Pembangunan Agribisnis di Indonesia Dr. Antón Apriyantono Menteri Pertanian Republik Indonesia Sambutan kunci pada Coffee Morning Sofá Launching Agriculture Internacional Expo for Agribusinees Di Kampus Institut Pertanian Bogor 20 Desember 2005 Yang terhormat Rektor Instutut Pertanian Bogor Saudara-saudara Pelaku Agribisnis, Para Hadirin Sekalian, Assalaamu alaikum Warakhmatulaahi Wabarakhaatuh, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt, karena rakhmatnya kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat untuk berpartisipasi dalam pembukaan Internacional Expo for Agribusiness ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia atas kesempatan memberikan sambutan kunci pada acara ini. Sebagai Menteri Pertanian, saya sangat terbantu dengan kegiatan ini untuk mempromosikan produk Indonesia. Sekaligus saya ingin menjelaskan pentingnya penataan rantai pasok sistem komoditas yang dalam bahasa ilmiah disebut dengan agribisnis untuk mempertinggi daya saing produk pertanian kita di era perdagangan bebas ini. V-66
Saudara-saudara Sekalian, Pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para petani dan para pelaku agribisnis kita. Tanpa kerja keras mereka, pembangunan nasional tidak akan dapat terlaksana karena: Pertama, kalau para petani tidak bekerja keras menghasilkan bahan pangan, negara kita akan terperosok ke dalam cekaman bahaya kelaparan akut seperti yang terjadi di beberapa negara Afrika. Kita patut bersyukur Indonesia tidak pernah terperosok ke dalam ancaman kelaparan akut, dan itu terutama adalah berkat jasa para Saudara-saudara petani kita. Kalaupun saat ini ada, sifatnya masih bisa dikendalaikan karena produksi pangan kita masih mencukupi. Isu kelaparan yang terjadi saat ini lebih banyak berkaitan masalah distribusi dan akses pangan masyarakat miskin. Kedua, kalau para petani tidak bekerja keras, mustahil kita dapat mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Sebagian besar penduduk miskin bekerja pada usaha pertanian atau yang berkaitan dengan usaha Pertanian. Barang kebutuhan dasar yang menjadi penentu utama garis kemiskinan sebagian besar adalah produk pertanian. Pertumbuhan produksi pertanian merupakan kunci untuk pengentasan rakyat dari kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Ketiga, mantapnya ketahanan pangan, menurunnya jumlah penduduk miskin, rendahnya tingkat pengangguran dan stabilnya harga produk-produk pertanian merupakan kunci untuk stabilitas sosial-ekonomi-politik yang selanjutnya merupakan prasayarat untuk pelaksanaan pembangunan. Para petani tidak saja amat berjasa dalam mewujudkan tujuan akhir pembangunan nasional, tetapi juga dalam menjaga kondisi yang baik agar pembangunan nasional itu dapat berjalan lancar. Saudara-saudara Sekalian, Memenuhi permintaan panitia, pada kesempatan ini saya akan menjelaskan kembali program pembangunan Pertanian kita. Ada tiga program utama pembangunan pertanian 2004-2009 yaitu : (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk memberikan fasilitasi bagi terjaminnya masyarakat memperoleh pangan yang cukup setiap V-67
saat, sehat dan halal. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Program kedua adalah program Pengembangan Agribisnis diarahkan untuk memfasilitasi kegiatan yang berorientasi memperluas cakupan kegiatan ekonomi produktif petani serta peningkatan efisiensi dan dayasaing. Perluasan kegiatan ekonomi yang memungkinkan dilakukan adalah: (1) peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan perbaikan kualitas; dan (2) mendorong kegiatan usahatani secara terpadu mencakup beberapa komoditas (sistem integrasi tanaman-ternak atau sistem integrasi tanaman-ternak-ikan). Adapun sasaran dari program ini adalah: (1) berkembangnya usaha di sektor hulu, usahatani (on-farm), hilir (agroindustri) dan usaha jasa penunjang; (2) meningkatnya pertumbuhan PDB sektor pertanian; dan (3) meningkatnya ekspor produk pertanian segar dan olahan. Program ketiga adalah program peningkatan kesejahteraan petani diarahkan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan posisi tawar petani, (2) semakin kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan (4) meningkatnya pendapatan petani. Salah satu implimentasi program agribisnis, pada tahun 2006 Departemen Pertanian melakukan Pengembangan Kawasan Komoditas Unggulan dengan pendekatan agribisnis, dengan memberikan fasilitas pengembangan meliputi komoditas : (1) Tanaman Pangan: Padi, Jagung, Kedele, Ubi.kayu, Kacang Tanah; (2) Hortikultura : Kentang, Cabe Merah, Bawang Merah, Mangga, Manggis, Pisang, Durian, Jeruk, Anggrek, Rimpang; (3) Perkebunan : Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi, Kakao, Jambu Mete, Lada, Tebu, Serat, Tembakau; Peternakan: Sapi Potong, Kambing, Domba, Ayam Buras, Itik., Babi, Sedangkan komoditas lainnya yang menjadi unggulan/andalan daerah diharapkan dibiayai V-68
oleh APBD. Dengan cara ini akan jelas tercermin sharing pemerintah pusat, propinsi, Kabupaten/kota dalam pembangunan pertanian. Program pengembangan kawasan dengan pendekatan agribinisnis dimaksudkan: Pertama, bahwa usaha pertanian, tidak saja berskala besar dan berbentuk perusahaan berbadan hukum, usahatani gurem yang dikelola keluarga petani adalah juga sebuah perusahaan komersial yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan, atau sisa hasil usaha sebesar mungkin. Dengan begitu tujuan pembangunan harus kita sesuaikan dari meraih target produksi maksimum, menjadi meraih laba usahatani maksimum. Target produksi maksimum condong berorientasi pada kepentingan politik pemerintah, sedangkan target laba usahatani condong berorientasi pada kesejahteraan petani. Artinya, program agribisnis mengacu pada prinsip dari petani, oleh petani dan untuk petani. Apa yang baik bagi petani adalah baik bagi negara maupun pemerintah, namun yang baik bagi pemerintah belum tentu baik bagi petani. Kedua, bahwa petani adalah manager yang merdeka, bebas dalam mengolah usahataninya. Berbeda dengan pada masa lalu, petani tidak boleh lagi dipaksa untuk menanam komoditas tertentu atau menerapkan teknologi tertentu. Petani lebih mengetahui apa dan bagaimana mengelola usahatani yang paling baik untuk kepentingannya. Prinsip kebebasan dalam berusahatani merupakan amanat Undang-Undang Nomor 12 tentang Budidaya Tanaman. Ketiga, sebagai sebuah perusahaan, usahatani amat dipengaruhi oleh pasar dan sistem penyediaan sarana produksi, prasarana pendukung, sistem distribusi dan pasar output, dan sistem insentif yang sebagian besar tidak dalam cakupan namun terkait erat dengan usahatani. Relasi setiap komponen terkait inilah yang disebut dengan pendekatan agribisnis. Oleh karena saling berkaitan, kinerja usahatani amat ditentukan oleh kinerja komponen lain dalam agribisnis. Pendekatan agribisnis berpandangan bahwa pembangunan pertanian hanya dapat berhasil bila dilaksanakan secara padu-padan dengan semua komponen terkait dalam sistem agribisnis. Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa program agribisnis yang kita promosikan sekarang ini dimaksudkan untuk menempatkan petani kecil pada V-69
posisi yang sebenarnya : fokus dan motor pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan pertanian digeser dari mewujudkan kepentingan pemerintah menjadi mewujudkan kepentingan petani. Mengubah pelaku dominan pembangunan dari pemerintah (government driven) menjadi dominan petani (farmers driven). Sekali lagi dari, oleh dan untuk petani. Dengan pendekatan sistem terpadu, kita berusaha agar usaha pertanian skala kecil, termasuk buruh tani dan para petani gurem tidak tersisih atau terkucil. Dengan program agribisnis maka pola pertanian dualistik yang mengucilkan usaha pertanian rakyat dapat kita hindari. Pendekatan agribisnis berfokus pada upaya merajut hubungan kemitraan yang kuat, sinergis dan adil antara usaha pertanian rakyat dan perusahaan besar. Pendekatan ini lebih mengedepankan hubungan kerja (network), modal sosial (social capital), daripada hubungan transaksi pasar kapitalistik. Demikian sambutan saya, semoga bermanfaat bagi pengembangan agribisnis ke depan. Wassalaamu alaikum Warakhmatulaahi Wabarakhaatuh, Menteri Pertanian, ANTON APRIYANTONO D:\data\data\Anjak-2005\Pidato Mentan IPB V-70