kontrol yang rendah). Masih ada karyawan yang sering datang terlambat dan minta izin tidak masuk kerja dengan alasan karena kelelahan setelah lembur (sikap komitmen yang rendah). Selain itu, juga masih ada karyawan yang merasa keberatan untuk mendapatkan tambahan proyek baru karena khawatir tidak sanggup untuk menanganinya (sikap tantangan yang rendah). Sukses dalam bekerja keras artinya perlu menggunakan keahlian sebagai cara untuk memecahkan masalah (transformational coping) dan berinteraksi dengan orang lain untuk lebih mendapatkan dukungan sosial (social support). Di departemen pajak ini masih ditemukan karyawan yang sering merasa cemas dan khawatir karena tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah dalam pekerjaannya, sehingga masih harus dibantu oleh rekannya yang lain atau atasannya langsung (transformationl coping). Selain itu, masih ada karyawan yang tidak menyukai atasannya karena merasa kurang mendapatkan dukungan. Dari keadaan ini dapat terlihat bahwa masih ada masalah diantara karyawan untuk bisa mendapatkan dukungan sosial (sosial support) di dalam bekerja. Padahal, dukungan sosial (sosial support) sangat diperlukan bagi karyawan agar dapat saling membantu untuk mengatasi masalah dalam pekerjaan.

9 Hardiness akan memelihara atau mempertahankan performance dan kesehatan karyawan dengan membantu berpikir dan melakukan tindakan yang membangun ketika keadaan yang menekan itu terjadi (Maddi & Khoshaba, 2005). Juga dapat meningkatkan kemampuan, tingkah laku, kepemimpinan, stamina dan kesehatan meskipun dalam keadaan penuh tekanan. Semakin tinggi tingkat Hardiness, semakin kecil kecenderungan seseorang mengalami gangguan fisik dan mental dalam menghadapi keadaan yang menimbulkan tekanan. Hanya saja, tingkat hardiness karyawan berbeda-beda ada yang tinggi dan juga rendah. Pelatihan merupakan salah satu cara yang bisa diberikan kepada karyawan di dalam mempelajari dan mengembangkan hardiness, sehingga dengan meningkatnya hardiness diharapkan karyawan dapat lebih resilient meskipun menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan (stressful). Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk merancang dan menguji coba modul pelatihan untuk meningkatkan hardiness pada staff pajak yang bekerja di PT X agar dapat lebih resilient di dalam menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan (stressful). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka identifikasi masalah adalah apakah rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan hardiness pada karyawan, agar dapat lebih resilient di dalam menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan (stressful).

10 1.3 Maksud, Tujuan dam Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah membuat rancangan modul pelatihan hardiness dan melakukan uji coba untuk meningkatkan hardiness pada staff pajak yang bekerja di PT X. 1.3.2 Tujuan Penelitian Memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat meningkatkan hardiness agar karyawan dapat menjadi lebih resilient di dalam menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan (stressful), yang terukur melalui evaluasi level reaction dan level learning. 1.3.3 Kegunaan Penelitian 1.3.3.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat memberi informasi dan referensi bagi ilmu psikologi pada umumnya serta Psikologi Industri dan Organisasi khususnya tentang hardiness dan resilience at work. Penelitian ini dapat dijadikan referensi yang bermanfaat dan dikembangkan sebagai sebuah titik tolak bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.3.3.2 Kegunaan Praktis Memberi informasi kepada PT X mengenai pentingnya peningkatan hardiness pada staff pajak, sehingga dapat mengembangkan program-program pelatihan

11 hardiness yang membantu karyawan agar lebih resilient di dalam menghadapi pekerjan yang penuh tekanan (stressful) Memberi informasi kepada karyawan mengenai pentingnya peningkatan hardiness sehingga mereka memiliki keberanian dan motivasi di dalam bekerja dengan memanfaatkan pekerjaan yang penuh tekanan sebagai suatu kesempatan untuk berkembang. Menghasilkan modul pelatihan hardiness yang dapat diterapkan pada staff pajak untuk membantu mereka agar lebih resilient di dalam menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan. 1.4 Metodologi Penelitian ini berusaha menghasilkan modul pelatihan hardiness dan melihat efektivitasnya terhadap peningkatan hardiness sebelum dan sesudah pelatihan pada staff pajak yang bekerja di PT X. Desain yang digunakan adalah Single Group Pre-Test and Post-Test Design (before-after). Dengan alat ukur kuesioner yang disusun peneliti berdasarkan teori hardiness (Maddi & Khoshaba, 2005). Kunci hardiness yaitu pola tertentu dari sikap dan keahlian yang akan membantu karyawan untuk resilient dengan bertahan dan berhasil meskipun di bawah tekanan. Treatment yang diberikan berupa pelatihan dengan metode experiential learning. Analisis hasil yang di dapat menggunakan uji statistic bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed-Rank Test) dan analisis terhadap evaluasi level reaction dan learning.

12 Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pre test Pelatihan Post test Dibandingkan Bagan 1.1 Rancangan Penelitian